Tuesday, February 11, 2025

Belantara Foundation Edukasi Generasi Muda Lewat Pendataan Biodiversitas di Taman Heulang

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—Belantara Foundation bekerja sama dengan Program Studi (Prodi) Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat serta Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menyelenggarakan Belantara Biodiversity Class.

Belantara Biodiversity Class, salah satu rangkaian kegiatan Biodiversitas Kini dan Nanti dalam rangka mendukung pemerintah dalam memeriahkan World Species Congress 2024 dari IUCN program Reverse the Red yang diadakan pada 15 Mei lalu.

Kegiatan peningkatan kapasitas khususnya generasi muda itu bertempat di Taman Heulang, Kelurahan Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan itu meliputi mendata dan mengidentifikasi biodiversitas (tumbuhan, kupu-kupu dan burung) di lingkungan urban.

Kegiatan itu berkolaborasi dengan KupuKita dan IUCN Indonesia Species Specialist Group (IdSSG) serta didukung oleh PT Sharp Electronics Indonesia dan Taman Impian Jaya Ancol.

Tujuan utama Belantara Biodiversity Class yakni meningkatkan kesadaran (awareness) dan pemahaman masyarakat khususnya generasi muda. Hal itu terkait pentingnya menjaga dan melestarikan biodiversitas yang ada di sekitar khususnya di kawasan perkotaan.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna menuturkam, Taman Heulang menjadi lokasi kegiatan karena termasuk taman terluas di Kota Bogor. Semula taman seluas 2,8 hektare (ha) itu  hanya dijadikan sebagai lapangan bola dan tidak terurus.

“Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bogor merevitalisasi lapangan tersebut menjadi sebuah taman pada 2015 sehingga sangat penting dilakukan pendataan potensi biodiversitas seperti jenis-jenis tumbuhan, burung dan kupu-kupu sebagai bahan monitoring dan evaluasi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan di taman tersebut” ujar Dolly, yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan dalam siaran pers.

​Anggota Commission on Ecosystem Management IUCN itu menuturkan, keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan seperti Taman Heulang dapat menjadi laboratorium alam, tempat menimba ilmu bagi pelajar khususnya bidang biologi.

Penelitian Wahyuni, dkk. pada 2018 mencatat setidaknya 17 jenis burung berhasil ditemui di Taman Heulang. “Data tersebut perlu dilakukan pemutakhiran setiap waktu untuk mengetahui apakah terjadi perubahan terhadap keberadaan  jumlah jenis burung tersebut.”

Satwa liar seperti kupu-kupu dan burung memiliki peran penting bagi kelangsungan ekosistem. Kupu-kupu berperan penting sebagai pollinator—agen penyerbuk alami bagi bunga.

Burung membantu penyebaran biji (seeds dispersal), dan pengendali hama (biokontrol). Selain itu, kupu-kupu dan burung dapat menjadi indikator baik atau tidaknya kualitas lingkungan (bioindikator).

Seiring pesatnya pembangunan, kupu-kupu dan burung menghadapi ancaman seperti kehilangan habitat, perburuan dan perdagangan secara ilegal, pencemaran lingkungan, perubahan iklim global, serta kerusakan ekosistem yang berdampak pada produktivitas dan kesehatan habitatnya.

Pendiri komunitas KupuKita, Dr. Nurul L. Winarni menuturkan pihaknya terus mengajak dan mendorong masyarakat terutama generasi muda terlibat dalam pendataan kupu-kupu yang ada di sekitar mereka.

“Kami terus mendorong gerakan citizen science kupu-kupu, Sebuah kegiatan kerja ilmiah yang dilakukan masyarakat secara menyenangkan dengan dampingan ilmuwan profesional atau lembaga ilmiah,” kata Nurul yang juga sebagai Head of Service and Development/Research Scientist Research Center for Climate Change Universitas Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan 15 jenis burung dan 16 jenis kupu-kupu. Dari 15 jenis burung yang berhasil diidentifikasi, terdapat satu jenis burung, yaitu burung kipasan belang (Rhipidura javanica). Burung itu masuk ke dalam kategori burung yang dilindungi oleh Permen LHK No.106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Berdasarkan status keterancaman, terdapat satu jenis burung, yaitu burung kacamata biasa (Zosterops melanurus) masuk ke dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) yang berstatus rentan terhadap kepunahan atau Vulnerable (VU).

Kegiatan Belantara Biodiversity Class itu secara khusus menyambut hari keanekaragaman hayati internasional 2024 yang diperingati pada 22 Mei setiap tahunnya. Tahun ini, mengangkat tema “Be Part of the Plan” atau “Menjadi Bagian dari Rencana”.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Anggur Berbuah Lebat dan Artistik

Trubus.id–Anggur berbuah lebat nan artistik memanjakan setiap mata yang memandang. Termasuk saat memasuki rumah tanam milik Dody Kusuma sangat...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img