Trubus.id — Memilih avokad sebagai sumber pendapatan karena mudah mendulang rupiah. Selain sebagai anggota staf pengembangan dan riset di sebuah perusahaan swasta ternama di Bekasi, Jawa Barat, profesi lain Adi Indra Permana yaitu pedagang avokad.
Ia memasarkan avokad premium ke kolega di kantornya. Aktivitas Adi bermula sebelum fajar menyingsing di ufuk timur. Pada pukul 03:00—04:00 dini hari, ia meninggalkan peraduan dan bergegas menjemput kiriman avokad yang diantar agen travel.
Adi lantas menyeleksi ulang, merapikan, membungkus, dan mengantarkan avokad langsung kepada pelanggan pagi itu juga. Berniaga avokad rupanya menguntungkan sekaligus mengasyikkan.
Maklum saja, avokad merupakan buah favorit Adi. Dari hasil perniagaan itu Adi memilih fokus berniaga avokad pada 2017. Kini Adi menjual 400—800 kg avokad premium seharga Rp45.000/kg setiap bulan.
Promosi
Bandingkan dengan volume penjualan pada 2016 ketika Adi merintis usaha. Ia hanya sanggup melayani pemesanan sekitar 240 kg avokad per bulan. Pendapatan yang diperoleh pun sedikit. Maklum saja, Adi masih berstatus pegawai kantoran saat itu.
Ia harus pandai-pandai membagi waktu sebab sebagian waktunya digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Adi baru benar-benar fokus mengembangkan bisnis avokad usai berhenti dari pekerjaan tetapnya. Ia sengaja membidik avokad premium sebagai ladang usaha.
Alasannya keberadaan avokad premium masih sulit dijumpai. “Padahal konsumen, terutama kalangan menengah ke atas, menginginkan avokad bercita rasa nikmat tanpa memedulikan harga,” ujar warga Kota Bekasi, Jawa Barat, itu.
Fenomena itu mendorong Adi menekuni bisnis avokad premium. Ia menyediakan avokad bertekstur pulen, berwarna kuning, serta bercita rasa manis dan legit. Penampilan avokad pun memanjakan mata dengan kulit hijau dan mulus. Itu tandanya buah terawat baik.

Adi menjalin kerja sama dengan pemasok avokad di Lampung untuk menjamin kontinuitas produk.“Permasalahan produk pertanian di Tanah Air pasokan tidak menentu dan pekebun kurang memahami mutu komoditas,” ujar alumnus Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor, itu.
Oleh sebab itu, ia menjaga komunikasi dengan mitra dan memberikan penjelasan mengenai kriteria avokad yang diinginkan. Adi memanfaatkan peran media sosial dari ponsel pintar dan laman dunia maya untuk menjaring calon pembeli.
Semula hanya teman dan kerabat dekat yang memesan. Lambat laun pelanggan mulai meluas seperti penyedia jasa katering dan restoran. Adi lantas membangun brand Kojama Shop sebagai identitas produk avokad premium besutannya. Ia juga menggandeng influencer untuk mempromosikan produk Kojama.
Bisnis utama
Adi mengelola sebuah kios untuk menampung buah. Ia mempekerjakan 4 karyawan untuk membantu perniagaan. Pasar Kojama terkonsentrasi di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bandung).
Adi menuturkan, hubungan baik dengan konsumen, pemasok, maupun influencer sangat penting dalam mengembangkan jaringan bisnis. Pun promosi produk harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Yang menarik, Adi tak segan membagikan resep menu olahan avokad yang disajikan amat menarik lewat laman media sosial Kojama Shop. Menurut Adi asalkan pasokan kontinu, mutu terjaga, dan manajemen sumber daya manusia optimal maka bisnis berjalan optimal.
Hasrat Adi menjadi pengusaha hortikultura bermula dari mimpinya sebagai pengusaha. Namun, keinginan orang tua yang menghendaki buah hatinya bekerja kantoran membuat Adi membendung mimpinya dahulu.
Pria berkaca mata itu tak mengira bisnis sampingan yang ia jalani menjadi bisnis utama. Semua memang bermula dari sebuah mimpi. Adi Indra Permana berupaya mewujudkannya, agar mimpi itu bukan sekadar angan kosong. (Andari Titisari)