Trubus.id— Masyarakat Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), banyak memanfaatkan singkong sebagai alternatif bahan pangan dan kuliner tradisional. Namun, limbah kulit singkong belum termanfaatkan dengan optimal.
Limbah kulit singkong ketika dibiarkan bisa merusak tanah dan mencemari lingkungan lantaran memiliki kandungan sianida (HCN) yang tidak konstan. Efek lain akan terjadi pencemaran udara yakni bau tidak sedap bagi lingkungan sekitar.
Oleh karena itu sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tengah melakukan pengabdian masyarakat, menawarkan solusi alternatif penanganan potensi permasalahan limbah kulit singkong. Solusi alternatif yang ditawarkan yakni pembuatan produk gula cair singkong serta pupuk organik cair (POC) berbahan dasar kulit singkong.
“Kami melakukan program pemberdayaan ini dengan sasaran Ibu PKK Dusun Klepu yang harapannya mampu memberikan solusi alternatif terkait permasalahan limbah kulit singkong dan mampu meningkatkan pemeliharaan lingkungan serta pendapatan mitra,” jelas salah seorang mahasiswa UGM, Fathia Thaurika Rahma, dikutip dari laman UGM.
Menurut Fathia gula cair singkong memiliki kandungan kalori lebih rendah dibandingkan konsumsi gula harian lainnya yaitu hanya sebesar 1,13 kalori. Kandungan kalori rendah ini bisa dijadikan sebagai pengganti gula konsumsi harian bagi masyarakat penderita penyakit diabetes.
“Gula cair singkong tidak hanya menyehatkan, tetapi juga memiliki rasa tidak kalah manis dengan gula konsumsi harian. Hasil dari pembuatan gula cair kulit singkong dapat diinovasikan menjadi olahan sajian turunannya agar bisa meningkatkan nilai jual produk,” kata Fathia.
Fathia menambahkan limbah kulit singkong juga dapat dibuat menjadi POC. Produk ini direkomendasikan sebagai pengganti pupuk kimia karena efek penggunaan pupuk kimia dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan penurunan kesuburan tanah.
Selain itu, pembuatan POC tergolong mudah karena menggunakan alat dan bahan yang ekonomis dan sederhana sehingga Ibu PKK mampu mempraktikkan secara mandiri.
Lebih lanjut Fathia memaparkan luaran yang diharapkan dari kegiatan pengabdian ini tidak hanya sekedar edukasi pengolahan produk saja, melainkan juga menjadi wadah untuk pengembangan diri melalui sistem Training of Trainers (ToT).
Sistem pelatihan ini juga diharapkan mampu membentuk jiwa kompetensi ibu-ibu PKK Dusun Klepu yang kompeten dan berdaya mandiri.
Sebagai informasi, Fathia melakukan pengabdian masyarakat bersama teman lainnya yang tergabung dalam tim Cassava Peel Hero sebagai tim program kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat (PKM-PM).
Tim itu beranggotakan Fathia Thaurika Rahma (Mikrobiologi Pertanian 2021), Hafsah Dwi Nurhaliza (Mikrobiologi Pertanian 2021), Shinta Firdha Amalia (Mikrobiologi Pertanian 2021), Ayu Mela (Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan 2021), dan Audi Mutia (Teknik Sipil 2021). Mereka di bawah bimbingan Diah Fitria Widhiningsih S.P, M.Sc.