Trubus.id— Penyakit antraks tidak hanya dapat menjangkit hewan lain, tetapi manusia pun berisiko terpapar. Oleh karena itu tidak disarankan menyembelih ternak yang sakit lantaran dapat menjadi pemicu penyebaran penyakit.
Menurut Pakar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. drh. Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni, M.Si., hewan yang terjangkit tidak boleh dibuka, sehingga apabila disembelih itu kesalahan fatal karena bakteri sebagian besar ada di darah.
“Ketika darah keluar dan berinteraksi dengan udara, terbentuklah spora yang menjadi momok,” terang Wahyuni, dilansir dari laman resmi Universitas Gadjah Mada.
Wahyuni menuturkan kasus antraks telah masuk ke Indonesia sejak 1884, dan wilayah yang terserang antraks semakin lama semakin banyak dan meluas. Antraks merupakan salah satu penyakit yang tidak mudah dimusnahkan.
Menurut Wahyuni, spora yang dihasilkan oleh bakteri antraks, sulit hilang dan bisa bertahan di tanah hingga puluhan tahun. Kendati demikian, penyakit antraks yang menyerang hewan, sebenarnya masih bisa ditangani dengan penanganan yang cepat dan tepat.
“Bisa diobati karena bakteri masih sensitif dengan antibiotik. Untuk pencegahan ada vaksinasi yang perlu diulang setiap enam bulan,” ujarnya.
Adapun antraks yang menyerang manusia bisa dibagi ke dalam empat jenis, yaitu antraks kulit, antraks saluran pencernaan, antraks saluran pernafasan, serta antraks injeksi.
Menurut epidemiolog UGM, dr. Citra Indriani, MPH, kasus antraks yang paling sering ditemukan di Yogyakarta adalah antraks kulit, sedangkan kasus antraks saluran pernafasan dan antraks injeksi hingga kini belum pernah ditemukan di Indonesia.
“Antraks kulit bisa muncul ketika seseorang menyembelih hewan yang terinfeksi, lalu darah yang keluar kontak dengan kulit yang terdapat luka. Gejala awalnya adalah gatal lalu berkembang cepat menjadi luka antraks dan pembengkakan,” terang Citra.
Sama seperti kejadian pada hewan, antraks pada manusia juga bisa ditangani dengan deteksi dini serta pengobatan yang sesuai. Namun, ia menekankan bahwa upaya-upaya pencegahan lebih penting untuk diperhatikan.
“Begitu ada antraks perlu ada pengendalian terus menerus, dari segi lingkungan maupun hewannya sehingga penyakit manusia bisa dicegah. Jika memiliki gejala pascakontak dengan hewan sakit atau menyembelih, langsung datang ke fasilitas kesehatan karena dokter sudah disiapkan untuk bisa mendeteksi dini kasus antraks pada manusia,” jelasnya.