Dua melon baru eksotis, berwarna jingga, manis, renyah, dan toleran beragam penyakit.

terlalu dalam pada melona bertahan hingga buah matang.
Trubus — Keputusan ini muncul setelah Sujari mengunyah sepotong daging melon berwarna jingga. Menurut Sujari daging melon itu bercita rasa manis sekaligus renyah. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk menanam melon melona—nama melon baru berdaging jingga yang dicicipinya. “Melona memiliki karakteristik buah yang disukai pasar. Bentuk buah unik dan bercita rasa manis,” kata petani di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, itu.
Sosok melona nyaris serupa dengan buah kakao. Buah berbentuk oval dan memiliki lobus—garis yang tidak terlalu dalam. Dalam satu buah biasanya terdapat 8—10 lobus. Lobus melona tidak hilang hingga buah matang. Bobot melona sekitar 0,5—1,4 kg per buah. Kulit buahnya mulus tanpa jaring. Kulit buah muda berwarna hijau muda lalu perlahan berubah jingga saat matang.
Toleran penyakit

Penampilan kulit buah yang seronok itu membuat melona semakin elok. Ketebalan daging buah mencapai 3 cm, sedangkan ketebalan kulit hanya 0,6 cm. Warna daging buah jingga senada dengan kulitnya. Pada penanaman perdana Sujari mengebunkan 5.000 bibit melona di rumah tanam. Ia menuai 3 ton buah saat panen. Bobot buah rata-rata 1 kg. Sujari memetik buah matang saat tanaman berumur 60—75 hari setelah tanam.
Sujari tidak menemukan kendala berarti selama menanam melona. Perawatan tanaman relatif sama dengan melon pada umumnya. Selain itu tanaman juga toleran terhadap serangan virus seperti cucumber mozaic virus, begomovirus, dan cendawan embun tepung. Melona lahir dari tangan dingin Dekan Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc.

“Boleh dibilang melona juara soal kemanisan,” kata Budi. Hasil pengukuran dengan refraktometer—alat pengukur tingkat kemanisan buah—tingkat kemanisannya mencapai 13—15° briks. Lazimnya tingkat kemanisan melon 10—11° briks. Dari berbagai keunggulan itu kini pekebun melon di tanah air mulai melirik melona. Proses pemuliaan melona berlangsung sejak 2014—2017.
Melona merupakan hasil segregasi melon komersial varietas luna. Bentuk buah luna bulat dan berkulit jingga. Ada juga yang berbentuk elips dan tidak berlobus. Melona sudah ditanam di daerah dengan ketinggian sedang yaitu di Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta) dan Kabupaten Blitar (Jawa Timur). Kedua daerah itu juga menjadi tempat uji multilokasi bagi melona sebelum diperkenalkan kepada pekebun.
Melon stella

Pekebun melon di Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Bagas Suratman, juga menanam melon jenis baru. Di gubuk sederhana melon berkulit kuning dengan jaring-jaring halus itu bertumpuk. Bagas semringah sebab dari hasil teropong refraktometer perbedaan warna terlihat jelas pada angka 15—16° briks. Melon baru itu bernama stella, varietas anyar hasil pemuliaan PT East West Seed Indonesia.
Daging buah stella berwarna jingga. Saat Bagas mencicipnya terdengar suara kres, kres, kres, tanda tekstur daging renyah. Bagas menuturkan stella pas untuk konsumsi keluarga dengan jumlah 3—4 orang. Hasil pengukuran di atas timbangan menunjukkan bobot buah rata-rata 1,3—1,7 kg. “Ukuran buah pada kisaran 1 kg lebih mudah diterima pasar,” kata Bagas. Pada panen perdana itu ia menuai 4,3 ton melon dari 2.000 tanaman.
Bagas memasok seluruh hasil panen ke pasar swalayan ternama dengan sistem kontrak. Pria berusia 36 tahun itu mengebunkan stella di lahan seluas 2.000 m². Ia membudidayakan melon berjarak 80 cm x 80 cm. Bagas mempertahankan 2 buah melon dalam satu tanaman. Tanaman dipanen pada umur 63 hari setelah tanam (HST). Dari seluruh buah yang dipanen 70% masuk dalam kelas A.

Menurut bagian analisis pasar PT East West Seed Indonesia, Dita Fitriarini, stella memiliki potensi produksi 25 ton per hektare. Bentuk buah stella bulat dengan kulit kuning berjaring dan berdaging jingga. Secara genetik stella memiliki rasa yang manis. Walaupun ditanam di musim hujan pun kadar kemanisannya lebih dari 130 briks. “Bahkan saat buah masih kecil dan belum terbentuk jaring kadar kemanisan stella minimal 13° briks,” kata Dita.
Stella adaptif di lahan berketinggian 1—100 m di atas permukaan laut (m dpl). Daya perkecambahan stella 85—95%. Tanaman siap panen pada umur 65—70 hari setelah tanam. Jika kondisi lingkungan optimal dan sangat panas pakebun bisa panen lebih awal. Dengan panen lebih cepat pekebun meraih untung sebab hemat biaya perawatan. Teknik budidaya stella sama dengan melon pada umumnya. Stella tahan terhadap serangan virus gemini.
Pekebun mesti memperhatikan waktu menjelang panen. Pasokan air harus stabil karena selama pembentukan net buah rawan pecah. Dita menuturkan stella sudah ditanam di beberapa wilayah seperti Jawa Timur (Tuban dan Kediri), Jawa Tengah (Klaten), dan Banteng (Tangerang). “Kami secara resmi belum merilis, tetapi penjualan benih stella sudah dimulai sejak Desember 2016,” kata Dita. (Andari Titisari)