Thursday, April 18, 2024

Bisnis Kaktus Tumbuh Terus

Rekomendasi
- Advertisement -

Pasar kaktus baik domestik maupun ekspor terus bergairah. Para petani menangguk laba dari bisnis kaktus.

Kesibukan Muhammad Magribi Ridwanto meningkat sejak enam bulan terakhir. Petani di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, itu kian sibuk melayani permintaan konsumen yang meminta beragam kaktus dan sukulen. “Peningkatan permintaan pasar dalam negeri melonjak hingga 500% sejak Agustus 2020,” kata petani kaktus dan sukulen sejak 2012 itu.

Hamparan sansevieria untuk memenuhi kebutuhan pasar milik M. Magribi Ridwanto di Lembang, Jawa Barat.

Sebagai gambaran pada Maret 2020 omzet Magribi hanya Rp300.00 setiap hari. Namun, sejak Agustus 2020 pendapatannya Rp1,5 juta setiap hari. Sebagian besar konsumen meminta tanaman berdiameter rata-rata 10 cm dengan harga Rp10.000 per pot. Permintaan konsumen lokal melonjak signifikan. Ia menduga, kebijakan bekerja di rumah memantik permintaan konsumen.

Pasar mancanegara

Atas dasar itulah Magribi fokus melayani pasar domestik pada 2020. Sejatinya permintaan ekspor pun melonjak. Namun, ia belum bisa melayani permintaan mancanegara lantaran terkendala peraturan negara tujuan saat pandemi. Sebelum pandemi, Magribi rutin mengekspor sukulen ke-10 negara di berbagai belahan dunia seperti Eropa, Amerika, dan sebagian Asia.

Frekuensi pengiriman 2—3 kali sebulan. Padahal, setiap kali ekspor, Magribi menjual 100 tanaman. Sebanyak 70% tanaman itu sansevieria, sedangkan sisanya haworthia dan gasteria. Harga US$10 setara Rp140.000 per tanaman. Magribi menuturkan, konsumen mancanegara menyukai sansevieria karena terkenal sebagai tanaman antipolutan dan perawatan relatif mudah. Selain itu jenis dan penampilan sang lidah mertua menawan.

Magribi merinci lima sukulen incaran konsumen mancanegara yakni Sansevieria trifasciata dan variegata, gasteria, euphorbia, haworthia, serta gasteria. Ia memprediksi kenaikan ekspor mencapai 2.000% begitu pintu ekspor dibuka. Kini Magribi bersiap menyambut pasar mancanegara. Konsumen langganannya menyodorkan daftar tanaman pesanannya.

Inovasi produk dari Jingga Nature milik Phonny Frida dan Rita Sa’adah.

Kepada Trubus pemilik nurseri Maniez Bunga itu menunjukkan pesanan sukulen mencapai 10.000 tanaman. Pantas Magribi fokus memperbanyak tanaman dengan berbagai teknik seperti setek, pemisahan anakan, dan biji. Persiapan menyongsong pasar mancanegara dan pemenuhan permintaan pasar domestik itulah yang meniupkan kesibukan di nurseri Maniez Bunga. Magribi mempekerjakan 2 karyawan lepas dan 4 karyawan tetap untuk membantu kelancaran perniagaan sukulen.

Sepanjang masa

Petani lain di Lembang, Jawa Barat, Aldy Ridwan, mengalami hal serupa. Petani alumnus Institut Teknologi Nasional (Itenas) itu mengatakan, peningkatan permintaan mencapai 100%. Sejak Maret 2020 harga tanaman pun cenderung melonjak lantaran makin sedikit cadangan tanaman, sementara peminat meningkat. Dahulu harga kaktus di pasar lokal Rp5.000—Rp10.000 per pot 8 cm. Kini harga terendah Rp10.000 untuk ukuran sama.

Pasar domestik dan mancanegara menggemari echeveria.

Sementara harga ekspor berkisar US$5 untuk jenis tanaman sukulen biasa, sedangkan tanaman sukulen mutasi berkisar US$10—US$100. Jenis yang diminati antara lain sansevieria, echeveria, haworthia, dan agave. Pengusaha di Jakarta Pusat, Fernando Manik, sepakat pasar kaktus dan sukulen terbentang luas. Dunia kaktus dan sukulen begitu luas dan memiliki banyak segmen pasar. Ada segmen kolektor, dekorasi, suvenir, dan masyarakat awam.

Sepanjang 2020 tren tanaman hias meningkat termasuk kaktus dan sukulen. Fernando juga merasakan peningkatan permintaan yang mencapai 5 kali lipat dibandingkan dengan 2019. Fernando mengoleksi beragam kaktus dan sukulen premium di kediamannya.Ia melayani permintaan konsumen mancanegara yang memburu tanaman berkaudeks. “Mereka mencari jenis tananaman kaudeks langka,” ujarnya. Sementara konsumen lokal memburu kaktus genus gymnocalycium.

