Klangenan berdarah rose queen milik Budiono Gunawan asal Pondokindah, Jakarta Selatan, itu menguburkan asa saudara selubuk—kohaku 79 cm—milik Rudi Susilo asal Sunter, Jakarta Utara. Ia harus puas menempati takhta ke-2.
Pattern-nya bagus,” ucap Megumi Yoshida, juri asal negeri Matahari Terbit. Hal senada diakui pemilik ikan peraih runner up. “Koi Budiono tampil lebih bagus. Warnanya keluar,” ucap Rudi Susilo. Koi kelahiran Mei 2000 milik Rudi sebetulnya tak kalah apik. Ia bahkan tampak lebih besar ketimbang sang jawara.
Pantas saja kedua ikan itu mempesona juri dan para peserta. Menurut Winarso Tanuwidjaya dari Golden Koi Center, keduanya keturunan rose queen asal Sakai Fish Farm yang kondang menelurkan koikoi juara. “Induk betina bernama Sakura. Ia dijuluki rose queen karena sering meraih champion. Turunannya istimewa, saat berumur 3—4 tahun ukuran mencapai di atas 70 cm,” ujar Wiwi panggilan akrab Winarso.
Sangat berani
Aroma ketatnya persaingan tampak di 12 kelas yang dipertandingkan. Para juri terpaksa bolak-balik mendatangi bak penampungan untuk menilai. Contoh di kelas kohaku 66—70 cm. Dari 10 ikan terpilih 8 ikan dinilai ulang. Jumlah itu terus menyusut hingga tersisa 3 ikan yang memperebutkan juara 1—3. Setidaknya dibutuhkan waktu 20 menit sampai kohaku 69 cm milik Indokoi Center, Jakarta, dinobatkan sebagai kampiun
Yang menarik, penilaian dilakukan juri di emper belakang Hall A. Maklum penerangan di arena kontes tidak maksimal. Para kandidat juara dipindahkan oleh handling ke dalam bak bundar berukuran 1,5 m, lalu dibawa ke emperan.
Kontes yang diadakan 19—21 Desember 2003 oleh Asosiasi Penggemar Koi Indonesia (APKI) di Jakarta International Trade Fair Hall A Kemayoran, Jakarta Pusat, itu diakui sangat berani. Di kala wabah herpes masih ditakutkan menyerang, APKI berani mengambil risiko. “Forum menyetujui untuk jalan terus. Ya, kita melanjutkan,” tutur Sugiharto Budiyono, ketua panitia kontes dari Sunter Koi Jakarta. Padahal All Japan Koi Show, salah satu even terbesar di Jepang, batal diselenggarakan pada November 2003 karena alasan serupa.
Seretnya jumlah peserta yang ditakutkan malah tidak terjadi. “Dari sekitar 400 peserta yang direncanakan, terdaftar 600 peserta,” ucap Roy Andre Da Costa dari seksi kesekretariatan. Mayoritas peserta berasal dari Jakarta. Yang lain dari Bandung, Semarang, Surabaya, dan Blitar. (Dian Adijaya S)