Trubus.id—Pusat Riset Elektronika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan sensor untuk monitoring pencemaran lingkungan berbasis teknologi mikroelektronika. Tujuannya untuk membut komponen elektronik dalam skala lebih kecil.
Kini aplikasi itu digunakan untuk pembuatan sensor di berbagai bidang, misalnya untuk pemantauan lingkungan. Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Elktronika, Goib Wiranto menuturkan sejatinya teknologi itu bukan hal baru. Berkembang sejak penemuan integrated circuit sekitar 1960 an.
“Teknologi itu berkembang pesat dan memungkinkan semua komponen eletronik tergabung menjadi satu chip kecil,” katanya pada siara pers. Lebih lanjut ia menurut bahwa teknologi itu tidak hanya memperkecil ukuran perangkat namun menjadi pondasi bagi perkembangan sensor modern.
Menurut Goib teknologi mikroelektronika itu digunakan seperti pembuatan sensor monitoring pecemaran lingkungan. Meliputi sensor derajat keasaman air (pH), kandungan oksigen terlarut (DO), konduktivitas air, dan temperatur.
Selain itu juga pada pengembangan sensor untuk gas CO dan LPG. Sensor mikroelektrnika itu juga dapat diapliksikan melalui sistem smart farming. Misalnya untuk mengukur kelembapan tanah dan kandungan unsur hara, serta membantu penggunaan pupuk.
Inovasi itu juga dapat diterapkan pada bidang otomotif misal kendaraan autonomous. Sementara pada bidang kesehatan penerapan seperti sensor untuk mengukur kadar gula darah, kolesterol, dan asam urat.
“Teknologi ini juga diaplikasikan dalam smart home system melalui sensor humidity,” kata pada siaran pers.
Namun menurut Goib penguasaan sensor di Indonesia masih rendah. Pasalnya ada proyek pemantauan lingkungan masih menggunakan sensor impor. “Hal itu menunjukkan bahwa industri lokal belum sepenuhnya memahami pentingnya penguasaan teknologi sensor,” katanya.
Goib menduga biaya investasi menjadi kendala utama. Oleh karena itu ia berharap teknologi mikroelektronika menjadi program prioritas.
Menurut Goib Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan teknologi mikroelektronika berbasis sumber daya alam. Tantangan utama yakni mempersiapkan infrastruktur dan sumber daya manusia yang kompeten.