Melon premium yang manis dan beraroma harum sesuai permintaan pasar. Kunci: atur nutrisi.
Aroma harum semerbak menguar di rumah tanam. Sumber aroma itu buah-buah melon Cucumis melo siap panen di dalam greenhouse berpopulasi 1.500 tanaman itu. Pucuk daun di sekitar buah mengering berwarna cokelat. Menurut pekebun melon hidroponik di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Irson Sylviano, ciri itu muncul ketika umur melon 85 hari setelah tanam (HST). “Rasa melon manis, juicy, dan beraroma harum,” kata pemuda 33 tahun itu.
Irson membudidayakan melon jenis honey atau melon madu dan jenis dalmatian atau galaxy. Lokasi budidaya di rumah tanam berukuran 450 m2 berketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Setiap tanaman rata-rata menghasilkan 2 buah melon berukuran 1 kilogram per buah. Harga jual rata-rata Rp50.000 per kilogram. Kriteria panen, buah mulus, berbentuk sempurna atau simetris, beraroma harum, dan tingkat kemanisan minimal 14O briks.
Hidroponik
Irson mengatakan, “Melon bermutu premium selalu terserap habis, permintaan sementara pada konsumen langsung.” Ia membudidayakan melon dengan teknik hidroponik dengan media rockwool dan serbuk sabut kelapa atau cocopeat. Petani itu menyemai benih di atas media rockwool. Selama persemaian, penyiraman hanya menggunakan air tanpa nutrisi. Masa semai 10 hari hingga bibit siap pindah tanam ke media serbuk sabut kelapa.
Ia memindahkan bibit beserta rockwool ke atas media serbuk sabut kelapa. Pekebun hidroponik sejak 2016 itu menyarankan memilih bibit dengan daya tumbuh tinggi, seragam, dan mutu buah premium sesuai preferensi konsumen. Setelah pindah tanam barulah ia memberikan nutrisi dengan teknik atau substrat. Artinya penyiraman berbarengan dengan pemberian nutrisi.
Kiat buahkan
Nutrisi untuk tanaman melon itu hasil racikan sendiri. Paket lengkap yang mengandung nutrisi hara makro dan mikro. Irson tidak mengubah nutrisi dari fase vegetatif hingga generatif. Perubahan terutama hanya dosis dan EC. Menurut pekebun hidroponik melon di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Stevanus Rangga Santoso, tidak ada aturan baku dalam meracik nutrisi. Bahkan, setiap tempat memungkinkan berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Menurut pekebun melon hidroponik sejak 2017 itu nutrisi berkaitan erat dengan kualitas air di kebun. Pekebun wajib mengenal kualitas air sebelum meracik nutrisi. Jika kebutuhan fosfor 100 ppm sementara di air tersedia 50 ppm, penambahan tinggal 50 ppm. Menurut Rangga kebutuhan nutrisi pun berbeda setiap fase pertumbuhan tanaman. Saat fase vegetatif tanaman membutuhkan nitrogen dalam jumlah relatif banyak.
Setelah muncul buah, pekebun mengurangi nitrogen. Sebaliknya, ia menambahkan unsur hara lainnya yang membantu pemasakan buah seperti kalium, fosofor, dan magnesium. Pekebun di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kabul Pamudji, membudidayakan melon dengan mengatur EC 2,2 saat masa vegetatif kemudian meningkat menjadi 2,5 memasuki fase generatif. Nutrisi AB mix berupa campuran unsur kalium, sulfat, dan fosfat.
Menurut Irson hal yang tak kalah penting adalah pembuahan melon. Pada umur 26—30 hari lazimnya bunga mekar. Penyerbukan manual dengan menempelkan benang sari bunga jantan pada putik. Penyerbukan dengan memilih 3 bunga betina terbaik pada satu tanaman untuk dibuahkan. Berselang sepekan ia menyeleksi bakal buah dan penyerbukan ke-2. Sortasi dengan mempertahankan satu buah terbaik dari tiga bakal buah yang mengalami penyerbukan.
Ia mempertahankan bakal buah yang berukuran besar, simetris, dan tanpa cacat. Selain itu ia juga menyortasi bakal buah dari penyerbukan ke-2. Waktu seleksi sepekan kemudian. Pemilik Gracia Farm itu mempertahankan dua buah per tanaman. Adapun momok pekebun melon berupa serangan cendawan seperti antraknosa dan layu fusarium. Irson menyemprotkan fungsida saat pindah tanam dan berselang 5 hari selama masa budidaya. (Muhamad Fajar Ramadhan)
Tanam Melon Hidroponik
1. Jenis yang dibudidayakan honey dan galaxy
2. Semai benih di rockwool selama 10 hari.
3. Pindah tanam ke media serbuk sabut kelapa di polibag.
4. Nutrisi:
a. Nilai electrical conductivity (EC) 1,5 dan dosis fertigasi 750 ml per tanaman per hari (Umur 1—5 hari).
b. Tingkatkan nilai EC 0,2—0,3 dan dosis fertigasi 250 ml berselang 5—7 hari.
c. Nilai EC melonjak saat tanaman berumur 54 hari: 2,4 dan dosis fertigasi 2.250 ml per tanaman per hari.
d. Nilai EC saat tanaman berumur 55 hari, turun 0,1 berselang 10 hari.
e. Nilai EC pada umur 84 hari 2,1. Dosis fertigasi turun pada hari ke-84, 2.000 ml per hari.(***)