Industri rumahan bermodal Rp500.000 yang kini beromzet ratusan miliaran rupiah.

Apa yang dapat kita lakukan dengan uang tunai Rp500.000? Suranto membiakkan uang itu menjadi ratusan miliaran rupiah melalui beragam produk kesehatan berbasis fermentasi. Di bawah bendera PT Biojanna Nusantara, ia memproduksi minuman kesehatan bermerek Biojanna. Suranto memanfaatkan air kelapa, madu, dan bakteri asam laktat seperti Lactobasilus yang berfaedah bagi metabolisme tubuh.
Kepala Laboratorium Biojanna, Muhammad Nawawi SFarm Apt mengatakan bahwa bakteri Lactobacilus sp dapat mengubah laktosa dan gula lain menjadi asam laktat. Konsumsi minuman mengandung bakteri asam laktat itu menjaga sistem kekebalan tubuh. “Kesembuhan atas penyakit itu efek, bukan tujuan kami. Tujuan kami adalah membangun sistem kekebalan tubuh yang kuat. Ketika kekebalan tubuh kuat maka mampu mengatasi penyakit itu,” kata Manajer Pemasaran CV Bakti Alam Nusantara distributor produk Biojanna, Imam Murod.
Gurita produk

Nawawi mengatakan konsumsi Biojanna relatif mudah, yakni mencampurkan 15—30 ml larutan itu dengan air minum—termasuk teh atau kopi. Menurut Imam Murod produksi minuman kesehatan Biojanna mencapai 500 karton per bulan. Satu karton terdiri atas 12 botol masing-masing bervolume 330 ml. Harga sebuah botol Rp72.000. Imam memasarkan minuman itu ke berbagai kota besar di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku.
Sukses memasarkan minuman kesehatan itu, CV Bakti Alam Nusantara terus berinovasi. Tim riset perusahaan yang berdiri pada 2011 itu melahirkan kapsul Biojanna antikanker. Perusahaan itu memanfaatkan ekstrak rimpang temulawak Curcuma xanthorriza dan kunyitputih Curcuma alba. Kedua rimpang tanaman anggota famili Zingiberaceae itu mengandung senyawa kurkumin yang berkhasiat antikanker.
Selain itu CV Bakti Alam Nusantara juga memproduksi beragam merek seperti Osam untuk mengatasi asam urat, Colleno (kolesterol), dan Diatros (diabetes mellitus). Perusahaan yang mempekerjakan 115 karyawan itu juga memproduksi beragam pupuk seperti Biotogrow dan Biotogold yang melipatgandakan produksi beragam komoditas hortikultura. Produk Biojanna kini menggurita.

Hingga Februari 2016 perusahaan berumur 5 tahun itu mengelola 25 merek yang mengisi pasar. Menurut Suranto produk Biojanna terdiri atas dua kelompok besar, yakni kesehatan untuk manusia dan kesehatan untuk lingkungan, termasuk pertanian, perikanan, dan peternakan. Suranto beralasan karena untuk membangun manusia sehat bukan hanya dengan menyediakan minuman sehat, juga bahan pangan berkualitas.
Pupuk hayati yang mengandung bakteri tertentu sangat berperan dalam menciptakan bahan pangan yang sehat dan berkualitas. Para petani yang memanfaatkan pupuk Biotogrow lazimnya membudidayakan tanaman secara organik. Dengan demikian petani mampu menghasilkan bahan pangan yang sehat. Imam mengatakan bahwa sebagus apa pun herbal jika tak ditunjang pangan sehat, kurang optimal.
Respons negatif

Bagaimana Suranto memproduksi Biojanna? Semula Suranto meracik Biojanna untuk menolong adik kandung setelah operasi caesar yang ketiga. Pada kehamilan tujuh bulan adik kandung Suranto mengalami pendarahan. Sebulan berselang adik Suranto menjalani operasi caesar. Sayangnya, pascaoperasi pendarahan tak kunjung henti. Mengutip pendapat dokter, Imam Murod mengatakan sepertiga plasenta tertinggal di jahitan.
Itulah sebabnya dokter menyarankan untuk operasi lagi. Namun, sang suami, Imam Murod, kehabisan dana. Itulah sebabnya ia memberikan 15 ml Biojanna dalam segelas air kepada istrinya. Frekuensi konsumsi 3 kali sehari setelah makan. Setelah rutin mengonsumsi Biojanna selama dua pekan, pendarahan itu berhenti. “Ini produk luar biasa dan harus saya sebarkan,” kata Imam Murod.
Oleh karena itu mereka membuat larutan Biojanna dan mengemas dalam botol kaca berwarna cokelat. Suranto memanfaatkan botol bekas suplemen kesehatan, mencuci bersih, dan mengemas Biojanna bervolume 330 ml. Mereka lalu membeli mobil minibus untuk berkeliling kampung menyasar kelompok pengajian dan arisan. Hasilnya nol besar, tak ada konsumen yang meliriknya.

