Pupuk batubara terbukti memperbaiki kualitas lahan sekaligus meningkatkan produksi padi dan komoditas lain.
Batubara bukan sekadar bahan bakar. Batuan sedimen yang dapat terbakar itu juga berfaedah sebagai pupuk bagi tanaman. Sebab, batubara—terutama batubara muda—mengandung kadar karbon yang tinggi, yakni 69%, hidrogen 5,5%, oksigen 25%, nitrogen 0,5%, difosfor pentaoksida (0,04%), dan kalium oksida (36%). Penggunaan batubara muda mampu meningkatkan kandungan unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, kalsium, dan kalium.
Penggunaan pupuk batubara muda plus mampu memperbaiki kualitas tanah sekaligus meningkatkan produksi padi. Dari 30 lokasi sawah di Indonesia yang diambil secara acak, 68% di antaranya mempunyai kandungan C-organik kurang dari 1,5% dan hanya 9 % yang lebih dari 2%. Demikian juga lahan di sentra padi di Provinsi Sumatera Selatan terutama di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur memiliki rata-rata kandungan C-organik di bawah 1,5%.
Produksi meningkat
Kualitas tanah anjlok akibat pemberian pupuk kimia dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama. Penyebab lain, kurangnya memperhatikan penggunaan bahan organik dalam sistem produksi padi sawah. Petani kerap kali membakar sisa jerami. Idealnya mereka mengembalikan ke lahan sehingga lahan dapat nutrisi kembali. Akibat kualitas lahan rendah maka terjadi kejenuhan produksi padi atau pelandaian produktivitas, terjadi sebesar 0,6% per tahun sejak 1993.
Bila penurunan kualitas tanah di sentra padi terus terjadi, maka produksi padi akan menurun dan penggunaan pupuk kimia terus meningkat. Dampaknya pendapatan petani berkurang, karena biaya produksi akan meningkat terutama biaya pembelian pupuk kimia. Rendahnya kualitas tanah atau kesuburan tanah alami mengurangi daya ikat atau fiksasi partikel tanah terhadap unsur hara dari pupuk yang diberikan.
Kini saatnya petani di OKU Timur khususnya, menggunakan pupuk organik berupa limbah tanaman dan limbah ternak atau pupuk organik plus batubara. Hasil penelitian Syafrullah pada 2012 menunjukkan pemberian 750 kg pupuk batubara plus per ha meningkatkan kualitas tanah sawah dengan kandungan C-organik 2,9%. Embel-embel plus karena ada tambahan unsur lain pada pupuk batubara.
Bahan pupuk batubara plus adalah asam humat dari batubara muda, batubara kalori rendah, atau batubara kotor hasil sortiran. Kemudian ada penambahan limbah ternak yaitu tepung darah, tepung tulang, urine sapi hasil fermentasi selama 20 hari, sekam padi sebagai bahan penambah unsur hara. Bahan-bahan itulah yang menjadi formulasi pupuk batubara plus. Sebelum pemberian pupuk batubara plus, kandungan C-organik di lahan hanya 1,44%.
Dua tahun berselang, Syafrullah meriset kembali. Hasilnya batubara meningkatkan kualitas tanah sawah dengan kandungan C-organik 3% dibandingkan kandungan C-organik sebelum penelitian 1,60%. Selain itu pupuk batubara plus juga meningkatkan produksi padi varietas ciliwung sebesar 7,62 ton per ha. Tanpa perlakuan pupuk batubara produksi padi varietas ciliwung rata-rata hanya 6,5 ton per ha.
Hemat
Adapun riset ilmiah pada 2014 membuktikan, pemberian 750 kg pupuk batubara plus per ha meningkatkan produksi kedelai varietas wilis sebesar 2,5 ton per ha. Produkssi rata-rata kedelai wilis tanpa pupuk batubara hanya 2,0 ton per ha. Penelitian di Desa Airsatan, Kabupaten Musirawas juga menunjukkan hal serupa. Pemberian pupuk batubara plus meningkatkan produksi padi organik menjadi 7 ton per hektare.
Demikian pula pada System of Rice Intensification (SRI), penggunaan pupuk batubara plus mendongkrak produksi padi hingga 8 ton per hektare atau meningkat 2 ton per hektare. berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan pupuk batubara plus berdampak pada dua hal yakni memberikan nutrisi pada tanaman sekaligus pada tanah. Indikasinya meningkatnya kandungan C-organik tanah.
Penggunaan pupuk organik batubara juga lebih murah dibandingkan dengan pupuk kimia anorganik atau pupuk kimia buatan. Saat ini harga pupuk batubara plus hanya Rp5.000 per kg. Bandingkan dengan harga pupuk kimia anorganik/buatan kini mencapai Rp10.000—Rp15.000 per kg. Itulah sebabnya penggunaan pupuk batubara menghemat biaya hingga Rp5.000—Rp10.000 per kg. Idealnya pembangunan pabrik pupuk batubara plus di dekat pertambangan batubara.
Indonesia memiliki sumber tambang batubara terbesar di dunia. Cadangannya mencapai 36,3 miliar ton. Namun, 50—85% atau sekitar 20 miliar ton berkualitas rendah atau batubara muda bernilai nilai kalori pembakarannya yang rendah. Kadar sulfur dan air batubara muda tergolong tinggi. Oleh karena itu, batubara muda tidak ekonomis sebagai bahan bakar. Ketika dibakar, banyak energi yang terbuang untuk menguapkan air, sedangkan nilai kalori yang diperoleh relatif rendah.
Selain itu, kandungan sulfur yang tinggi akan menjadi gas pencemar sehingga perlu biaya tambahan untuk mengurangi emisi gas sulfur. Pemanfaatan batubara muda sebagai pupuk sebuah keniscayaan. Petani yang memanfaatkanya pun untung ganda, yakni kualitas tanah meningkat sekaligus produksi tanaman pun terdongkrak.
(Dr. Ir. Syafrullah, M.P., Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang)