Thailand dan Australia kini tengah gencar mempersiapkan diri sebagai produsen kurma dunia.
Majalah Trubus edisi Oktober 2015 mengulas fenomena yang sangat menarik tentang perkembangan perkebunan kurma di Thailand. Selama ini kurma dikenal hanya tumbuh di negara-negara gurun pasir di kawasan Asia barat. Di sana industri kurma telah mapan selama ratusan tahun. Negara-negara gurun pasir itu memiliki kondisi iklim dan agronomi yang sesuai untuk pertumbuhan kurma. Pada 2012 jumlah produksi kurma dunia mencapai 7,5-juta ton atau setara US$4.366-juta. Sepuluh negara produsen utama kurma di dunia di antaranya Mesir, Iran, Arab Saudi, Aljazair, Irak, Pakistan, Sudan, Oman, Uni Emirat Arab, dan Tunisia.
Kurma merupakan komoditas yang relatif baru dikembangkan oleh para petani di Thailand. Namun, mereka bertekad menjadikan kurma sebagai salah satu komoditas buah andalan baru dan berorientasi ekspor. Selama ini Thailand terkenal sebagai eksportir buah segar, seperti lengkeng, durian, manggis, leci, rambutan, mangga, pamelo, dan nanas. Keberhasilan kultivar kurma hibrida KL-1 Maejo36 yang dikembangkan Dr Sak Lamjuan dari Universitas Maejo membangkitkan optimisme yang tinggi bagi para pekebun kurma bahwa tanaman anggota famili Arecaceae itu memiliki prospek yang sangat baik.
Strategi pemasaran
Kultivar itu menjadi primadona karena produktivitasnya tinggi. Setiap pohon bisa menghasilkan 5—10 tandan dengan bobot buah 5—10 kg per tandan. Petani juga dapat memanennya ketika pohon berumur 3 tahun. Yang menarik, pekebun tidak butuh bantuan alat apa pun untuk memanen buah karena tinggi tandan buah hanya 1 meter dari permukaan tanah.
Industri kurma di Thailand kini masih pada tahap awal (embrio). Keberhasilan mereka di masa yang akan datang sangat tergantung pilihan strategi pemasaran yang akan diambil. Apakah Thailand belajar dari Australia yang mengembangkan jenis kurma yang tergolong “high values” atau justru sebaliknya?
Saat ini Australia juga tengah getol mengembangkan kurma. Kondisi iklim dan agronomi di beberapa negara bagian Australia sangat baik untuk pertumbuhan berbagai varietas kurma. Karena posisi Australia berada di belahan bumi bagian selatan, musim panen kurma di sana jatuh pada Februari dan Maret. Pada kedua bulan itu pasokan kurma dari negara-negara Timur Tengah yang berada di belahan bumi utara sedang kurang pasokan buah. Selama ini 98% produksi kurma di dunia berasal dari negara-negara di belahan bumi bagian utara, sisanya dari selatan.
Australia mengikuti jejak Amerika Serikat yang fokus mengembangkan kurma berkualitas dan harga tinggi. Berdasarkan data statistik Food and Agricultural Organization (FAO) pada 2015, volume ekspor Amerika Serikat menempati peringkat ke-18 sebagai negara eksportir kurma. Pada 2013 negara adidaya itu memproduksi 28.000 ton kurma. Namun, dari segi harga jual ekspor Negeri Abang Sam di peringkat ke-5. Meksiko dan Tunisia juga dikenal sebagai produsen kurma bernilai tinggi.
Sementara Mesir, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Pakistan di peringkat atas dari segi kuantitas. Namun, harga jual kurma mereka jauh lebih rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat. Pasar ekspor terbesar untuk kurma “high-end” adalah Swiss, Austria, dan Belgia. Jenis kultivar bernilai tinggi yang diminati adalah mejool dan deglet nour.
Prospek baik
Kurma dengan harga rendah biasanya digunakan sebagai sebagai bahan baku olahan. Penggunaan kurma berkualitas rendah dan tinggi sangat berbeda. Hal itu menjadi faktor penting dalam pemilihan kultivar untuk menargetkan pasar yang prospektif.
Kurma bernilai tinggi berprospek baik. Kurma itu akan berkembang pesat jika didukung oleh empat tren. Salah satunya tren peningkatan pendapatan. Tren itu memungkinkan konsumen beralih dari konsumsi bahan pokok ke pangan yang bernilai lebih tinggi. Tren liberalisasi perdagangan membuka kesempatan kepada setiap negara untuk mengekspor komoditas bernilai tinggi yang dapat mendorong pengembangan kurma.
Tren urbanisasi menciptakan terbukanya pasar konsumen berpendapatan lebih tinggi. Terakhir, tren kemajuan teknologi komunikasi dan informasi dapat memperbaiki koordinasi antara permintaan dari konsumen di negara berpendapatan tinggi dengan penawaran dari negara-negara berpendapatan rendah.
Namun, karena perkembangan industri kurma di Thailand masih pada tahap awal, maka ketepatan jumlah, kualitas, penghantaran, dan kontinuitas pasokan masih terbatas. Karena itu Thaialnd perlu berupaya untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan memperluas wilayah produksi. Perluasan produksi dan produktivitas dalam industri kurma menjadi tantangan besar dan masih banyak hambatan yang perlu diatasi.
Rantai pasokan
Kepemimpinan yang kuat, memiliki visi, dan tekun sangat dibutuhkan oleh semua pihak yang merintis pengembangan industri kurma dari tahap embrio menuju industri yang berdaya saing dan komersial. Pengembangan manajemen rantai pasokan juga tak kalah penting dalam mengembangkan industri kurma.
Manajamen rantai pasokan merujuk pada manajemen keseluruhan proses produksi, distribusi, dan pemasaran. Dalam konsep itu produsen dituntut dapat memproduksi produk dengan jumlah, kualitas, waktu, dan lokasi yang tepat, sesuai keinginan konsumen. Di masa depan permintaan konsumen semakin kompleks. Di masa lalu, konsumen hanya mengevaluasi produk berdasarkan jenis dan harga. Sekarang konsumen menuntut atribut yang lebih rinci, seperti keamanan produk, nutrisi, nilai, pengemasan, lingkungan, dan kemanusiaan.
Tantangan lain yang perlu diatasi dalam mengembangkan industri kurma di Thailand di antaranya ketersediaan bibit varietas terbaik yang sesuai dengan iklim tropis, tenaga kerja yang terampil, teknik manajemen perkebunan modern, teknologi maju dan higienis dalam pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan, riset dan pengembangan, mendorong investasi dari industri, serta meningkatkan partisipasi petani, pedagang, peneliti, dan lembaga pemerintah.
Upaya Thailand mengembangkan kurma juga akan berhasil jika mereka menerapkan nasihat dari Lee, seorang guru besar bidang manajemen operasi, tentang rantai pasokan. Ia mengatakan, “The best supply chains aren’t just fast and cost-effective. They are also agile and adaptable, and they ensure that all their companies’ interests stay aligned.” Artinya, rantai pasokan terbaik bukan sekadar cepat dan biaya yang efektif, tapi juga membutuhkan kelincahan dan kemampuan beradaptasi. Yakinkan bahwa semua perusahaan yang terlibat dalam rantai pasokan melakukan prinsip-prinsip tersebut. (Dr Ir Arief Daryanto MEc, direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Sekolah Bisnis IPB)