Empat bulan lamanya mereka berupaya memasarkan Biojanna di seantero Surakarta, Provinsi JawaTengah. “Produk apaan, kecut dan tidak enak kok dijual?” ujar Imam Murod mengulangi cibiran orang. Karena respons konsumen negatif, Suranto memutuskan untuk berhenti. “Mam, tolong mobil dikembalikan, saya tak kuat mencicil,” ujar Suranto yang membayar Rp3,4-juta per bulan.
Hari itu, pukul 17.30 Imam Murod mendapat kabar dari rekannya bahwa Muhammad Azam, sembuh setelah rutin mengonsumsi Biojanna. Azam yang menderita hidrosepalus semula kejang-kejang selama dua jam pada pukul satu dinihari. Keesokan hari ibunya, Tuminah, membawa Azam ke rumahsakit di Surakarta. Dokter yang menangani Azam (2,5 tahun) menegur orangtuanya karena membiarkan anak kejang hingga dua jam.
Selain itu dokter memprediksi jika Azam yang belum bisa berjalan dan berbicara itu bakal cacat, tuli, atau bisu. Hingga umur 4 tahun Azam tetap belum jalan. “Kalau temannya main bola, Azam ikut main sambil ngesot,” kata Tuminah. Ibunya kemudian rutin memberikan larutan Biojanna—tanpa obat dari dokter. Tiga bulan rutin mengonsumsi Biojanna kondisi Azam terus membaik. Ia mampu berjalan, berbicara, dan mendengar. Kini ia belajar di sekolah umum.
Bakar

Mendapat kabar menggembirakan itu, Imam menolak untuk mengembalikan mobil. Ia minta waktu sebulan lagi. Mereka membuat strategi baru, yakni memasarkan Biojanna melalui daring atau online. Konsumen mulai datang. Pembeli di Boyolali, Jawa Tengah, membeli cukup banyak, yakni 10 karton atau 120 botol. “Sehari kami bisa jual 2.000 karton,” kata Imam mengenang.
Ada pula konsumen yang membatalkan beli setelah datang ke rumah Imam Murod. Penyebabnya Imam memajang Biojanna di emper rumah yang amat sederhana. Meski demikian permintaan terus membubung hingga Suranto mampu membangun pabrik yang lebih modern. Keberhasilan Suranto membesarkan CV Bakti Alam Nusantara bukan tanpa aral. Satu hambatan teratasi, muncul kendala lain.
Setahun sejak perusahaan berdiri Badan Pengawasan Obat dan Makanan memerintahkan agar CV Bakti Alam Nusantara menarik dan membakar semua produk karena belum memenuhi aspek legalitas. Jika itu tak dilakukan, sanksinya penjara 15 tahun atau denda Rp1,5-miliar. “Kami berbisnis tidak pakai otak kiri, tidak pakai otak kanan. Kalau pakai otak kiri nanti penuh perhitungan, modal berapa, titik impas berapa? Yang penting produk saya bermanfaat,” kata Imam.

Dalam kondisi seperti itu, Syamsul Maarif yang berpengalaman menangani industri farmasi bergabung. Maarif 19 tahun bekerja di industri farmasi nasional. Dalam waktu dua bulan, Maarif mendesain ulang pabrik dan mengurus legalitas. Ruang produksi berdinding kaca yang mudah dibersihkan, lantai berlapis bahan sesuai standar nasional. Ketika petugas Badan Pengawasan Obat dan Makanan datang ke pabrik kaget dan memberikan sertifikat A. “Ini bagus bisa untuk percontohan industri kecil,” ujar Maarif menirukan petugas BPOM.
Kini CV Bakti Alam Nusantara mengelola pabrik di lima tempat berbeda. Selain itu perusahaan juga tengah membangun pabrik terpadu di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Imam Murod mengembangkan perusahaan dengan filosofi ide—akronim dari industri, distribusi, dan edukasi. “Beragam produksi dibangun secara industri, didistribusikan secara luas, dan edukasi kepada konsumen,” kata Imam.
Strategi pasar

Untuk mendukung strategi itu Suranto mengembangkan 18 kantor perwakilan di berbagai kota seperti Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Medan (Sumatera Utara), dan Cirebon (Jawa Barat). Menurut Imam rekanan yang hendak menjadi kantor perwakilan beromzet minimal Rp100-juta per bulan. Kantor perwakilan akan mendistribusikan beragam produk ke agen-agen di wilayahnya.

Distribusi dan edukasi menjadi andalan Biojanna untuk merangkul konsumen. Harap mafhum, produk berbahan herbal terlarang mencantumkan klaim khasiat untuk menyembuhkan penyakit tertentu. “Kita belum bisa klaim khasiat, kita tak bisa melabeli untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Senjata kita ya edukasi agar orang paham,” kata Maarif. Perusahaan juga menyelenggarakan pelatihan bagi para herbalis dari berbagai wilayah.

Selama pelatihan Biojanna memberi penjelasan tentang kesehatan dan cara kerja herbal. Hingga Februari 2016 perusahaan sudah tiga kali menyelenggarakan pelatihan bagi para herbalis. Bahkan Biojanna memberikan sarana presentasi—proyektor, pengeras suara—bagi para herbalis untuk memaparkan beragam produk kesehatan. Para herbalis di berbagai kota itu kini juga turut memasarkan beragam produk Biojanna.
Keruan saja Biojanna juga menempatkan bagian pemasaran di berbagai kota untuk terus berekspansi. Suranto dan Imam Murod juga berpegang teguh pada pesan mendiang ayahnya, agar tidak berutang. Itulah sebabnya selama mengembangkan perusahaan Suranto menghindari utang dari lembaga keuangan. Ia membesarkan CV Bakti Alam Nusantara dengan kekuatan sendiri. (Sardi Duryatmo)