Sejak berangkat dari Semarang Soetrisno memang optimis koikoinya bakal berjaya. Namun, keyakinannya goyah saat fi sh entry. Ia melihat koi para pesaingnya berkualitas tinggi. Maklum, mereka mayoritas barasal dari Jepang. “Yang saya dengar, lawan-lawan kali ini berat, karena banyak yang berukuran besar dan impor,” ujar Soetrisno.
Pada kontes itu ia mendaft arkan 25 dari 400 koi peliharaannya yang terbaik. Sepanjang pertandingan, optimisme yang dibawanya dari Kota Altas itu tak juga membuhul. Soalnya, namanya tidak pernah berada di urutan teratas. “Sebelum penilaian berakhir, paling tinggi di posisi 3,” ujarnya. Optimismenya kian pudar tatkala ia jatuh ke posisi 6 juara umum, menjelang akhir penjurian. “Di sana tak berani pasang target lagi,” ujar Soetrisno. Namun, pukul 17.20 menjadi detik-detik yang menegangkan. Ia melonjak naik ke posisi 2 dari semula posisi 5. “Itu waktu yang paling menegangkan, takut posisinya berubah lagi,” tambahnya. Hingga akhir penjurian, posisi itu tidak berubah. Ia masih tetap berada di urutan 2 juara umum dengan poin 7.690, di bawah Budiono Gunawan, hobiis asal Jakarta dengan skor 15.550.
Namun, itu belum membuatnya bernafas lega, karena masih menunggu nasib koi-koi terbaiknya. Tak lama setelah pengumuman juara umum, terpampanglah di layar proyektor kohaku berukuran 89 cm miliknya sebagai grand champion. “Barulah bisa benafas lega,” ujar Soetrisno.
Dua kandidat juara
Enam juri asal Jepang, Taiwan, dan Singapura tidak salah memilih grand champion. Tubuh kohaku asal Sakai Fish Farm, Jepang, itu tampak prima. Tubuh besar dan panjang menjadi kelebihan utama. Warna tubuh koi berumur 8 tahun itu merah cerah, tidak pudar. Kiwa—pembatas warna merah ke arah ekor—tajam dan tidak pecah.
Warna putihnya transparan. Sisik terlihat seperti ukiran dan bergradasi. Pola warnanya hampir sempurna. Kohaku jenis sandan ini mempunyai 3 tompel merah merata tanpa pecah. Wajar bila ia juga dinobatkan sebagai best in verieties di kelas kohaku.
Saingan terberat datang dari taisho sanshoku milik Golden Koi Centre, Jakarta, atas nama Jocelyn Satriawan. Penampilannya tidak kalah dengan sang grand champion. Sayang, saat penjurian kondisinya tidak fi t. “Warna hitamnya agak pudar karena garam di dalam kolam terlalu banyak,” ujar Winarso, pemilik Golden Koi. Padahal, dari segi ukuran dan body ia tak kalah. Begitu juga dengan kualitas pola dan warna merah putihnya.
Itu yang membuat juri sangat lama menentukan grand champion. “Kualitas ikan sama baiknya sehingga sulit menentukan grand champion,” ujar Manabu Ogata salah satu juri yang sempat diwawancarai Trubus.
Sejak awal kedua jawara itu diprediksi menempati posisi tertinggi. “Koi milik Soetrisno akan menyabet grand champion karena postur tubuh besar dan bagus,” ujar Rudi Hurwanto pemilik Koi Gallery dari Semarang. Lain halnya dengan O Darmawan, ia menjagokan koi dari Golden Koi Centre. “Ia kerap menjadi langganan jawara, koinya berpola warna bagus dan besar,” ujar Darmawan, importir koi di Jakarta.
Agenda
Perhelatan koi terbesar di Indonesia itu berlangsung sukses. Koi yang diturunkan berkualitas tinggi, sehingga persaingan sangat ketat. Para hobiis telah mempersiapkan klangenannya jauh-jauh hari. Maklum, tahun lalu kontes batal digelar. Peserta datang dari berbagai daerah di Jawa dan Sumatera. “Saya sebenarnya pesimis dengan jumlah peserta yang daft ar, tapi ternyata hasilnya cukup menggembirakan,” ujar Eric Jonatan, ketua panitia kontes dari APKI (Asosiasi Pecinta Koi Indonesia).
Jumlah peserta kali ini sedikit menurun dibanding 2003 di Semarang. Namun, panitia dan peserta cukup puas dengan penjurian yang objektif. Maklum juri mayoritas didatangkan dari Jepang, seperti Kazuyuki Oishi dari Oishi Farm, Yuki Tanaka dari Ookawa Nishikigoi Centre, Manabu Ogata dari Ogata Koi Farm, dan Daisuke Maeda dari Momotaro Koi Farm. Sedang dari Taiwan, Chen Yin Te dan Singapura Max Ng. “Mereka (juri, red) kompeten di bidangnya,” ujar Eric.
