Friday, March 7, 2025

Anda Priyono Di Ujung Paruh Rezeki Bergantung

Rekomendasi

Belum lagi pasokan rutin yang mencapai puluhan pasang. Dengan harga Rp1,5-juta per pasang, pria 34 tahun itu meraup omzet puluhan juta rupiah setiap bulan.

Sejak bangun tidur hingga menjelang tidur lagi, Anda—panggilan Anda Priyono memang disibukkan dengan urusan burung. Menjawab pesanan lewat telepon genggam, mengontrol kesehatan burung, atau mengirimkan pesanan ke berbagai kota. Ketika Trubus berkunjung ke sana, kelahiran Surabaya 18 Juli 1970 itu tengah sibuk menyiapkan 10 pasang jalak suren dan 3 pasang cucakrawa untuk memenuhi pesanan dari Surabaya, Jawa Timur.

Aktivitas seperti itu rutin dijalani Anda setiap hari sejak 2 tahun silam. Apalagi pada Sabtu dan Minggu, kesibukannya dipastikan meningkat karena hobiis dari luar kota datang ke farmnya untuk membeli burung. Menurut perhitungan, total permintaan kedua burung itu mencapai 100 pasang/bulan. Itu belum termasuk permintaan melalui SMS. “Kalau setiap SMS memesan 3 pasang, maka kurang lebih 150 pasang/bulan yang harus dikirim,” ujarnya.

Padahal, ayah 2 anak itu hanya mampu melayani 70 pasang/bulan. Itu hasil penangkaran 20 pasang induk jalak suren dan 10 pasang cucakrawa dan hasil ternakan dari 25 penangkar mitranya di sekitar Solo, Klaten, dan Yogyakarta.

Banting stir

Mondar-mandir dari satu farm ke farm lain mirip dengan pekerjaan Anda 4 tahun silam. Saat itu ia bekerja sebagai pemasar obat di salah satu perusahaan terkenal di Yogyakarta. Mendata stok barang yang bakal dikirim menjadi kegiatan rutin setiap hari selama 5 tahun. Cuma bedanya, kalau dulu ia harus bersusah payah naik motor dan keluar-masuk apotek, kini sebuah toyota kijang LGX diesel terbaru siap mengantarkannya pergi. “Ini dari hasil jual burung, lho,” ujar alumnus STIE YKPN itu.

Di tengah kesibukan menjual obat, anak tunggal itu kerap bertandang ke pasar burung. Merdunya kicauan mampu mengusir penat. Tak cuma itu, di sanalah naluri bisnisnya terusik. “Saya tertarik karena melihat ada peluang bisnis burung. Ide itu pun muncul ketika mampir ke pasar burung. Harga seekor jalak suren mencapai Rp600.000, kok menggiurkan,” kata Anda mengenang.

Pekerjaan sebagai pemasar obat kemudian ditinggalkan sejak 2000 dan beralih menjadi penangkar burung. Di Sagan, Yogyakarta, ia mulai menangkarkan masing-masing 2 pasang jalak suren dan cucakrawa. Kedua burung itu dipilih karena prospek cukup bagus dibanding jenis lain. Maklum, kedua jenis itu di alam hampir punah.

Sebagai pemula ia juga sering gagal menjodohkan. Kematian piyik pun acap dialaminya. Toh kendala itu tak mengendurkan semangatnya. Hasil anakan pertama tidak langsung dijual, tetapi dibesarkan untuk induk. Jumlah kandang pun ditambah menjadi 10 buah.

Dua tahun kemudian ia membangun 30 kandang di lantai ke-3 Solo, Jawa Tengah. Begitu produksi anakan cukup banyak, barulah ia menjual hasil ternakannya. Semula ia menenteng sendiri ternakannya ke pasar burung. Kemudian ia berpromosi di salah satu koran lokal. Strategi itu ternyata membuahkan hasil.

Dalam sebulan sebanyak 40 pasang jalak suren terjual. Saat itu harga sepasang Rp1.250.000, sehingga ia mengantongi Rp25-juta/bulan. Penghasilan yang amat tinggi bila dibandingkan saat ia menjadi salesman yang hanya bergaji Rp2-juta/ bulan.

Jalin kemitraan

Menurut Anda meningkatnya permintaan jalak suren dan cucak rawa seiring dengan maraknya lomba di berbagai daerah. Hobiis menyukai burung hasil ternakan karena jinak sehingga mudah dipelihara dan ditangkarkan lagi. Anda menjamin kualitas induk yang dibeli. Ia juga memberikan bimbingan teknis hingga penangkaran itu berhasil. Penangkar pun bebas menjual hasil ternakannya, dikirim ke Anda atau orang lain. “Biasanya mereka percaya sehingga tetap menjual burung ke saya,” ujar suami Dewi Savitri itu.

Peluang itu menarik minat 25 penangkar di sekitar Yogyakarta, Klaten, Solo, Surabaya, dan Jakarta untuk bermitra. Listyanto, misalnya, salah satu mitra yang tinggal di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, mampu meraup omzet Rp25-juta/bulan. Peternak plasma tak susah payah memasarkan burung. Soalnya, semua hasil ternakan diterima Anda. Keuntungan Anda, kontinuitas pengiriman burung terjaga.

Lantaran prospek yang cerah, pria energik itu sedang sibuk membangun 80 kandang lagi di Wedi, Klaten. Bahkan, rencana pembuatan 70 kandang lagi bakal dilakukan pada tahun mendatang. Semua itu ditempuh lantaran produksi kurang dibanding jumlah permintaan yang mencapai 2 kali lipat.

Hari-hari Anda seolah dihabiskan untuk burung. Sejak bangun tidur pikirannya melayang ke binatang bersuara indah itu. Begitu terdengar suara, tut…, tut…, tut…. di telepon genggamnya, bunyi SMS itu mungkin saja permintaan, “Saya pesan 10 jalak suren, bisa dikirim segera”. Pesan pendek itu bakal menghasilkan rupiah yang mengisi pundi-pundinya. (Nyuwan SB)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Pangan Lokal sebagai Pilihan Menu Berbuka dan Sahur yang Bergizi

Trubus.id–Bulan Ramadan menjadi momen istimewa untuk menjaga pola makan yang sehat dan seimbang. Salah satunya dengan mengonsumsi pangan lokal...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img