Mirip jambu biji merah yang selama ini didengung-dengungkan sebagai buah terkaya asam askorbat. Itulah Barbados cerry, pendatang baru di Taman Wisata Mekarsari (TWM).
Fakta itu didapat dari hasil penelitian R. L. Phillips dari Horticultural Sciences Department, University of Florida, Amerika Serikat. Riset di awal 1990-an itu juga menemukan bukti, acerola—nama lain barbados cherry—kaya kandungan vitamin A, besi, kalsium, magnesium, kalium, dan ribofl avin. Lantaran kelebihannya itu tak heran jika industri food suplemen di negeri Paman Sam menggunakannya sebagai sumber vitamin C. Makin masam buah, kandungan vitamin C-nya kian tinggi.
Penampilan tanaman asal Benua Amerika ini pun menarik. Cocok sebagai tanaman outdoor atau elemen taman. Buahnya muncul sepanjang tahun. Alhasil, pemandangan bulatan merah sebesar biji kelereng bercampur bunga berwarna pink lazim ditemui.
“Cantik sebagai hiasan,” ujar Indradewi Triratna, humas dan marketing Taman Wisata Mekarsari. Barbados cherry bisa ditanam di dalam pot atau dibiarkan tumbuh di lahan. Di TWM, anggota famili malpighia itu tersedia di dalam pot, dengan tinggi 30—50 cm.
Multifungsi
Barbados cherry berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Karena itu ia juga dikenal sebagai west indian cherry. Tak hanya dikonsumsi segar, oleh masyarakat Suriname daunnya juga dipakai sebagai obat disentri dan diare. Tidak sulit untuk mendapatkannya. Ia mudah ditemui tumbuh liar di pinggiran hutan-hutan.
Di habitat aslinya, west indian cherry bisa tumbuh hingga ketinggian 4,5 mdpl. Namun, rata rata dijumpai sebagai semak setinggi 1—2 m. Buah muda berbentuk oranye, lama kelamaan berubah menjadi merah dan merah terang. Daunnya hijau gelap, mengkilap, dan berbentuk ovate hingga obovate.
Dengan berjalannya waktu, Barbados cherry menyebar hingga Florida, Hawai serta daerah-daerah tropis dan subtropis lain. Jika tadinya hanya tanaman liar, kini mulai ditanam dan dibudidayakan. Bahkan pada akhir 1950-an di Florida Selatan, Malpighia glabra mulai dikebunkan secara meluas. Satu kebun bisa mencapai 40 hektar. Selain untuk jus atau dimakan segar, barbados juga diolah menjadi jeli, selai, puree, pia dan minuman.
Di daerah subtropis, ceri ini berbuah antara April—November. Setiap memasuki April, bunga berwarna merah muda muncul secara serempak. Hamparan Barbados cherry tak ubahnya lautan bunga. Usaha pemuliaan grosella—nama lain Barbados cherry— juga berkembang pesat. Saat ini ada 2 klon yang beredar di sana, fl orida sweet dan B-17. Florida sweet lebih berasa manis, enak jika dimakan segar.
Perawatan mudah
Karena penampilannya yang atraktif, cereza colorada—bahasa lokal barbados cherry—juga populer sebagai hiasan di halaman rumah. Apalagi merawatnya pun mudah. Hal itulah, plus fakta kandungan vitamin C-nya, yang membuat Greg Hambali membawanya ke Indonesia 5 tahun lalu.
Satu bibit ditanam di TWM. Walaupun bisa beradaptasi di daerah tropis tapi usaha perbanyakan dengan biji selalu menemui kegagalan. “Bijinya kopong,” ujar Junaidi, dari bagian Diklat dan Penelitian TWM. Perbanyakan berhasil dilakukan dengan cara mencangkok.
Untuk hobiis, barbados cherry layak dimiliki. Perawatan mudah. “Asal jangan lupa memangkas, agar tajuknya tetap kompak,” ungkap Junaidi. Selain menjaga penampilan tajuk, pemangkasan juga berguna untuk merangsang pembentukan tunas baru. Alhasil, bunga dan buah kaya vitamin C pun akan sering dinikmati.
Penghuni Amazone
Di Indonesia, penggunaan ceri sebagai tanaman hias sudah tak asing lagi. Yang paling anyar beach cherry, buah asal tepi pantai Australia (Trubus edisi November 2004) yang dilepas tahun lalu. Sebelumnya di Jawa Tengah juga ada lolita dan vermillion. Adalah Prakoso Heryono, penangkar buah asal Demak yang mengusungnya.
Lolita dan vermillion berasal dari induk yang sama, suriname cherry. Monki monki kersi—nama lain suriname cherry—banyak ditemukan di hutanhutan Amazone. Masyarakat Brazil menfermentasi jus ceri menjadi vinegar atau wine. Suriname cherry berasa manis dan lezat. Pemuliaan untuk mendapatkan jenis baru berhasil menghasilkan klonklon baru. Beberapa di antaranya dibawa ke Hawaii dan berkembang sebagai lolita dan vermillion.
Prakoso mendapatkan keduanya sebagai buah tangan dari Florida pada 1999. Perbanyakan dilakukan dengan sambung pucuk. Batang bawah sengaja dipilih dewa daru, varietas lokal yang mudah ditemukan. Umur 1 tahun 2 bulan, ceri-ceri introduksi itu mulai berlajar berbuah. “Pertama kali berbuah, langsung penuh, cantik sekali, seperti beringin berwarna warni,” ujar Nonot, panggilan akrab Prakoso Heryono.
Lolita berukuran sebesar biji kelereng berwarna ungu tua. Ukuran vermillion lebih besar dan berwarna oranye cerah. Nonot mengakui, pertumbuhan tanaman perdu ini cenderung lambat. Walaupun begitu hobiis tak perlu khawatir, lolita dan vermillion tidak rewel. Cukup disiram, dipupuk, dan dipangkas teratur, maka buah hutan Amazone pun siap berpindah ke halaman rumah. (Laksita Wijayanti)