Friday, December 1, 2023

Bencana Niigata Dalam Lensa Mamoro Kodama

Rekomendasi
- Advertisement -

Mamoru Kodama melukiskan betapa bencana di Niigata yang datang 23 Oktober 2004 pada pukul 17.53 waktu setempat itu benarbenar memutus nafas para peternak. “Ada sekitar 650 peternak koi yang kini tidak bisa berproduksi lagi,” tuturnya. Mamoru yang memiliki farm di kota Ojiya, Niigata adalah salah satu dari peternak yang terkena getahnya.

Gempa berkekuatan 6,8 skala richter itu tergolong dahsyat. Selain menelan 30 korban jiwa manusia, puluhan ribu ikan di sentra koi terbesar di Jepang itu mati. Sebagian lagi musnah ditelan bumi. Dalam sebuah foto Mamoru memperlihatkan ribuan bangkai koi mengapung di kolam- kolam. Di foto lain, seorang peternak tua tampak nanar melihat dasar kolam koinya sudah terbelah dua.

Meski demikian, tidak seluruh Niigata luluhlantak. Di berbagai tempat beberapa peternak beruntung bisa menyelamatkan puluhan induk koi ke tempat aman. Evakuasi dengan memakai bantuan helikopter milik pemerintah setempat itu sungguh pertolongan yang tidak terkira. Save Our Nishikigoi. (Dian Adijaya S)

Niigata Oh Niigata

Bertutur tentang koi di negeri Matahari Terbit berarti berbicara soal Niigata. Provinsi di utara Jepang itu memang sejak dulu kesohor sebagai tempat asal muasal lahirnya koi pada awal 1800-an. Di zaman kekaisaran Edo itu, koi sudah mulai dipelihara sebagai klangenan eksklusif.

Niigata, terutama di Desa Yamakoshi, Nagaoka, Kawaguchi, dan Hirokami hingga kini tetap diakui sebagai tempat terbaik penghasil koi berkualitas tinggi. Faktor alam seperti air dan agroklimat sesuai merupakan berkah tersendiri bagi para nishikigoi shokunin—sebutan peternak koi—untuk mencetak koi-koi unggul itu.

“Niigata itu seperti Blitar-nya Indonesia,” ujar Winarso Tanuwijaya dari Golden Koi, di Jakarta. Maklum, banyak nishikigoi shokunin mengusahakan koi dalam skala kecil sekitar 2—5 kolam. Mirip sekali yang dilakukan para peternak di Blitar.

Namun yang istimewa dan patut ditiru, para nishikigoi shokunin itu memiliki catatan turun-temurun mengenai perjalanan koi-koi tangkaran. Jadi, jangan heran bila warna-warni koi yang dahulu dicita-citakan oleh kakek buyut, tapi hingga akhir hayatnya belum terwujud, masih bisa dilacak. Dengan demikian usaha penyilangan bisa diteruskan hingga beberapa generasi sesudahnya. Dan tentunya sampai asa itu tergapai. (Dian Adijaya S)

 

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tepat Budidaya Lobster Air Tawar

Trubus.id— Menurut praktikus lobster air tawar (LAT) di Kelurahan Cicadas, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat, Muhammad Hasbi...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img