Saturday, December 9, 2023

Bangun Istana Naga di Lancang Kuning

Rekomendasi
- Advertisement -

Kadang-kadang suara mesin meraung—raung karena melewati tanjakan curam. Laju mobil berkurang kala melintasi jembatan kayu. Setengah jam perjalanan sungguh sangat melelahkan. Namun, rasa letih dan penat itu sirna begitu kaki menjejakkan di farm penangkaran arwana di Kulin, Bukit Raya, Pekanbaru.

Saat memasuki pintu gerbang, tidak ada plang papan nama. Hamparan kolam—kolam siluk pun tidak terlihat. Yang tampak hanya sebuah rumah dan 10 kandang ayam potong. Ternyata kolam penangkaran arwana ada di belakang kandang ayam. Di sana terlihat 4 kolam tanah, masing—masing berukuran 6 m x 30 m, 8,5 m x 70 m, dan sebuah kolam ukuran 12 m x 50 m. Kedalaman kolam sekitar 5 m.

Farm seluas 1,5 ha itu dikelilingi pagar kayu setinggi 2 m. Tidak ada pengamanan ekstra ketat. Untuk menjaga keamanan, Henry Liberty, sang pemilik menempatkan 8 anjing kampung dan 2 pitbul. Puluhan lampu neon 40 watt dipasang di setiap sudut kolam. Dua genset masing-masing berkekuatan 10 KVA dioperasikan untuk memperlancar aktivitas di kolam. Meski terbilang sederhana, Henry—sapaannya sudah merogoh kocek sekitar Rp3-miliar untuk membangun farm.

Hal itu berbeda dengan PT Wajok Inti Lestari, salah satu farm arwana yang dikunjungi Trubus di Pontianak, Kalimantan Barat. Lokasi penangkaran milik The Hendrie tampak mewah. Pengamanan pun ekstraketat. Tidak sembarangan orang boleh masuk ke sana. Bahkan, untuk masuk lokasi pengunjung harus melewati 3 lapis pagar tembok beton setinggi 4 m. Lampu halogen dipasang di setiap sudut untuk penerangan. Tak seorang pun yang lolos dari pengamatan penjaga yang siaga di setiap pos. Maklum, ribuan induk berharga puluhan juta rupiah tersimpan di sana.

Tandon air

Di Pontianak, sebagian besar farm mengandalkan air Sungai Kapuas. Tak heran, bila lokasi farm kebanyakan berdekatan dengan sungai terpanjang di Indonesia itu. Alasannya, selain kontinuitas pasokan air terjamin, juga cocok dengan ikan kahyangan itu.

Henry tidak memanfaatkan air sungai. “Air sungai di sini (Pekanbaru, red) sudah banyak yang terpolusi dan debit air tidak menentu,” ujarnya. Ia menyedot air dengan menancapkan 3 pipa berdiameter 4 inci sedalam 20 m. Air memancar, lalu ditampung di kolam tandon berukuran 50 m x 50 m dan berkedalaman 5 m.

Air di tandon mengalir melalui pipa pvc 4 inci ke kolam penyaringan berukuran 1 m x 40 m. Saluran pemasukan itu bisa dibuka—tutup sesuai dengan kebutuhan. Filterisasi sederhana itu berfaedah untuk mengontrol kualitas air.

Dari kolam penyaringan, air baru didistribusikan dengan pompa berukuran 6 inci ke setiap kolam melalui pipa pvc 4 inci. Pernggantian air sebanyak 20% dari tinggi air kolam dilakukan setiap hari. Begitu masuk, air lama terbuang secara otomatis melalui saluran pembuangan selebar 2 m yang berada mengelilingi areal kolam.

Induk terpilih

Kunci sukses penangkaran arwana terletak pada kualitas induk. Untuk memenuhi obsesinya, Henry meminta beberapa koleganya di Jakarta dan Kalimantan Barat untuk memasok calon induk. Kurang dari setahun, ia berhasil mengumpulkan 100 ekor induk tangkapan alam. Jenis yang dominan superred, lalu silver, dan golden red. Ukurannya 40—70 cm. Ribuan induk dan anakan jardini pun dicemplungkan ke kolam penangkaran.

Tidak sembarangan ikan dijadikan induk. Henry selalu mensyaratkan calon induk, seperti tubuh proporsional, warna cerah, dan tidak cacat. Induk—induk terseleksi dimasukkan ke kolam terpisah sesuai jenis. Begitu mendapat izin pada September 2003, Henry mengibarkan bendera PT Hanggar Lestari Alam sebagai penangkaran arwana.

Izin penjualan arwana dan jardini pun sudah dikantonginya. Terbukti gerai khusus arwana dibangun di bilangan Manggabesar, Jakarta Barat. Bangunan 4 lantai itu dihuni puluhan akuarium besar berisi berbagai jenis, mulai jardini, superred, golden red, pino, banjar red, dan silver. Di lantai 4 pun dibuat 3 bak pembesaran untuk silver dan jardini berukuran 10 cm—20 cm.

Tak semua arwana dilempar ke pasaran. Beberapa ekor dipertahankan sebagai calon induk. Hingga kini, Henry masih memburu calon induk tangkapan alam untuk menambah koleksi. Usaha penangkaran yang dirintis pria asal Riau sejak 2003 itu telah membuahkan hasil. Puluhan anakan telah didapatkannya pada Maret 2004. Rencana untuk memperluas farm akan direalisasikan dalam waktu dekat. Terbukti lahan seluas 3,5 ha tengah disiapkan. “Farm ini kan hanya sekadar eksperimen dulu,” ujar pemilik Meng Arwana Center itu.

Cerah

Keinginan Henry untuk membuka farm besar di Pekanbaru bukan sekadar bualan. “Saya melihat prospek arwana begitu cerah di masa mendatang,” katanya. Apalagi saat ini belum banyak kalangan yang tertarik mengelola anggota keluarga Osteoglossidae itu. Tak heran, bila kesibukannya meningkat 3 bulan belakangan ini. Hampir setiap akhir pekan ia bolak—balik Jakarta—Pekanbaru. Baginya, melihat liukan arwana di kolam menjadi kenikmatan tersendiri.

Bagi Henry, arwana sebenarnya bukan “mainan” baru. Ia telah mengenal ikan naga itu sejak 2000. Dulu ia hanya sebatas berdagang arwana. Keinginan untuk menangkarkan sempat terlintas di benaknya. Sayang, rencana itu belum terlaksana garagara “demam” lou han di tanah air. Ia sempat “menjamah” ikan berajah itu. Malahan, ia termasuk pionir untuk bisnis ikan hibrida asal Malaysia itu. Modal miliaran rupiah pun digelontorkan untuk mengimpor lou han berkualitas.

Namun, begitu pamor ikan nongnong itu surut, Henry pun berbalik lagi ke arwana. Akuarium yang dulu berisi lou han berkualitas, kini dihuni arwana berkelas. Berbekal pengalaman itu tentu saja tidak sulit baginya untuk memasarkan ikan hias asal Kalimantan itu. Malah, “Banyak hobiis yang langsung menjemput arwana di sini,” ungkapnya. (Nyuwan SB)

Previous article
Next article
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Berkah dari Gunung Berapi

Trubus.id— Letusan gunung merapi kerap dianggap sebagai bencana bagi sebagian orang karena meninggalkan kerusakan fisik maupun korban jiwa. Namun,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img