Kebun dragon fruit di Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, itu memang luar biasa. Lazimnya anggota famili Cactaceae itu ditanam di lahan terbuka. Yang mengepotkan bukannya tidak ada, tapi biasanya terbatas untuk koleksi dalam jumlah sedikit. Misal 10 tabulampot milik Subijanto di Kediri (Trubusedisi Februari 2003). Nah, di tangan Soeyono, buah naga justru diproduksi massal dalam pot.
Total ada 1176 kerabat opuntia yang ditanam mantan Kasum ABRI era Soeharto ini. Jenisnya, Hylocereus costaricensisberdaging merah dan si merah berdaging putih, H. undatus. Naga pot itu ternyata tumbuh subur. Masa berbunga pada November lebih cepat dari dugaan semula, Januari. Artinya sejak ditanam pada April 2004, umur tanaman baru 7 bulan. Padahal beberapa pekebun di Yogyakarta dan Jember kesulitan membungakan hingga umur 1,5 tahun.
Bukan tanpa sebab penggemar motor besar itu ‘mengungkung’ pitahaya-sebutan buah naga di Israel- dalam wadah beton. Lahan seluas 1.200 m2 yang terletak 3 km dari Bandara Adisucipto, Yogyakarta itu hasil pengurukan. Alhasil, kondisi tanahnya jelek untuk bercocok tanam. Ide menggunakan pot beton datang setelah pehobi fotografi itu sukses mengepotkan pisang di Cikeas, Bogor. ‘Kalau pisang bisa dipotkan, dragon fruit pasti juga bisa,’ kenangnya.
Sebagai uji coba ditanam 12 bibit asal Jawa Timur. Sayang, lantaran eman-emanmemangkas cabang di batang utama dan lalai memupuk hanya 1 pohon yang berbuah. Padahal, pupuk dan pemangkasan adalah kunci keberhasilan membuahkan thang loy-kosakata Vietnam untuk buah naga. Hobiis yang tertarik, bisa meniru langkah sang jenderal mengebunkan tabulampot dragon fruit.
Besi berkaki 3
Soeyono menggunakan pot beton setebal 3 cm, tinggi 50 cm, dan diameter 60 cm. Satu pot berisi 3 bibit yang disangga tiang besi setinggi 1,5 m. Di kebun lain biasanya dragon fruit ditanam menggunakan pola 1 lanjaran untuk 4 batang tanaman. Rancangan dan pembuatan besi berkaki 3 dilakukan sendiri di sebuah bengkel di Bandung, Jawa Barat. Risiko korosi dicegah dengan cara melapisi besi dengan plastik khusus berwarna hijau, sehingga terlihat apik. Jarak antarpot 1,5 m x 1,25 m.
Media yang digunakan terdiri atas 3 lapisan. Batu koral setinggi 10 cm diletakkan di dasar pot, disusul campuran seimbang antara pasir dan tanah setinggi 20 cm. Lapisan paling atas terdiri dari campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:3 setebal 20 cm. Hindari penggunaan tanah lengket seperti tanah liat. Pupuk kandang asal kotoran kambing ditebar merata di permukaan pot. Dosis 3 kg per pot.
Pemberian kompos diulang bila media menipis. Aplikasi pupuk kandang rutin 2 bulan sekali. Umur 6 bulan tanaman diberi NPK. Satu kilogram NPK dilarutkan dalam 30 liter air. Dosis 0,5 liter per batang. Bibit setinggi 60 cm dipilih dari cabang yang sudah menghasilkan. Bakal tanaman langsung ditanam tanpa perlakuan tambahan. Agar tak mudah rebah, bibit diikat dengan kawat atau tali rafia. Jangan mengikat terlalu kencang agar permukaan batang tidak rusak.
Perawatan tabulampot feuy long kwa-sebutan buah naga di Cina-tergolong mudah. Saat musim kemarau penyiraman dilakukan 3 hari sekali. Hindari genangan di permukaan tanah, karena tanaman jenis kaktus-kaktusan tidak menyukai kondisi basah. Itu berisiko serangan cendawan penyebab busuk batang. Di musim hujan tanaman tidak perlu disiram.
Batang utama dibiarkan tumbuh setinggi tiang lanjaran. Jika sudah mencapai puncak, potong ujungnya. Itu terjadi saat tanaman berumur 6 bulan setelah tanam. Pemangkasan dilakukan agar muncul cabang penghasil buah. Cabang yang dipelihara dibatasi hanya 3 buah. Saat sulur mencapai panjang 70 cm atau sekitar 1 bulan kemudian bunga mulai bermunculan. Selang 35 hari kemudian buah berwarna merah cerah siap dituai.
Menurut pengalaman Soeyono, hama yang biasa mengganggu adalah bekicot dan semut rangrang. Bekicot menyerang tanaman muda. Pengendalian dilakukan secara manual. Semut menyukai pucuk tunas yang masih muda. Hama ini bisa diatasi dengan menyemprotkan insektisida yang banyak beredar di pasaran.
Investasi besar
Boleh dibilang lelaki asal Batu, Malang, itu tidak menemui kendala berarti. Tingkat keberhasilan hidup tanaman nyaris 100%. Kalaupun ada yang terlihat menguning dan membusuk, cepat-cepat diatasi dengan ‘mencongkel’ bagian yang sakit. ‘ Sepanjang batang utama sehat, tanaman tidak akan mati,’ ujarnya.
Namun peminat yang ingin mengikuti jejak Soeyono perlu merogoh kocek lebih dalam. Harga bibit mencapai Rp1.000 per sentimeter. Dengan kebutuhan 1.176 bibit setinggi 60 cm maka dibutuhkan modal Rp70,5-juta. Itu belum termasuk biaya pembuatan pot beton Rp80.000/pot. Tiang besi sepanjang 1,5 m dibeli dengan harga Rp10.000 per batang.
Toh, semuanya seakan terbayar lunas saat ayah 3 anak itu melangkahkan kaki di bawah tajuk sang naga. Sambil mata dimanjakan dengan liukan batang-batang hijau dengan kuncup bunga, sudah terbayang panen perdana dari 390 pot buah naga. (Laksita Wijayanti)