Thursday, April 18, 2024

Bibitkan Kentang : Sekam Bisa, di Udara Juga Oke

Rekomendasi
- Advertisement -

Petaka itu bermula ketika Wildan Mustofa menanam bibit kentang G0 asal plantlet di tanah terbuka. Biasanya ia menanamnya di dalam greenhouse. Penanaman di luar greenhouse itu, ‘Untuk menambal kekurangan permintaan benih. Kalau membuat greenhouse baru kan mahal,’ kata alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Bibit asal plantlet terdiri atas 2-3 daun itu dibudidayakan dalam bedengan berjarak tanam 20 cm x 20 cm. Ukuran setiap bedeng 0,6 m x 5 m.

Dua pekan lamanya Wildan menunggu dengan harap-harap cemas. Penantian itu malah berbalas pahit. Bukannya tunas-tunas baru bermunculan, tetapi gulma yang tumbuh susul-menyusul. Yang pertama dilakukan Wildan adalah mencabut gulma-gulma itu. Namun, tak hanya gulma yang tercabut, tetapi juga tanaman kentang. Dari 125.000 tanaman, hanya 10% yang selamat.

Hidroponik substrat

Itu cerita lama yang terjadi pada 2005. Sekarang manajer operasional PD Hikmah Farm-produsen kentang-itu membibitkan kentang G0 asal plantlet di media arang sekam. Arang sekam dihamparkan di dalam bak semen setinggi 15 cm hingga ketinggian 10-12 cm. Ukuran bak disesuaikan dengan luas greenhouse. Menurut Wildan, lebar masing-masing bak maksimal 1 m untuk memudahkan ketika menanam plantlet dan panen.

Arang sekam yang digunakan harus steril agar terhindar dari kontaminasi penyakit. ‘Penyiraman ketika sekam selesai dibakar, harus dengan air sumur,’ ujar Master Manajemen alumnus Universitas Padjadjaran itu.

Pupuk diberikan dengan teknik fertigasi. Nutrisi dilarutkan dalam air dan disiramkan ke tanaman dengan interval 3 kali sehari: pukul 03.00, 09.00, dan 15.00. Alat penyiram nutrisi berupa sprinkler yang dipasang di atap dan lantai greenhouse. Waktu penyiraman kedua disesuaikan dengan bentuk greenhouse. Bila greenhouse berbentuk piggy back alias punggung babi, penyiraman kedua pada tengah hari atau pukul 12.00. Greenhouse berbentuk tunnel, penyiraman lebih pagi, pukul 09.00, sebelum matahari terik.

Wildan juga memberikan zat perangsang tumbuh umbi ketika tanaman berumur 50 hari. Lima bulan kemudian, umbi kentang seukuran kelereng dan siap panen. Dari setiap meter persegi, Wildan memanen rata-rata 600 umbi. Umur panen kentang asal plantlet memang lebih lama dibandingkan dengan benih asal umbi. ‘Tumbuh akar saja butuh waktu sebulan,’ kata Wildan. Setelah akar bermunculan, barulah memasuki fase vegetatif yaitu memperbanyak tunas dan memperkokoh batang.

Tanaman dari umbi langsung memasuki fase vegetatif setelah tanam. Umbi yang sarat karbohidrat ibarat gudang makanan. Meski belum terbentuk akar, tanaman dapat tumbuh karena mempunyai ‘bekal’ untuk hidup. Pada tanaman dewasa karbohidrat diperoleh dari hasil fotosintesis.

Aeroponik

Membibitkan kentang G0 juga dapat ditempuh dengan teknik aeroponik. Cara itu dicoba Park Jong Sub, teknisi aeroponik asal Korea Selatan, yang membudidayakan kentang di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia menanam kentang di styrofoam berukuran 0,6 m x 1 m. Styrofoam diletakkan di atas bak fiberglass 2 m x 20 m. Sebuah bak memuat 15 styrofoam atau menampung 600 tanaman. Hasyim-sebutan Park Jong Sub-menanam kentang dalam 2 bak. Total populasi mencapai 1.200 tanaman.

Pembibitan kentang berteknologi aeroponik terdapat di Selandia Baru. Dr Mike Nichols, peneliti hortikultura Massey University, Palmerston North, Selandia Baru, itu menanam kentang G0 dengan aeroponik pada pipa PVC berdiameter 30 cm dan panjang 5 m. Pipa PVC dilubangi setiap jarak 10 cm.