Pemain kaktus dan sukulen di Surabaya, Jawa Timur, Sugita Wijaya mengatakan, lonjakan permintaan kaktus dan sukulen amat fantastis, mencapai 500%. Arsitek itu mengatakan, permintaan datang dari berbagai kota di Indonesia. Pemain lain, Andre Atmadja menuturkan, bisnis tanaman gurun eksklusif sangat menjanjikan. Setiap bulan Andre melayani permintaan 20 pot kaktus premium.

Perniagaan itu menghasilkan pendapatan sekitar Rp200 juta sampai Rp300 juta. Andre menuturkan, masa depan bisnis kaktus dan sukulen amat cerah. “Kaktus memiliki banyak jenis dan warna yang menarik. Kemunculan hibrida baru, terutama jenis Gymocalycium mihanovichii, dengan karakter yang unik juga membuat dunia kaktus kian ramai,” ujarnya.

Segmen bisnis kaktus dan sukulen tak melulu petani, eksportir, maupun kolektor. Langkah lain ditempuh oleh Phonny Frida dan Rita Sa’adah, pemilik toko buah tangan Jingga Nature di Bogor, Jawa Barat. Phonny mengambil lini hilir dengan memproduksi suvenir kaktus dan sukulen sejak 3 tahun belakangan. Ia menuturkan tren kaktus dan sukulen sepanjang massa. “Sekali membeli sepot kaktus maupun sukulen pasti ingin mengoleksi jenis lain,” ujarnya.

Sansevieria menjadi komoditas primadona di mancanegara.

Phonny dan Rita melayani permintaan suvenir untuk pernikahan maupun acara besar lainnya. Namun, sejak pandemi banyak acara yang dibatalkan. Imbasnya permintaan suvenir pun anjlok. Namun, di sisi lain permintaan cendera mata eceran justru stabil. Konsumen mencari suvenir kaktus dan sukulen untuk diberikan kepada kerabat maupun handai taulan. “Rupanya di masa pandemi, masyarakat saling memberikan semangat dengan memberikan tanaman,” ujar Phonny.

Tanaman berbonggol menjadi incaran pehobi mancanegara.

Kualitas kaktus

Tertarik terjun di bisnis kaktus dan sukulen? Bersiap-siaplah untuk memberikan kualitas tanaman dan pelayanan terbaik. Magribi yang memastikan betul kualitas tanaman sebelum diekspor. Musababnya, pembeli luar negeri amat detail dalam mengecek tanaman terutama kesehatan. Biasanya Magribi menyeleksi tanaman lalu mengecek kesehatan tanaman sebelum mengirim.

Kemunculan sansevieria hibrida meramaikan pasar.

Ia lantas mencuci bersih tanaman terpilih serta merendam dalam larutan fungisida dan insektisida. Magribi memastikan seluruh tubuh tanaman terendam mulai dari ujung dan akar. Setelah itu, ia membungkus tanaman dengan tisu lalu mengemas dalam kardus. Magribi tahu betul pengiriman jarak jauh pasti menimbulkan risiko. “Tanaman rentan busuk bahkan mati bila terlalu lama dalam perjalanan,” katanya.

Peluang kerusakan mencapai 10% jika paket tertunda selama sepekan dari jadwal seharusnya. Persentase kerusakan kian meningkat seiring dengan keterlambatan waktu. Biasanya Magribi akan mengganti tanaman yang rusak agar hubungan bisnis dengan konsumen tetap terjaga. “Kepercayaan merupakan hal penting dalam menjalankan bisnis tanaman hias,” ujar Magribi.

Selain itu pelaku bisnis harus terus berinovasi. Phonny dan Rita, misalnya, meluncurkan produk baru yakni parsel berisi aneka sukulen warna-warni. Hantaran itu tampak indah dalam balutan pot kayu. Phonny merangkai cendera mata itu menyesuaikan keinginan konsumen. Soal buget fleksibel saja. “Namun, harga jual rata-rata Rp200.000,” ujarnya.

Begitulah potret bisnis kaktus dan sukulen. Setiap lini berpeluang meraup pendapatan. Syaratnya produsen harus cermat membaca situasi, selalu berinovasi, dan memberikan produk terbaik. Fernando Manik menuturkan, setiap pihak baik petani, pedagang, pehobi, maupun kolektor selayaknya saling bekerja sama supaya kaktus sukulen di tanah air maju. Begitu pula dengan peran pemerintah yang sepatutnya menyokong setiap kegiatan budidaya. (Andari Titisari)

Previous article
Next article
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Peternak di Kabupaten Magelang Sukses Silangkan Ayam Poland

Trubus.id—Penggemar ayam poland di Indonesia berasal dari berbagai daerah. Alasannya karena sosok ayam poland sangat unik. Muhammad Doni Saputra...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img