Pada masa silam, 343 tahun lalu, Belanda rela menukar Manhattan, Amerika Serikat
dengan Pulau Banda yang menjadi sentra pala Myristica fragrans. Seandainya mereka
berburu pala hanya gara-gara khasiatnya untuk menghilangkan noda dan jerawat di
kulit, maka tentu pilihan mereka lebih terbuka. Binahong Anredera cordifolia adalah
tanaman yang salah satu khasiatnya sama dengan pala: menghilangkan noda di kulit.
Hanya saja binahong bukanlah rempah-rempah yang digandrungi bangsa Eropa. Ia cuma
tanaman merambat yang baru dikenal sebagai herbal di tanahair sejak 15 tahun lalu.
Popularitas binahong yakni sebagai obat pascaluka. Aneka macam penyebab luka:
kanker, diabetes mellitus, kecelakaan, kulit terbakar, bisa diatasi oleh binahong. Konon,
saat perang Vietnam para tentara Vietkong memanfaatkan binahong untuk mengobati
luka luar akibat tertusuk atau tertembak. Mereka mengunyah daun binahong dan
membalurkannya pada bagian yang luka. Dalam waktu singkat, luka kembali pulih.
Pembaca yang terhormat, info awal seperti itu kemudian kami telusuri lebih dalam
lagi. Ternyata, di beberapa tempat khasiat binahong lebih beragam. Di Garut ada yang
memakai binahong untuk menurunkan kadar kolesterol. Hasilnya tokcer. Di Pekanbaru,
Provinsi Riau, penderita gagal ginjal yang harus cuci darah 2 kali seminggu juga
mengonsumsi binahong. Ada pula penderita maag akut yang bersyukur memperoleh info
khasiat binahong untuk melawan penyakitnya.
Karena khasiatnya luar biasa, kami memutuskan binahong menjadi topik utama edisi
ini. Sebagai pendamping, kami laporkan sebagian hasil repotase wartawan Anda, Sardi
Duryatmo di Maluku. Di sana dia meliput keunikan maleo Macrocephalon maleo, sagu,
dan perkembangan terakhir pala, yang dulu menjadi salah satu penyebab kedatangan
Belanda ke Indonesia. Selamat membaca.
Salam
Onny Untung