
Konsumsi beras hitam membantu pemulihan stroke.
Hadi Waluyo penggemar sejati satai dan gulai kambing. Setiap kali melakukan perjalanan dan tiba di tempat baru, ia mencari satai dan gulai kambing paling enak. Ia juga maniak telur itik. “Saya biasa menghabiskan 5—6 telur itik dalam sekali makan,” ujar pria kelahiran 27 Mei 1957 itu. Sayang, kegemaran Hadi menyantap makanan tinggi lemak itu tak dibarengi dengan pola hidup sehat.
Profesinya sebagai pelukis beraliran l’art brut membuat warga Purwosari, Pasuruan, Jawa Timur, itu sedikit aktivitas fisik. “Melukis itu pekerjaan yang berat. Pikiran berlari kencang sementara tangan tak mampu mengejar,” ujar Hadi. Saat melukis pada suatu pagi Februari 2012, rahang Hadi tiba-tiba miring ke kiri. Sang istri lantas membawanya ke pusat kesehatan masyarakat.

Minim oksigen
Kondisi Hadi Waluyo membaik pascapengobatan. Namun, pengalaman itu tak membuat ayah tiga anak itu jera. Ia masih menjalani pola hidup yang sama. Puncaknya 5 bulan kemudian, saat bangun tidur, tiba-tiba Hadi tak bisa bergerak. Badan sebelah kanan lumpuh total. Sang istri, Sri Rejeki Lulus Puji Siswanti, membawanya ke rumahsakit. Dokter mendiagnosis Hadi terkena stroke.
Dokter spesialis penyakit dalam di rumahsakit umum pusat dr Sardjito, Yogyakarta, Prof Dr dr Nyoman Kertia SpPD-KR, menuturkan penyebab adalah pendarahan pada otak akibat pembuluh darah pecah. Penyebab lain, otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan pembuluh darah. “Penyumbatan pembuluh darah biasanya karena kolesterol tinggi, hipertensi, dan stres,” ujar dr Nyoman.
Penderita stroke biasanya menjalani pola hidup tak sehat yang membuat tekanan darah meningkat hingga puncaknya terserang stroke. Menurut Prof Nyoman, pasien stroke akibat penyumbatan pembuluh darah lebih mudah sembuh asal cepat ditangani. Namun, pasien stroke akibat pembuluh darah pecah lebih sulit lantaran pembuluh darah di otak telanjur rusak.
“Jaringan dalam otak merupakan jaringan yang sulit beregenerasi kalau mengalami kerusakan,” ujar dokter penggemar rimpang temulawak itu. Hadi Waluyo sedikit beruntung. Stroke yang ia derita akibat penyumbatan pembuluh darah sehingga tak sampai menyebabkan pendarahan. Hadi mengikuti saran dokter dan mencoba berbagai terapi seperti minyak ikan hiu. Sayang, “Hasilnya tidak memuaskan,” ujar Hadi.

Dua cara
Seorang tetangga menyarankan Hadi untuk mengonsumsi nasi dan sereal beras hitam. Hadi mengikutinya dan merasa cocok dengan beras yang dahulu hanya dikonsumsi para bangsawan itu. Anak ke-3 dari 8 bersaudara itu mengonsumsi beras hitam dalam dua bentuk. Pertama, sebagai campuran beras putih dengan rasio satu genggam beras hitam dicampur 1 kg beras putih.
Kedua, dalam bentul sereal. Istrinya, Sri Rejeki, mencampur masing-masing 1 sendok makan beras hitam dan beras merah lalu menyeduhnya dengan segelas air mendidih. Sri Rejeki lalu mengaduk beberapa dan membiarkan beberapa saat hingga seduhan hangat. Hadi lantas mengonsumsi seduhan beras merah-hitam itu. Frekuensinya sekali sehari sebelum sarapan ketika perut kosong.
Hadi merasa tubuhnya kian bugar setelah rutin mengonsumsi beras hitam. “Perubahannya cukup signifikan, dari yang awalnya susah jalan menjadi lancar, lidah pun tidak kelu ketika berbicara,” kata Hadi. Bahkan, enam bulan pascakonsumsi beras hitam, “Saya sudah bisa mengendarai mobil dan motor. Tubuh bagian kanan saya juga sudah tidak lumpuh lagi,” ujar kakek 1 cucu itu.
Hingga saat ini ia tetap mengonsumsi beras hitam dengan dosis dan cara yang sama. Efek lain, Hadi merasa kulitnya lebih bersih dan tidak terlalu berkerut. Nyoman Kertia menduga kandungan antioksidan yang tinggi pada beras hitam menjadi penyebabnya pemulihan stroke itu. “Antioksidan membuat kolesterol tidak menggumpal. Akibatnya pembuluh darah pada otak bisa lancar dan tak tersumbat lagi,” kata dr Nyoman.

Oleh karena itu untuk menghindari stroke sejatinya tak sulit. “Makan makanan tinggi antioksidan plus pola hidup sehat alias jangan stres,” ujar dr Nyoman Kertia. Herbalis di Tangerang Selatan, Provinsi Tangerang, Lukas Tersono Adi, mengungkapkan beras hitam makanan kaya serat. “Seratnya paling top di antara beras lain,” kata Lukas. Menurut alumnus Universitas Diponegoro itu serat membantu memaksimalkan metabolisme tubuh.
Ia menyarankan penderita stroke mengonsumsi beras hitam sekitar 100 g atau 2—3 sendok makan. Beras itu dimakan sebagai tambahan beras putih dan dikonsumsi rutin tiga kali sehari. “Tentu saja harus dihindari makanan banyak garam dan tinggi lemak,” ujarnya. Menurut Lukas untuk menjaga tubuh penderita stroke agar tetap sehat perlu dikondisikan tubuh ber-pH basa.
“Caranya dengan mengonsumsi sayuran dan buah,” ujarnya. Sementara daging dan makanan bertepung bersifat asam. “Dalam kondisi basa, metabolisme tubuh optimal,” ujarnya. Menurut Lukas beras hitam kaya manfaat. “Beras hitam salah satu penganan sehat yang banyak khasiatnya sehingga sayang kalau tidak dimanfaatkan,” ujar Lukas. (Bondan Setyawan)
Dua Jenis Stroke