Kontes bagus-bagusan koi yang dimotori APKI ini untuk yang kedua kalinya berlangsung, setelah kontes pertama di Semarang 2003. Rencananya kontes serupa akan digelar setiap tahun. Pada September 2005 nanti tengah dipersiapkan 2nd all Indonesia Combined Young Koi Show 2005 di Surabaya. (Dewi Permas)
Perhelatan di Layar Proyektor
Ratusan pasang mata menjadi saksi pergulatan koi skala nasional di Jakarta International Expo, Jakarta. Beberapa di antaranya tampak tegang melihat proyektor berukuran 2 m x 2 m yang menayangkan perolehan angka dari koi yang tengah dinilai juri. Wartawan Trubus, Dewi Permas, juga hadir di sana dan melaporkan hasil perhelatan dari menit ke menit. Berikut laporannya.
13.00
Posisi awal penjurian diduduki Samurai Koi Center dari Semarang dengan poin 2.760. Ia mengungguli lawan-lawannya dengan total perolehan juara 8 ekor. Disusul saingan terdekatnya, Fei Koi Center dari Jakarta 2.320 dengan total juara 18 ekor. Posisi ke- 3 diduduki Soetrisno, hobiis asal Semarang.
13.30
Posisi belum beranjak, Samurai Koi masih bertengger di posisi atas dengan skor 3.260 dari total 9 ikan juara. Pesaing pun masih sama, Fei Koi Center (2.490/19) dan Soetrisno yang menempati urutan ke-3 dengan selisih poin tipis dari Fei Koi Center (2.290/5).
15.06
Posisi jawara masih diduduki Samurai Koi dengan poin 3.510, disusul Fei Koi (2.690/20) dan Soetrisno (2.290/5). Tampak yang berubah yaitu Royal Koi naik 1 peringkat dari semula urutan 5 di bawah Subandi Jayaku, kini menduduki posisi 4 (1.890/11 buah).
15.19
Samurai Koi masih menduduki posisi juara umum dengan skor 3.510/10. Ia terus dikejar saingan terdekatnya Fei Koi (2.690/20) dan Soetrisno (2.290/5). Sedangkan 5 besar lainnya, Royal Koi (1.890/11) Subandi Jayaku (1.520/2).
15.41
Posisi juara sementara masih diduduki Samurai Koi (3.510/10) dan posisi 2 Fei Koi (2.680/20), tapi di posisi 3 terjadi perubahan. Nirwana Koi Center dari Jakarta melonjak dari posisi 7 (1.440/7) ke peringkat 3 (2.530/12). Soetrisno malah turun ke posisi 5 (2.290/5) berada di bawah Royal Koi (2.360/13).
16.03
Royal Koi dari Jakarta menggeser Fei Koi Center ke posisi 5. Royal Koi unggul dengan poin (3.050/16) di posisi 2 mengungguli Nirwana Koi ( 3.000/14) dan Soetrisno (2.710/7) di posisi 4. Kursi juara sementara masih diduduki Samurai Koi (3.930/12)
16.08
Budionao Gunawan tampak merangkak sedikit demi sedikit untuk merebut posisi juara. Dari semula berada di peringkat 9 naik ke peringkat 7 menyingkirkan Subandi Jayaku dari Blitar dan Sunter Koi Jakarta.
16.12
Budiono Gunawan semakin memantapkan langkahnya. Lompatan drastis dilaluinya dengan menduduki posisi ke-2 (3.720/7) meninggalkan pesaingpesaingnya. Disusul Hanson dari Semarang di posisi ke-3 (3.170/10).
16.15
Untuk pertama kalinya peringkat pertama berubah. Budiono Gunawan berhasil melangkahi Samurai Koi di peringkat pertama dengan skor 4.240. Sementara Samurai Koi ketinggalan tipis dengan skor 3.860. Lima besar lainnya yaitu Royal Koi (4.170/20), Nirwana Koi (3.540/16) dan Soetrisno (3.180/9).
17.00
Proyektor menampilkan seluruh hasil jawara mulai dari adult champion hingga best in size.
17.15
Budiono Gunawan semakin memantapkan diri di posisi jawara dengan skor 10.000. Posisi 2, Samurai Koi, dengan skor 7.670. Disusul Royal Koi, dan Nirwana Koi di posisi ke-3 dan 4.
17.20
Posisi tertinggi sementara masih dipegang Budiono Gunawan, dengan skor 11.000. Sementara Soetrisno melonjak naik dari posisi 5 ke posisi 2 (7.690/13) mengalahkan Samurai Koi (4.710/15), Royal Koi (4.170/20), dan Nirwana Koi Center (3.540/16).
18.00
Penjurian berakhir. Budianto Gunawan menyabet gelar juara umum dengan skor 15.550 dari total juara 25 buah. Pesaing terdekatnya Soetrisno hanya mampu menggondol skor 7.720. tiga di bawahnya Samurai Koi (6.460/14), Nirwana Koi (5.200/24) dan Royal Koi (4.240/20). ***