Monday, September 9, 2024

Blitar Koi Show ke-6 Tangguhnya Sanke di Bumi Bung Karno

Rekomendasi
- Advertisement -

Puluhan pasang mata bergeming menyaksikan ketiganya beradu cantik di hadapan 6 juri kontes. “Pilihan saya sanke. Tubuhnya bagus banget. Warnanya pun oke,” ujar Sugiarto Budiono sambil mengacungkan tangan. Sedetik kemudian, 5 juri lain turut mengangkat tangan tanda setuju. Gelar grand champion Blitar Koi Show ke-6 pun jatuh ke tangan sanke.

Plok…plok…plok…suara tepuk tangan pengunjung langsung membahana walau hujan semakin deras. Mereka menyambut gempita kemenangan taisho sanshoku alias sanke andalan Ichiban Koi Centre, Semarang. “Kondisi ketiga ikan itu bagus. Namun, sanke memiliki tubuh dan performa yang terbaik dibanding showa dan kohaku,” kata Sugiarto, juri lomba.

Menurut ketua Asosiasi Pecinta Koi Indonesia (APKI) itu sanke tampil sempurna dengan dasar putih kombinasi merah dan hitam yang antik. Ia kian memikat karena tubuh sangat elegan dan kokoh. Lantaran istimewa ia dianugerahi 3 gelar sekaligus: juara I di kelas 51—60 cm, best varieties taisho sanshoku, dan grand champion.

Peternak dan hobiis yang hadir juga sepakat dengan keputusan para juri. “Sanke memiliki corak bersih. Warna tidak meleber ke sirip dan ekor,” ujar Adib Budiantoro, peternak koi asal Blitar. Menurut Adib kemenangan itu wajar disandang lantaran tubuh sang jawara sempurna mirip kapal. Koi berukuran 58 cm itu kian istimewa karena sirip atas dan ekor tampil bagus dan rapi.

Cerita sukses itu diawali setelah mempecundangi 3 sanke bongsor di kelas 51—60 cm. Di kelas bergengsi ia bertarung dengan rival terberat jagoan Hendi FS, Blitar, dan Danu Rianto, Sidoarjo. Ketiga sanke itu tampak menawan lantaran kombinasi warna dan tubuh hampir sempurna. Beberapa kali keenam juri harus bolak-balik mengelilingi kolam berdiameter 1—1,5 m untuk melihat kelengkapan ikan. Namun, mata juri tetap terpaku pada sang jawara. Semuanya menunjuk koi asal Semarang itu sebagai pemenang.

Di perebutan gelar grand champion, sanke dipaksa tampil maksimal. Maklum, kedua lawannya, kampiun kohaku dan showa bak musuh bebuyutan. Setiap kontes dilaksanakan, keduanya menjadi langganan juara. Di 5th Blitar Koi Show 2004 silam misalnya, kohaku menjadi terbaik di antara ratusan koi yang bertanding. Showa pun demikian. Menurut Sugiarto jawara kohaku sebenarnya mampu menggeser posisi sanke. “Ia juga layak grand champion. Warna merah bagus dan tebal,” ucapnya. Sayang, perut jawara kohaku di kelas 51—60 cm itu tidak proporsional. Gelar terhormat pun lepas dari genggaman.

Kohaku ketat

Tak hanya perebutan gelar grand champion yang seru. Ketatnya persaingan meraih gelar kampiun juga terjadi di kelas 41—50 cm. Sebanyak 98 koi yang terbagi dalam 2 kategori gosanke (kohaku, taisho sanshoku, dan showa sanshoku) dan nongosanke mempertontonkan liukan yang memukau.

Di kategori kohaku misalnya terdapat 17 koi berkualitas yang layak menjadi juara. Tak jarang, keenam juri harus berpindah tempat dari satu kolam ke kolam lain untuk menelisik kondisi ikan. Bahkan, petugas pun kewalahan memindahkan ikan dari kolam ke baskom kecil. “Kelas 41—50 cm paling ketat. Semua ikan rata-rata bagus dan berkualitas,” kata Suwira, juri lain.

Di kategori itu koi jagoan Agus Koi asal Blitar menjadi terbaik. Ia unjuk kebolehan menekuk 16 kohaku lain asal Jakarta, Blitar, Semarang, Surabaya, dan Ponorogo. “Warna hi (merah, red) tebal dan terang. Tubuh bagus. Ia memiliki kualitas juara,” kata pentolan Research and Development APKI itu.

675 koi

Kontes adu cantik Carrasius auratus itu memang dinanti para mania koi di seluruh tanahair. Perhelatan tahunan menyambut hari jadi Kota Blitar menjadi ajang unjuk gigi ketangguhan beternak dan merawat koi. Buktinya, jumlah peternak dan hobiis koi yang bertanding mencapai 110 orang dengan total ikan 675 ekor. “Selama kontes koi berlangsung di Blitar, inilah jumlah koi terbanyak sepanjang sejarah,” ujar Anang, ketua panitia. Jumlah itu didominasi oleh tuan rumah yang menurunkan 390 koi dari 79 peserta.

K o i – k o i b e r k u a l i t a s berdatangan dari penjuru nusantara. Selain Blitar, hobiis asal Jakarta, S u r a b a y a , S emar a n g , M a l a n g , Tulungagung, Jember, Ponorogo, Bogor, dan Madiun turut meramaikan. Hobiis dari luar pulau seperti Denpasar dan Samarinda pun tak ketinggalan.

Masih di bawah guyuran hujan, nama Yani Sonata asal Surabaya dinobatkan sebagai juara umum. Ia berhasil menyabet poin tertinggi, 9.860 dari 25 juara. Seluruh prestasi itu dinilai oleh para juri: Sugiarto Budiono, Suwira Susanto, Fajar Surya, Ilham Liem, danny Hutomo Lianto, dan Handry Agoestiana. (Rahmansyah Dermawan)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Inovasi Wafer Peningkat Produksi Susu Kambing Perah

Trubus.id–Teknologi pengolahan pakan menjadi wafer dapat meningkatkan nutrisi dan produksi susu ternak kambing perah. Itulah inovasi wafer pakan kambing...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img