Trubus.id-Dosen di Fakultas Peternakan, Institus Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Dewi Apri Astuti, M.S., IPU., Asean, Eng., mengolah magot menjadi bahan untuk formula susu ternak. Dewi dan tim meracik formula susu berbahan dasar magot.
Ia memberikan nama produk itu BSF Milk Replacer. Milk Replacer itu bisa dikonsumsi sebagai susu pengganti untuk cempe. “Pakan fungsional itu memiliki keunggulan antidiare untuk anak domba atau kambing,” ujar Dewi.
Berarti keberadaan bahan dasar magot tidak hanya sekadar sebagai pakan saja. Namun, digunakan sebagai pakan fungsional. Maksudnya memiliki peran lain selain sebagai pakan saja. Menurut doktor Fisiologi Nutrisi alumnus Institut Pertanian Bogor itu tigkat kematian anak prasapih (berumur 0—2 bulan) mencapai 20%.
Pemicu kematian biasanya dari diare. Cempe mengonsumsi susu dari ambing induk yang diberikan pakan berupa rumput basah setiap pagi. Akibatnya menimbulkan cacing dan Escherichia coli. Susu pengganti hasil kreasi Dewi itu mengandung 20% minyak BSF.
Dalam minyak BSF mengandung asam laurat yang berfungsi sebagai antimikrob. Hasil riset Dewi menunjukkan minyak BSF mampu mematikan bakteri patogen hingga 99%.
Periset dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, Aditya Tri Putra, menggunakan tepung berbahan dasar magot BSF (Hermatia illucens) untuk substitusi konsentrat pakan ayam telur ras.
Aditya mengamati pengaruh tepung berbahan dasar magot terhadap kualitas interior telur ayam ras petelur. Hasil riset menunjukkan substitusi tepung magot yang signifikan berpengaruh terhadap parameter yang diamati.
Tepung berbahan dasar magot dengan substitusi 15% ke dalam ransum memberikan kualitas terbaik terhadap indeks putih telur, indeks kuning telur, warna kuning telur, dan Haugh Unit. Keempat parameter itu tentu saja dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terkandung di dalam magot.
Sebagai contoh warna kuning telur keemasan hingga oranye merupakan wujud pigmen yang terkandung di dalam telur itu. Pigmen yang terdapat di dalam telur dipengaruhi oleh jenis pigmen di dalam pakan yang dikonsumsi. Pigmen yang terkandung di dalam kuning telur itu merupakan jenis karotenoid.
Sebenarnya magot tidak memiliki kandungan karotenoid bawaan. Namun, magot memiliki organ yang bernama tropochytes yang mampu menyimpan kandungan nutrisi yang dikonsumsi. Rata-rata tepung magot BSF berasal dari budi daya.
Sumber pakan berasalah dari sampah dapur yang mengandung karotenoid seperti sayuran hijau, jagung, wortel, dan tomat. Hal itu menyebabkan tepung magot BSF yang dihasilkan kaya akan kandungan karotenoid. Warna kuning telur tentu saja berpengaruh terhadap selera konsumen.
Sementara kandungan lemak sebesar 29,65%. Terdapat juga kandungan lain yang tidak kalah penting seperti asam amino, asam lemak, dan mineral. Penelitian Aditya selaras dengan pengalaman empiris yang dialami oleh pehobi ikan hias di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indromoertedjo Tutuko.
Indromoertedjo menggunakan magot kering dan ebi kering sebagai bahan pakan tambahan ikan maskoki supaya memiliki warna kulit yang cerah. Ia mengolah pakan sendiri untuk budi daya ikan.
“Saya mengolah magot dan ebi menggunakan mesin penggilingan kopi,” ujar Indromoertedjo. Ia mencampurkan gilingan ebi dan magot dengan takaran 1:3—1:5. Artinya terdapat 20—33 gram ebi dan 77—80 gram magot dalam 100 gram campuran pakan.
Selanjutnya ia menggabungkan 200 gram campuran magot dan ebi dengan 1 kg pelet. Menurut Gatot pemberian pakan rutin 3 kali sehari selama sepekan terbukti signifikan mencerahkan warna ikan maskoki.
“Terlebih ikan yang berwarna merah sangat terlihat perbedaanya,” tambah Indromoertedjo. Manfaat magot secara langsung tiak sebatas sebagai pengurai sampah organik dan pakan fungsional saja. Magot juga dapat dimanfaatkan sebagai pangan fungsional.
Artinya magot dapat dijadikan sebagai bahan dasar pangan yang dapat dikonsumsi manusia karena mengandung nilai gizi yang tinggi. Namun, beberapa masyarakat masih awam dan belum terbiasa mengonsumsi olahan magot.
