Friday, April 18, 2025

Anggrek Akar Tak Berdaun dari Pulau Sumatera

Rekomendasi

Trubus.id-Penemuan spesies baru anggrek dari Aceh, Pulau Sumatera, kembali menegaskan kekayaan hayati Indonesia yang luar biasa. Chiloschista tjiasmantoi Metusala, sp. nov., merupakan anggrek epifit tak berdaun yang unik dan endemik.

Bunga dari spesies ini sekilas menyerupai Chiloschista javanica yang berasal dari Jawa, namun memiliki perbedaan mencolok secara morfologi. Petal berbentuk oblong-obovate dan bibir bunga khas menjadi ciri pembeda yang signifikan.

Indonesia memang dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman anggrek dunia, namun eksplorasi masih belum merata ke seluruh kelompok. Kelompok anggrek tak berdaun, seperti genus Chiloschista, sering kali luput dari perhatian para peneliti.

Melansir pada laman BRIN, pada tahun 2019, peneliti dari BRIN, Destario Metusala, menemukan individu Chiloschista tumbuh epifit di perkebunan semi-terbuka Aceh. Warna akarnya yang menyerupai kulit batang pohon menjadikannya sangat sulit terdeteksi tanpa bunga.

Bunga kecil berwarna kuning cerah menjadi satu-satunya petunjuk visual keberadaannya di alam. Spesimen yang berbunga lalu dikoleksi dan dianalisis lebih lanjut untuk memastikan perbedaan morfologinya.

Setelah melalui proses identifikasi, spesimen tersebut dikonfirmasi sebagai spesies baru yang belum pernah dideskripsikan. Nama Chiloschista tjiasmantoi diberikan sebagai penghormatan kepada Wewin Tjiasmanto, filantropis lingkungan.

Spesies ini dikategorikan sebagai “Genting” (Endangered) berdasarkan kriteria IUCN karena habitatnya yang sempit dan terancam. Destario menegaskan pentingnya memperluas kawasan lindung di Aceh demi menyelamatkan flora endemik ini.

Bunga C. tjiasmantoi memiliki diameter sekitar 1–1.2 cm, berwarna kuning dengan bintik jingga atau kemerahan. Dalam satu tangkai panjang, dapat tumbuh hingga 30 bunga yang mekar bersamaan.

Habitat idealnya berada di ketinggian 700–1000 meter di atas permukaan laut, pada lingkungan berangin, lembap, dan semi-terbuka. Musim berbunga utamanya terjadi pada pertengahan Juli dan akhir tahun.

Anggrek ini menjalankan fotosintesis melalui akar karena ketiadaan daun yang fungsional. Fenomena ini menjadikannya subjek menarik untuk riset fisiologi tanaman lanjutan.

Sepanjang hidupnya, spesies ini tidak memiliki daun yang berkembang sempurna. Kalaupun tumbuh, jumlahnya hanya satu atau dua lembar kecil yang cepat gugur.

Genus Chiloschista merupakan bagian dari kelompok anggrek tak berdaun yang dideskripsikan pertama kali pada tahun 1832. Saat ini, genus ini mencakup sekitar 30 spesies tersebar di Asia Selatan, Asia Tenggara, hingga Australia.

Di Indonesia, sebelumnya hanya tercatat empat spesies Chiloschista yang tersebar di Jawa, Sunda Kecil, Sulawesi, dan Maluku. Penemuan ini menjadi catatan pertama kehadiran genus ini di Pulau Sumatra.

Penelitian lengkap mengenai spesies ini telah dipublikasikan dalam jurnal PhytoKeys edisi Maret 2025. Publikasi ini menjadi langkah penting dalam mendokumentasikan kekayaan biodiversitas Indonesia yang masih terus terkuak.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Corak Batik Aglaonema Antik Memikat Hati

Trubus.id-Aglaonema hibrida karya mendiang Gregori Garnadi hambali selalu memikat pecinta aglaonema di nusantara. Pehobi aglaonema di Kabupaten Sleman, Provinsi...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img