Trubus — Periset di Balai Penelitian Tanah (Balittanah), Dr. Ir. Diah Setyorini, M.Sc., menuturkan, ada tiga sifat kesuburan tanah meliputi fisik, kimia, dan biologi. Sifat fisik teramati kasat mata seperti tanah keras, padat, dan menggumpal. Itu lantaran tanah ditanami tanpa jeda, pencangkulan kurang baik, dan pemupukan urea dosis tinggi. Jika parah, air

menggenang karena perkolasi—perembesan air tanah ke bawah—tidak berjalan semestinya.
Sifat kimia tanah terlihat melalui analisis laboratorium. Indikatornya antara lain kandungan karbon organik, fosfat, kalium, nitrogen, dan kapasitas tukar kation (KTK). Sementara itu, sifat biologi berkaitan dengan populasi, keragaman, dan aktivitas mikrob tanah. Pemberian pupuk organik dapat menggemburkan tanah. Kemampuan menyerap air meningkat hingga 50 kali bobot tanah.
Tanaman lebih tahan kekeringan. Tanaman pada tanah kurang subur biasanya tumbuh pesat setelah pemberian pupuk organik. Doktor Ilmu Tanah alumnus Institut Pertanian Bogor itu mengatakan, “Pupuk organik baik yang berwujud padat atau cair tidak diragukan lagi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.” Meski demikian, kualitas pupuk organik dipengaruhi oleh bahan organik penyusunnya.
Sejauh ini kotoran hewan sapi, kambing, dan ayam paling baik dengan kelebihan masing-masing. Namun, bahan organik itu perlu diuraikan agar menjadi unsur hara yang dapat diserap tanaman. Rini merekomendasikan bahan organik yang rendah rasio C/N dan tinggi karbon organik. Musababnya bahan itu cepat melapuk dan dapat menghasilkan pupuk organik berkualitas baik.
Mikroorganisme berperan penting dalam dekomposisi atau penguraian. Penggunaan mikroorganisme lokal (MOL) buatan sendiri menjadi alternatif petani. Rini mengatakan MOL dapat mengandung jenis mikrob berbeda. Populasinya hanya 1×103 cfu/g. MOL buatan sendiri cocok untuk pemakaian sendiri dan nonkomersial. (Sinta Herian Pawestri)