Trubus.id — Banyak pehobi merawat paku tanduk rusa atau platycerium. Sebagian dari pehobi beralasan terpikat karena bentuknya yang cantik. Edy Sutanto, pehobi asal Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengoleksi platycerium.
Salah satu koleksinya yakni platycerium persilangan Platycerium grande dan P. elephantotis (P. grande × P. elephantotis). Platycerium koleksinya itu menutupi kepala sampai lutut saat Edy Sutanto mengangkat tanaman itu karena saking besarnya.
“Di beberapa nurseri rekan saya dan di luar negeri ada yang lebih besar lagi,” kata Edy.
Ukurannya yang besar, kata Edy, merupakan warisan karakter dari salah satu induknya, simbar gajah—sebutan P. Elephantotis. Pantas bila tanaman berumur 6 tahun itu bisa berukuran lebih besar lagi.
“Saya suka tanamannya karena terlihat gagah dengan daun fertil yang lebar,” kata pemilik nurseri Platycerium Jawa itu. Itulah sebabnya Edy menyukai P. grande × P. elephantotis. Ia memperoleh bibitnya dari Taiwan pada 2016.
Adapun menurut Ginanjar Mugi Pangestu, pehobi di Durensawit, Jakarta Timur, platycerium adalah tanaman epifit yang terbagi dua bagian ental—organ seperti daun yang khas dimiliki oleh tumbuhan paku, yaitu ental atau daun steril dan fertil.
Daun steril adalah daun yang tidak menghasilkan spora. Biasanya, berupa shield atau mahkota. Adapun daun fertil adalah daun yang menghasilkan spora. Daun fertil berupa sulur yang terdapat kantong spora.
Platycerium berukuran besar lainnya yang disukai Edy adalah Platycerium neptune (Platycerium stemaria × Platycerium elephantotis). Ciri khas neptune memiliki ental fertil lebih besar daripada ental steril sehingga menjuntai.
Adapun ental steril terlihat lebih sedikit dan berdaun tegak. Kedua ental fertil dan steril lebih berurat sehingga terlihat lebih kokoh dan gagah. Platycerium kini menjadi idola baru. Bahkan, ada yang mengoleksi 18 spesies. Contohnya, I Ketut Santika, S.Pd.
“Dari 18 jenis spesies itu sudah lengkap, belum jenis hibridanya,” kata pehobi asal Ubud, Bali, itu.
Keragaman paku simbar menjangan di Indonesia juga cukup tinggi. Menurut Edy, ada P. willinckii yang tersebar di Pulau Jawa dan Bali, P. coronarium di Pulau Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan, P. grande di Pulau Sumatra, P. ridleyi di Pulau Kalimantan, serta P. wandae dan P. hillii di Papua.
Spesies lokal tak kalah cantik. Contohnya P. ridleyi koleksi Sri Wahyuni, pehobi asal Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Uniknya, P. ridleyi tidak punya mahkota, tetapi surainya yang menghadap ke atas layaknya tanduk rusa.
“Keistimewaan lainnya bagian pangkal berbentuk bulat dan bergaris,” kata Sri.