Pun bila harga itu diturunkan menjadi Rp1-juta per ekor, tetap tak ada yang berminat. “Ikan yang telah cacat seperti itu berisiko,” ujar Mahmud dari PT Munjulprima Utama, eksportir arwana. Risiko paling ringan perut ikan menggelambir setelah ia sembuh. Selain itu tulang punggung tidak lurus sempurna seperti kondisi sebelumnya. Malahan, seringkali sang malaikat maut segera menjemput sang ikan.
Pengalaman serupa acapkali dialami oleh para hobiis baru karena minimnya pengalaman. Biasanya penyakit swimbladder datang ketika salah penanganan memberi pakan. Faktor pencetus lain buruknya kualitas air, ikan stres, dan pemeliharaan yang tidak disiplin. Penyakit itu tak pandang bulu, arwana segala umur dari berbagai jenis dapat terserang.
Pakan buruk
Menurut Mahmud, pakan berupa udang, jangkrik, dan kecoak memperparah penyakit. Musababnya, pakanpakan itu memiliki anggota tubuh yang tajam sehingga dapat melukai usus ikan. Dampaknya infeksi, sehingga berenang nungging. “Untuk itu kita mesti telaten membuang kepala udang, mulut kecoak, dan kaki jangkrik saat memberi makan,” ujar Mahmud.
Heri Djohan, pemerhati arwana di bilangan Utankayu, Jakarta Timur, menduga virus penyebab swimbladder terbawa oleh pakan. Itulah sebabnya pakan segar perlu disterilkan dengan cara merendamnya dengan air bercampur garam sebelum diberikan. Upaya itu dapat menghilangkan kutu atau lendir yang kerap menjadi sumber penyakit.
Bila enggan membersihkan pakan, virus akan menular. Itulah yang menyebabkan perut menciut, nafsu makan menurun, dan gelembung keseimbangan di dalam rongga perut tertekan. Akibatnya ikan tak lagi berenang lurus. Gejala awal yang mudah diamati, feses berlendir sehingga tak langsung jatuh. Selain itu di dalam kotoran terdapat bintik-bintik putih sebagai tanda penyakit nungging mulai menyerang.
Menurut Drs Hambali Supriyadi, MSc dari Laboratorium Riset Kesehatan Ikan, Pasarminggu, Jakarta Selatan, penyebab utama swimbladder adalah bakteri Streptococcus sp. dan Aerosomonas sp. Mereka berasal dari pakan hidup yang kurang sehat. Kedua bakteri itu juga dapat menyerang hingga ke cairan otak yang menyebabkan renang ikan berputar-putar. Untuk menghindarinya, pilih pakan yang benar-benar sehat dan hindari stres pada ikan.
Tetracyclin
Mahmud dan Heri sepakat menjaga kualitas air dan disiplin dalam pemeliharaan mutlak diperlukan untuk menjegal penyakit. Bila penyakit keburu menyerang, segera lakukan tindakan penyembuhan.
Pindahkan ikan ke bak berukuran 2 m x 4 m berkedalaman 1,5 m, berisi air yang bersirkulasi baik. Bak itu bagai ruang gawat darurat. Dalam sebulan ikan kembali sehat. Dapat pula digunakan tangki air berdinding gelap sebagai bak. Bagian atas ditutup sehingga kegelapan menyelimuti ikan berkepala sendok itu. Kedua hal efektif diterapkan jika penyakit belum terlalu parah.
Apabila kronis, pilih pengobatan kimia. Gunakan Intervet 13 atau antibiotik Tetracyclin dan Enrofloxacin untuk mengobati luka dalam. Caranya larutkan dalam air atau disuntikkan pada pakan kering. Dosis 1 g/100 liter untuk dilarutkan. Untuk penyuntikkan, larutkan 1 kapsul dalam 10 ml air. Lalu suntikkan 2 ml pada tiap pakan kering, seperti udang kering.
Antibiotik Enrofloxacin dapat disuntikkan langsung di tubuh ikan dengan dosis 0,1 cc per kg bobot ikan. Agar efektif, kuras air terlebih dahulu sebanyak 20%. Untuk mengurangi kebiasaan nungging, air akuarium dapat disisakan hingga beberapa cm saja dari lebar tubuh ikan. Sebulan setelah perlakuan ikan kembali berenang lurus dan cantik. (Pupu Marfu’ah)