Itu berkat 4 varietas unggul, seperti bima juna, kuning tablet, kuning engkel, dan bangkok. “Produktivitasnya mampu bersaing dengan bawang merah impor,” kata pekebun di Kedawon, Larangan, Brebes, Jawa Tengah.
Empat bawang merah itu sebenarnya bukan asli Brebes. Mereka didatangkan dari daerah lain. Varietas bima, misalnya didatangkan dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Konon, yang berhasil mengembangkan Juna. Makanya, ia disebut bima juna sebagai penghargaan.
Demikian pula kuning tablet yang dikembangkan pertama kali oleh Tablet. “Lantaran sudah adaptif dan terseleksi, produktivitas tablet tinggi,” kata pekebun puluhan tahun itu. Sebutan kuning engkel diberikan lantaran pucuk daun melengkung. Sementara nama bangkok diberikan karena umbi besar.
Dengan keunggulannya hampir semua pekebun di Brebes menanam ke-4 varietas itu. Namun, saat musim hujan penanaman dilakukan di pesisir pantai. “Tanah berpasir porous dan berdrainase baik, cocok untuk penanaman jenis itu,” ujar pemilik UD Reksotani itu. Sosok masingmasing varietas mudah dikenali karena memiliki karakteristik yang khas.
Bima Juna
Produksi : 14—16 ton/ha.
Bentuk umbi : bulat meruncing
Warna umbi : merah tua
Bentuk daun : lurus, kecil
Warna : hijau
Jumlah anakan : banyak
Panen : 60—65 hari setelah tanam (HST).
Kuning Tablet
Produksi : 14 ton/ha
Bentuk umbi : bulat
Warna umbi : merah tua
Bentuk daun : lurus, besar
Warna : hijau kekuningan
Jumlah anakan : sedang
Panen : 60—65 HST
Kuning Engkel
Produksi : 14 ton/ha
Bentuk umbi : bulat
Warna umbi : merah tua
Bentuk daun : lurus dan besar
Warna : hijau kekuingan dan pucuk daun melengkung
Jumlah anakan : sedang
Panen : 65—70 HST
Bangkok
Produksi : 10—12 ton/ha
Bentuk umbi : bulat meruncing, besar
Warna : merah keputihan
Bentuk daun : lurus dan panjang
Jumlah anakan : sedikit
Panen : 55—60 HST (Nyuwan SB)