Trubus.id—Menurut Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Lestari, analisis pasar dan tren karakteristik durian yang diminati konsumen perlu mendapat perhatian.
Menurut Puji, tren pasar durian sulit untuk diprediksi. Namun, tren tersebut pada umumnya diciptakan. Ia menjelaskan bahwa hal itu menunjukkan tren pasar durian telah memasuki tahap market driving, di mana pasar tidak lagi bergantung pada paradigma market driven.
“Sehingga hasil riset dan inovasi bisa menciptakan persyaratan atau kondisi-kondisi yang mendukung preferensi konsumen dan mengarahkan opini masyarakat dengan inovasi yang kita ciptakan,” dilansir dari laman BRIN.
Puji menuturkan bahwa Indonesia rumah bagi varietas durian. Lebih dari 19 spesies durian dapat ditemui di Pulau Kalimantan. Sumatra dilaporkan mempunyai sekitar 11 spesies dan sekitar 11 spesies ditemukan di kepulauan Malaysia serta dua spesies lainnya dilaporkan asli Myanmar.
Puji mengungkapkan bahwa dari 27 spesies durian yang telah ditemukan, hanya 6 spesies yang menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi hingga saat ini. Salah satunya adalah Durio zibethinus, yang telah banyak dibudidayakan secara komersial di berbagai negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Menurut puji bahwa diversitas genetik durian yang tinggi sangat penting sebagai sumber materi genetik dan bahan seleksi untuk pemuliaan durian.
“Program pemuliaan durian sendiri sudah dilakukan secara konvensional di Balai Penelitian Tanaman Buah Subtropika (Balitbutrop) Kementerian Pertanian, baik melalui persilangan intra- dan inter-spesies,” ujar Puji.
Puji menjelaskan bahwa hasil persilangan tersebut telah ditanam di lapangan untuk evaluasi lebih lanjut. Selain itu, proses seleksi sumber daya durian lokal terus dilakukan dengan melibatkan pemerintah daerah dan para pelaku usaha tani.
Langkah ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi keunggulan daerah sekaligus melindungi sumber daya genetik durian asli Indonesia.
“Ke depannya, kita harus mencari cara untuk lebih mengakselerasi pelepasan ataupun penyiapan bibitnya, sehingga BRIN dalam hal ini sangat berperan penting untuk ikut andil di dalamnya,” ujar Puji.
Menurut Kepala Pusat Riset Hortikultura Badan Riset dan Inovasi Nasional, Dwinita Wikan Utami permintaan durian lokal di pasar cukup tinggi. Apalagi pada musim panen, seperti durian wowor, petruk, dan sunan yang juga ramai peminat.
Dwinita menyatakan bahwa pasar durian lokal di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan untuk dapat bersaing lebih kuat, baik di tingkat nasional maupun internasional. Beberapa tantangan tersebut meliputi konsistensi kualitas, kontinuitas pasokan, dan strategi branding.
“Ketergantungan pada musim panen sering kali menyebabkan fluktuasi harga yang signifikan. Selain itu, promosi dan nilai tambah durian lokal masih kalah bersaing,” ujarnya.
Dwinita menuturkan tren pasar saat ini menunjukkan bahwa sejatinya peluang pasar durian cukup besar bagi petani lokal dan pelaku usaha. Maka perlu fokus pada peningkatan kualitas, kuantitas, dan penguatan identitas produk varietas lokal.
“Ini potensi bagi pemerintah daerah untuk membranding SDG lokal yang dimiliki,” ujar Dwinita dilansir dari laman BRIN.
Ia berharap dengan strategi pemasaran yang lebih inovatif dan inovasi riset BRIN, durian lokal mampu menjadi primadona di pasar domestik danekspor.