Lubang-lubang itu nantinya ditanami plantlet hasil kultur jaringan. Bagian dasar pipa juga dilubangi setiap 1 m. Lubang itu sebagai tempat sprinkler yang dihubungkan dengan pompa dan tangki nutrisi. Menurut Ir Yos Sutiyoso, pakar hidroponik dan aeroponik di Jakarta, produktivitas kentang aeroponik cukup tinggi. Penanaman kentang dalam media substrat hanya menghasilkan 600 umbi; aeroponik, 1.000 umbi per m2.

Yos menuturkan, kunci keberhasilan aeroponik adalah pemberian nutrisi yang efektif. Nutrisi diberikan dengan pengabutan sehingga mudah diserap tanaman. Partikel nutrisi yang sangat kecil dapat leluasa menembus pori-pori jaringan tanaman sehingga dapat langsung diolah menjadi makanan. Anggota famili Solanaceae itu bongsor dan dipanen pada umur 3-4 bulan.

Yang tak kalah penting dalam aeroponik adalah tepat pemberian nutrisi. Fosfat yang cukup tinggi diperlukan tanaman ketika awal penanaman. ‘Fosfat penting untuk pembentukan akar,’ kata Yos. Bila tanaman menginjak remaja-sekitar sebulan setelah tanam-berikan pupuk berkadar nitrogen tinggi untuk merangsang pertumbuhan daun dan batang.

Ada 2 sumber nitrogen dalam ramuan pupuk untuk aeroponik: amonium (NH4) dan nitrat (NO3). Menurut Yos, sebaiknya sumber nitrogen berupa nitrat, bukan amonium. Nitrogen dari amonium menyebabkan tanaman bagai balon. Sosoknya besar, tetapi rapuh dan rentan penyakit. Tanaman yang diberi nitrogen dari nitrat, lebih kokoh karena jaringannya keras dan kuat. Tanaman pun lebih tahan serangan penyakit.

Ketika memasuki fase generatif, tanaman digenjot untuk menghasilkan umbi. ‘Pemberian kalium dinaikkan hingga 1,6 kali kadar nitrogen. Begitu juga magnesium,’ ujar alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Kalium ibarat mandor atau zat pengatur dalam pembentukan umbi. Sedangkan magnesium pembentuk klorofil. Klorofil akan memasak CO2 dan H2O dalam proses fotosintesis menjadi karbohidrat dengan bantuan sinar matahari. Oleh sebab itu, tanaman kentang juga mesti mendapatkan cahaya matahari optimal.

Menurut Yos, intensitas cahaya matahari yang diperlukan untuk pembentukan umbi adalah 5.000-6.000 footcandle. Sedangkan intensitas cahaya matahari langsung 8.000 footcandle. Bila sedang terik, tanaman harus diberi naungan berupa plastik UV atau polikarbonat.

Modifikasi

Tingginya produktivitas benih kentang aeroponik membawa harapan bagi pekebun. Namun, di Indonesia, pembibitan kentang aeroponik masih langka. Tingginya biaya investasi menjadi ganjalan para pekebun. Harga bak fiberglass berukuran 4 m x 1 m x 0,4 m mencapai Rp1-juta. Untuk mengisi greenhouse 200 m2 diperlukan setidaknya 40 bak. Total investasi Rp40-juta. Belum lagi investasi membuat greenhouse.

Meski demikian, bagi yang berniat membibitkan kentang aeroponik tak perlu surut langkah. ‘Aeroponik bisa dimodifikasi dalam berbagai bentuk yang lebih efisien,’ ujar Yos. Pria yang juga pekebun aeroponik itu mengganti bak fiberglass dengan plastik tebal 150 mikrometer, lebar 2 m dan didesain membentuk huruf V.

Bagian ujung plastik ditopang dengan kayu. Di bagian dalam lorong berbentuk V itu dipasang pipa PE 19 ml untuk mengalirkan nutrisi. Pada pipa PE dipasang sprinkler dengan jarak 40 cm. Ujung sprinkler berukuran debit 50 l/jam. Untuk mengalirkan nutrisi gunakan mesin pompa berkekuatan 800 watt. Hitung-hitungan Yos, biaya investasi aeroponik dengan plastik ? kali lebih hemat ketimbang menggunakan bak fiberglass atau hanya Rp250.000 dengan ukuran sama, 4 m x 1 m. ‘Dalam waktu dekat, saya juga akan mencoba pembibitan dengan aeroponik,’ kata Wildan kepada Trubus. (Imam Wiguna)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Demi Energi Bersih Mahasiswa ITB dan IKN Nusantara Bangun Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya  (PLTS)

Trubus.id—Kolaborasi Mahasiswa Institut Teknologi Bandung  (ITB) bersama Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara hasilkan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img