
Anggrek bulan unik, berlidah lebar seolah berpetal tiga.
Amelia Manoh asyik memilih phalaenopsis untuk bahan rangkaian. Ia terpaku melihat sekumpulan phalanopsis berlidah lebar. Setelah mengamati, perangkai bunga di Jakarta Barat itu memilih 3 pot phalaenopsis. “Saya baru melihat anggrek bulan berbibir lebar,” kata Amelia. Itulah anggrek big lips yang relatif baru masuk ke Indonesia. Ia tertarik untuk memasukkan anggrek unik itu dalam rangkaian yang akan dibuatnya.
Hasrat untuk menampilkan anggrek unik bagi pelanggannya mengalahkan rasa sayang memotong tangkai bunganya. “Menampilkan sesuatu yang baru selalu disambut hangat oleh langganan. Karena mereka kadang bosan dengan bunga yang sama terus- menerus, meski sosok rangkaian berbeda,” kata Amelia. John Christino Suarly baru memasukkan anggrek berlidah lebar itu pada 2014.

Kelas dunia
John Christino Suarly menata anggrek itu dengan anggrek bulan lain pada ekshibisi Flora Fauna (Flona) 2015. Bila kurang cermat melihat, pengunjung mungkin tidak menemukannya. Sebab, sosok daun, panjang tangkai bunga, dan ukuran bunga sama seperti anggrek bulan biasa. Jumlah kuntum bunga dalam satu tangkai pun sama. Jadi perbedaannya memang hanya pada bentuk bunga.
Pekebun di Cisarua, Kabupaten Bogor, itu memasukkan anggrek lidah besar dalam bentuk bibit botolan. Setelah memelihara setahun, anggrek itu berbunga. John tidak tahu persis nama masing-masing varietas. Pemilik John’s Farm itu memiliki lebih dari 6 varietas anggrek berbibir lebar, yaitu putih polos, putih agak merah jambu, merah muda bergaris merah, dan putih totol merah tua. Ia membanderol anggrek itu Rp150.000—Rp175.000 per pot.

Sejatinya phalaenopsis lidah lebar bukan barang baru di dunia anggrek. Anggrek-anggrek yang seolah memiliki tiga sepal itu dikenal dengan sebutan pelorik. Anggrek demikian mengalami mutasi sel sehingga sosoknya berubah. Lidah menyerupai sepal sehingga seolah mempunyai 3 sepal. Ukuran dan bentuk ketiganya memang hampir sama. Varietas anggrek pelorik pertama ialah world class. Ia diduga merupakan mutasi dari Phalaenopsis schilleriana.
World class itulah yang kemudian “melahirkan” big foot atau big lips alias lidah lebar. World class menjadi fenomenal lantaran sifat abnormalnya stabil sehingga dapat diturunkan pada generasi berikutnya. World class pernah menjadi indukan berpasangan dengan yu pin dream girl. Ketika berpasangan dengan sogo dove melahirkan yu pin fireworks. Ia pun pernah disilang dengan yolanda josefa dan dengan happy valentine.

Protein compleks
Persilangan itu melahirkan bentuk-bentuk lidah yang berbeda-beda, tetapi ukurannya tetap besar. Karena keistimewaan bentuk bunganya sehingga mengundang minat berbagai kalangan untuk meneliti misteri lidah lebar. Lewat serangkaian penelitian, Chang-Hsien Yang dan rekan-rekannya dari National Chung Hsing University, Taiwan, menemukan ekspresi gen yang terkait dengan perkembangan kelopak bunga.
Mereka menemukan bahwa pada bunga anggrek dewasa ada dua protein yang berpengaruh, yang disebut ‘L’ kompleks yang berpengaruh pada pembentukan labelum alias lidah. Adapun ‘SP’ kompleks berperan pada pembentukan sepal dan petal. Kedua protein kompleks itu “bersaing” untuk menentukan bentuk lidah atau kelopak bunga. Chang mengkonversi lidah menjadi bentuk kelopak.

Caranya mengurangi peran protein L kompleks dengan menggunakan “peredaman” gen. Mereka meredam L kompleks menggunakan virus tertentu sehingga protein L kompleks tidak berperan. Yang memegang kendali ialah protein SL kompleks. Akibatnya, bentuk labelum (lidah) lebih lebar mengikuti bentuk sepal dan petal. Karena lidah menjadi lebar, serangga lebih mudah hinggap pada bunga sehingga penyerbukan lebih gampang.
Tepi lidah yang biasanya melengkung— menghalangi serangga hinggap—bentuknya menjadi datar. Demikian pula sebaliknya. Bila protein SP kompleks yang ditahan, maka bentuk sepal dan betal menyerupai labelum. Sebenarnya transformasi genetik pada anggrek sangat sulit dan memakan waktu,” kata Chang. Namun, mereka merencanakan untuk mengidentifikasi gen yang mengontrol ukuran, bentuk dan warna bibir, sepal, serta kelopak. Namun, hingga kini masih misteri.

Menurut dosen di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Ir Edhi Sandra MS, saat ini memang sudah ditemukan protein yang khusus mempengaruhi pertumbuhan khusus lidah anggrek. Sehingga kalau kita tambahkan protein tersebut akan berdampak pada pertumbuhan organ yang di dukung oleh protein tersebut. Sama dengan ditemukan gen pemicu hormon giberelin. Bila gen tersebut ditransfer ke dalam suatu tanaman maka tanaman tersebut akan rajin berbunga. Dari hasil penelitian di IPB kultur yang diberi gen hormon bunga, maka dari kalus langsung tumbuh bunga. (Syah Angkasa)
