Saturday, April 20, 2024

Arif Menangkap Kepiting

Rekomendasi
- Advertisement -
Masyarakat Lorang, Aru Tengah, Provinsi Maluku, hanya menangkap kepiting jantan dewasa untuk menjaga kelangsungan hidup.(foto : Aziz Fardhani Jaya)

TRUBUS — Masyarakat Lorang di Aru Tengah, Provinsi Maluku, juga merawat kearifan lokal. Pengunjung area itu harus menyusuri selat-selat kecil yang memisahkan pulau di Aru Tengah. Masyarakat Lorang lebih sering mengonsumsi daging dan ikan sebagai pangan pokok. Potensi alam yang kaya berupa hamparan hutan hujan tropis yang luas dengan keragaman hayati di dalamnya, mampu menyediakan sumber pangan dan hewan buruan bagi masyarakat Lorang.

Selain itu, sumber protein lainnya juga di dapat dari penghuni mangrove yaitu karaka atau kepiting. Beragam jenis mangrove seperti Aegiceras corniculatum, Aegiceras floridum, Bruguiera gymnorrhiza,  Ceriops tagal, dan Rhizophora mucronata tumbuh mengelilingi pulau-pulau kecil di Aru. Mangrove di Lorang menyimpan potensi kepiting yang besar dan melimpah. Satwa Scylla serrata itu sekaligus menjadi sumber ekonomi yang menjanjikan.

Masyarakat menangkap kepiting untuk konsumsi sendiri dan menjualnya sebagai sumber pendapatannya. Harga jual satwa anggota famili Portunidae itu mencapai Rp150.000 per kg. Bobot seekor karaka bakau 1—2 kilogram. Masyarakat rata-rata menangkap 7—10 kepiting per pekan dengan peralatan tradisional seperti bubu—perangkap terbuat dari kawat. Keruan saja, tidak setiap waktu masyarakat bisa memanen karaka.

Biasanya mereka menangkap pada musim angin timur atau bulan-bulan kering. Secara tradisional mereka juga tidak menangkap semua karaka. Masyarakat menghindari menangkap karaka betina apalagi jika sedang bertelur. Kalau tertangkap, mereka akan melepaskannya kembali ke alam. Masyarakat setempat piawai membedakan kepiting jantan dan betina. Ciri kepiting betina di bagian bawah perut, tampak jingga kekuningan jika bertelur.

Selain itu mereka tidak memanen karaka berukuran di bawah 200 gram per ekor. Masyarakat memercayai ukuran itu belum dapat memijah. Alasan lainnya, pasar juga menolak karaka berukuran kecil itu. Tradisi itu menunjukkan praktik pemanfaatan alam oleh masyarakat lokal mempertimbangkan keberlangsungan lingkungan. (Aziz Fardhani Jaya, pegiat di Forest Watch Indonesia)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Jangan Buang Kulit Manggis! Berpotensi Redakan Bronkitis

Trubus.id—Usai konsumsi manggis, jangan buang kulitnya! Ya, berbagai riset membuktikan kulit manggis berkhasiat untuk kesehatan tubuh. Salah satunya membantu...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img