Monday, September 9, 2024

Aliansi Teh Asia Soroti Industri Teh Rakyat

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id— Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Asia Tea Alliance (ATA), Rabu (23/08), di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Jawa Barat. ATA merupkan sebuah aliansi organisasi teh dari negara-negara produsen dan konsumen teh utama di Asia.

Secara rutin ATA menyelenggarakan pertemuan tahunan sebagai wadah untuk saling memperkuat kerjasama antarnegara dan menciptakan sektor teh yang lebih kompetitif dan berkelanjutan di Asia.

Konferensi tahun ini mengangkat tema “Multistakeholder Cooperation For Tea Sector in Asia”, dengan fokus pada pemberdayaan petani teh kecil dan potensi untuk menciptakan bentuk kerjasama yang melibatkan berbagai pihak dalam industri teh di Asia. Seperti produsen teh, perusahaan pengolahan, pemerintah, lembaga riset, organisasi non pemerintah, petani teh, dan konsumen.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud, meminta berbagai stakeholder untuk bersama-sama menjaga industri teh Indonesia.

“Mari kita jaga sama-sama eksistensi ekonomi teh di Indonesia. Industri teh jangan hanya di level tanaman, tetapi bagaimana teh-teh di Indonesia bisa meningkatkan nilainya yakni dengan cara hilirisasi,” kata Musdalifah, saat membuka Asia Small Tea Growers Conference 2023.

Lebih lanjut, menurut Musdhalifah, teh di Indonesia bukan hanya sekadar industri, melainkan perkebunan teh sudah merupakan bagian dari pariwisata Indonesia. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk menjaga keberadaan teh di Indonesia.

“Kita jaga bersama perkebunan-perkebunan teh yang masih tersisa di Indonesia. Jangan sampai beralih fungsi dan mari kita bersama membantu petani rakyat untuk meningkatkan nilai ekonomi teh di Indonesia,” tuturnya.

Menurut Ketua Aliansi Teh Asia, Mrs. Nayantara Pal Chaudhary, perlu kolaborasi antarnegara untuk meningkatkan nilai ekonomi produsen teh, khususnya petani rakyat.  “Permintaan konsumen akan teh yang diproduksi secara etis meningkat, namun keberlanjutan ekonomi bagi produsen teh seringkali diabaikan,” ujarnya.

Sementara itu, Managing Director Solidaridad Asia, Dr. Shatadru Chattopadhayay, mengatakan, Solidaridad merasa terhormat mendapatkan peran sebagai penyelenggara netral Asia Tea Alliance (ATA). Ia menilai kehadirian ATA merupakan sebuah inisiatif yang menyatukan produsen teh kecil dan besar di benua Asia.

“Dalam tahun-tahun mendatang, kami percaya ATA akan muncul sebagai salah satu forum penting untuk mengatasi masalah yang sama, ketertarikan, dan aspirasi industri teh Asia,” jelasnya.

Sebagai informasi, ATA berdiri pada 2019, beranggotakan enam negara penghasil teh dunia. Diantaranya India yang diwakili oleh Indian Tea Association (ITA), China diwakili oleh China Tea Marketing Association (CTMA), Indonesia diwakili oleh Indonesia Tea Marketing Association (ITMA), Bangladesh diwakili oleh Bangladesh Tea Association (BTA), Nepal diwakili oleh Nepal Tea Producers’ Association, dan Sri Lanka diwakili oleh The Planters’ Association of Ceylon.

Acara ini terlaksana atas kolaborasi Solidaridad Asia, Business Watch Indonesia (BWI), Indonesian Tea Marketing Association (ITMA), Dewan Teh Indonesia (DTI) dan Paguyuban Tani Lestari.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Melalui Edukasi dan Promosi, Komunitas Acteavist Indonesia Aktif Kenalkan Teh ke Generasi Muda

Trubus.id–Komunitas Acteavist Indonesia aktif memperkenalkan teh ke generasi milenial melalui edukasi dan promosi.  Salah satu penggagas Acteavist Indonesia, Cakra...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img