TRUBUS — Hijauan baru hasil radiasi gama berdaun halus. Produktivitas tinggi 80 kg per m2.
Vita Krisnadewi, S.Pt., M.Sc., memanen 24 ton rumput gajah di lahan 1.000 m2 pada Februari 2021. Lazimnya Vita hanya menuai 9 ton hijauan di lahan sama. Artinya produksi hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan penanaman hijauan sebelumnya. “Tidak perlu lahan luas untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi,” kata pemilik Sinatria Farm di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), itu.
Vita memelihara 200 domba di lahan 5.000 m2. Kebutuhan hijauan sangat tinggi mencapai 5—7 kg per ekor per hari. Itulah sebabnya alumnus magister Program Studi Ilmu dan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada (UGM), itu menanam beragam jenis rumput seperti odot, pakchong, dan zanzibar. Ia membuktikan hasil panen per satuan luas rumput gajah unggul itu lebih tinggi ketimbang ketiga jenis rumput lainnya.
Varietas baru
Permukaan daun rumput gajah di lahan Vita juga relatif lembut dan pinggiran daunnya tidak tajam. Dengan begitu aman untuk ternak dan peternak. Ia mendapatkan semua kelebihan itu karena menanam rumput gajah baru bernama gama umami. Rumput gajah anyar itu merupakan hasil pemuliaan dosen Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak, UGM, Ir. Nafiatul Umami, S.Pt.,MP., Ph.D.,IPM., ASEAN. Eng.
Menurut Nafiatul produktivitas gama umami 80 kg per m2. Bandingkan dengan produktivitas induknya— rumput gajah lokal—yang hanya 20 kg/m2. Dengan kata lain, produksi gama umami 4 kali lipat lebih banyak daripada tetuanya. Kelebihan lain gama umami yaitu bulu di permukaan daun cenderung lebih sedikit dan tepi daun tidak tajam. Sementara bulu lebat di permukaan daun rumput gajah lokal berpotensi melukai peternak dan ternak.
“Ruminansia kecil pun kurang selera. Struktur batang rumput gajah lokal juga lebih keras,” kata doktor alumnus University of Miyazaki, Jepang, itu. Uji palatabilitas gama umami pada ruminansia kecil menunjukkan hasil yang baik. Buktinya pertambahan bobot harian rata-rata atau average daily gain (ADG) mencapai 130 g per ekor pada ruminansia kecil yang mengonsumsi gama umami.
Adapun ADG ternak yang memperoleh rumput gajah lokal 90 g/ekor/hari. Gama umami mengandung 10—13% protein kasar; 3,4% lemak kasar; dan 34,3% serat kasar jika kondisi budidaya optimum. Persentase nutrisi gama umami amat tergantung pada pemeliharaan, kondisi lingkungan, dan waktu panen. Waktu panen pertama dari hasil setek yang ditujukan untuk pengembangan bibit adalah 60 hari setelah tanam (hst).
Umur itu juga disarankan jika penanaman rumput saat kemarau atau di lingkungan yang cenderung kering. Jika pertumbuhan stabil, panen untuk pemberian pakan sebaiknya dilakukan ketika rumput berumur 45 hst. Harap mafhum saat itu batang belum terlalu keras sehingga ternak menyukainya. Diameter batang gama umami 2,7 cm pada umur 40 hst dan panjang ruas 15 cm.
Mutasi genetik
Warna hijau gama umami lebih tua dibandingkan dengan rumput gajah lokal lainnya. “Hasil penggunaan RHS color chart guide menunjukkan daun rumput gajah lokal berwarna hijau dengan kode 137A, sedangkan warna hijau daun gama umami berkode 145A,” kata perempuan berumur 43 tahun itu. Adapun panjang daun gama umami 1,3 meter pada 40 hst.
Makin berumur, daun semakin panjang. Tinggi rumput mencapai 3,7 meter pada 60 hst. Meski bersosok tinggi dengan daun menjuntai panjang, tipe pertumbuhan gama umami relatif tegak. Kemiringan pertumbuhan mencapai 81º. Oleh karena itu, penanaman gama umami hemat lahan, tapi berproduksi tinggi.
Kata gama pada rumput gajah baru itu mengacu pada nama universitas sang peneliti yakni Gadjah Mada. Adapun umami merupakan nama belakang sang peneliti. Menurut Nafiatul gama umami lahir dari hasil mutasi genetik menggunakan penyinaran radiasi gama pada frekuensi 100 gray. Tetuanya berasal dari rumput gajah lokal koleksi Dr. Soedomo Reksohadiprodjo, M.Sc., yang ditanam sejak 1959 di Kebun Fakultas Peternakan, UGM.
Nafiatul mengatakan, “Rumput gajah lokal amat berpotensi untuk dikembangkan. Setiap jenis rumput gajah lokal pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.” Selain gama umami, Vita juga menggunakan rumput steno sebagai pakan domba. Tujuan sebenarnya mengoptimalkan lahan kosong bekas penanaman jati Tectona grandis. Meski tidak berproduksi tinggi, rumput steno dapat tumbuh di lahan berintensitas sinar matahari rendah.
“Itu berpotensi menjadi solusi peternakan di daerah perkebunan,” kata Vita. Selain memenuhi kebutuhan pakan ternak, tujuan perempuan 45 tahun itu menanam aneka hijauan sebagai bahan edukasi kepada peternak di sekitar peternakan. (Hanna Tri Puspa Borneo Hutagaol)