Trubus.id — Gerbang besi berwarna hitam dan cokelat bertekstur kayu menyambut kedatangan para pengunjung. Dari luar hanya terlihat dinding beton di sekeliling tempat itu. Begitu gerbang terbuka, barulah hamparan aneka tanaman hias nan indah terbentang sepanjang mata memandang.
Itulah suasana Alpha Nursery milik Hendra Rukmana. Hendra menambang rupiah dari situ. Saban bulan, ia mampu meraup omzet Rp50 juta–Rp100 juta dari perniagaan tanaman hias. Di rumah tanam itu terdapat banyak jenis, mulai dari aneka Scindapsus sp., kuping gajah, hingga bromelia berbagai varian yang terhampar di atas lantai.
Hendra mengatakan, scindapsus, anthurium, dan kuping gajah menjadi tiga tanaman yang banyak permintaannya.
“Dahulu permintaan lebih tinggi untuk ekspor. Sekarang imbang antara pasar dalam dan luar negeri,” kata warga Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu.
Khusus scindapsus hampir semua jenis laku, baik yang berharga murah Rp100.000 per daun maupun yang berharga tinggi. Scindapsus variegata seperti Scindapsus pictus ‘Exotica’ berharga tinggi mencapai Rp5 juta per daun.
“Sekarang harganya turun. Dahulu bisa Rp12 juta per daun,” kata Hendra.
Kini yang tengah naik daun adalah Scindapsus batticorn variegata yang berharga US$1.000 setara Rp15 juta (kurs US$1 = Rp15.000) per daun. Adapun anthurium yang saat ini paling laku adalah anthurium silver blush seharga Rp1 juta–Rp10 juta per tanaman, bergantung pada karakter warna. Tanaman indukan berharga Rp10 juta yang memiliki 7–10 daun yang saat ini laku di pasaran, yakni A. papilaminum.
Hendra membudidayakan aneka tanaman hias di tiga rumah tanam (greenhouse) seluas1.800 m2. Rumah tanam itu terbuat dari baja ringan sehingga terlihat kokoh dan rapi. Ketiga rumah tanam itulah yang kini jadi tambang rupiah bagi Hendra. Suasana itu berbeda sebelum 2016. Saat itu Hendra tidak berminat menekuni bisnis tanaman hias.
Ia lebih tertarik membudidayakan ikan konsumsi dan sapi perah. Itu pun hanya sebagai pekerjaan sampingan. Ia juga memilih bekerja sebagai penyelia di salah satu perusahaan agrowisata di kawasan Tajur, Kota Bogor, Jawa Barat.
Setelah menikah pada 2016, mau tidak mau Hendra harus mencari pendapatan tambahan. Meski sebelumnya tak berminat di dunia tanaman hias, akhirnya terpaksa ia tekuni. Musababnya, ia tinggal di Ciapus yang terkenal sebagai sentra tanaman hias.
Ia menggelontorkan biaya Rp3,5 juta untuk modal usaha. Sebetulnya, ia bisa mengambil tanaman hias dari ayahnya, tetapi gengsi. Modal itu ia belikan Platycerium sp. lantaran perawatannya mudah.
“Cukup ditempel di kayu terus disiram dan diberi vitamin cair sehari sekali,” kata pria berumur 31 tahun itu.
Setelah 4 bulan, ternyata platycerium itu menghasilkan Rp20 juta. Penghasilan dari tanaman hias ternyata lebih besar daripada bekerja. Ia pun memutar modal kembali untuk membeli aneka tanaman hias lain. Tak disangka, saat itu ia berhasil menjual tanaman hias ke mancanegara.
Ia pun memperbanyak tanaman hias berpenampilan bagus. Ternyata, aktivitas bisnis tanaman hias makin banyak dan menyita waktu. Akhirnya, Hendra mengundurkan diri dari pekerjaannya pada 2018.
Ia juga meninggalkan usaha perikanan. “Sementara sapi perah dikelola sama orang lain,” kata Hendra. Sejak itu ia mulai membangun rumah tanam. Ia juga mengurus perizinan untuk ekspor dan impor agar bisa mengirim sendiri tanaman hias ke mancanegara.