Saturday, March 8, 2025

Buah Merah vs Stroke

Rekomendasi

Lima belas tahun lampau, beberapa jam setelah tersadar, Larasati mendapatkan sebagian organ tubuh di bagian kanan lumpuh. Kaki dan tangan kanan tak dapat digerakkan sama sekali. Mulut terasa kelu sehingga sulit bicara. Mirip orang gagu. Sang ibu yang setia menemani hanya bisa menangis. Ia benar-benar tak bisa membayangkan jika puteri bungsu kesayangannya menderita stroke.

Berselang 2 hari menghuni ruang Intensive Unit Care (ICU), dokter Pratikto, spesialis neuorologi yang menangani menganjurkan Larasati menjalani pemeriksaan CT Scan di Rumah Sakit Husada. Hasil diagnosis radiologi memeperlihatkan; Oklusi a.carotis interna kiri pada bijurcatio dan stenosis serta tortucus a caroti interna. Oklusi pangkal a cerebri anterior sampai pangkal a. pericallosal serta stenosi distal callosomarginal. Pengisian a. cerebri anterior dan media kiri melalui a. cerebri anterior kanan. Angiografi vertebral kiri dalam batas normal.

Dengan rekam medis seperti itu, dokter Pratikto menyimpulkan Larasati menderita post stroke semi naretic spastic dextra atau kelumpuhan pada bagian tubuh kanan. “Sejak itu saya harus menginap selama sebulan di Rumah Sakit,” ujar kelahiran Ujungpandang 1954 itu. Selama itu tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berbaring. Namun, keinginan untuk berjalan kadang muncul tiba-tiba. “Kalau sudah menguat suka minta dipapah,” ujarnya.

Terapi

Menurut Dr A. Chalim MS., stroke yang dialami Larasati merupakan kelumpuhan yang bersifat kaku. Umumnya kelumpuhan pada stroke hanya menyerang setengah badan. Kiri atau kanan. Bisa juga pada muka sehingga tampak mencong mulutnya, berbicara pelo, dan fungsi pendengaran menurun. “Kesembuhan seperti sediakala kecil sekali kemungkinannya, apalagi jika ada jaringan yang sudah mati,” ujar kepala Departemen Neuorologi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto itu.

Beruntung bagi Larasati kelumpuhan itu tidak bersifat permanen. Dua minggu setelah dirawat ia mulai bisa turun sendiri dari tempat tidur. Perempuan yang hingga kini tetap melajang itu pun dapat berjalan meski tertatih-tatih. Hanya tangan kanan saja yang benar-benar tak bisa digerakkan, sehingga perlu ditopang oleh tangan lain saat beraktivitas.

Setelah keluar dari Rumah Sakit, Larasati cenderung menutup diri. Waktunya lebih banyak dihabiskan di dalam kamar. Atas saran sang ibu, pekerjaannya sebagai kepala administrasi dan personalia di bank asing pun dilepas. “Tidak mungkin dalam kondisi seperti itu saya bekerja,” paparnya. Tak tahan hanya berdiam diri, Larasati mulai menyibukkan diri dengan membuka rental playstasion di rumah. Selain itu ia pun mulai membuka usaha butik pakaian muslim.

Di sela-sela aktivitas itu, ia mulai berpikir untuk menjalani terapi stroke. “Selama 4 tahun saya menjalani terapi di unit stroke RSPAD. Mulai dari latihan memegang bola hingga naik sepeda dilakukan,” tuturnya. Sayang, tak ada kemajuan yang berarti. Kaki kanan memang mulai kuat berjalan, tapi tangan kanan tetap seperti semula.

Buah merah

Titik terang kesembuhan mulai terkuak saat Larasati membaca khasiat buah merah hasil penelitian Drs I Made Budi, MS di Trubus akhir tahun lalu. “Saya merasa punya sugesti untuk mencobanya,” ujar hajjah yang menunaikan rukun Islam ke-5 pada 1997 itu. Padahal, sebelumnya praktis selain terapi di unit stroke RSPAD, tidak ada keinginan untuk mencoba pengobatan alternatif agar stroke yang menerpa bisa hilang.

Lewat Trubus pula ia mendapatkan alamat penyalur buah merah di Jakarta. “Saya pesan 4 botol dulu, lalu kemudian 10 botol,” katanya. Seusai 2 hari mengkonsumsi buah merah sebanyak 3 sendok makan sehari sesuai anjuran sejak pertengahan Januari 2005, ia mulai merasakan adanya perubahan di tubuh. Nafsu makan meningkat dan kaki kanan terasa enteng ketika melangkah.

Perubahan drastis lain yang dirasakan adalah mampu mengangkat sedikit kaki kanan tatkala berbaring. Padahal, sebelum meminum buah endemik Papua itu, kegiatan itu tak bisa dilakukan. “Rasanya senang bisa mengangkat kaki,” tuturnya. Tangan kanan yang semula lumpuh kini mulai bisa sedikit digerakkan. “Tapi jempol yang tertekuk ke dalam belum bisa normal lagi. Mungkin perlu waktu lama,” paparnya.

Tergantung jenis stroke

Terkait stroke dan buah merah, dr Sidi Aritjahja, herbalis kontemporer di Yogyakarta lebih melihat dari penyebab stroke dahulu. “Apa dari sumbatan atau pecahnya pembuluh darah,” ujarnya. Jika akibat sumbatan, peran buah merah mungkin membuat jalur-jalur baru untuk sel-sel yang masih bermanfaat. Bukan memperbaiki sel yang rusak.

Hal senada pun diungkapkan dr A Chalim, MS. Dengan kandungan gizi buah merah yang tinggi, bisa saja penderita stroke merasa kondisinya lebih baik. Meski hal itu tak lepas dari jenis stroke dan tingkatannya. Secara medis, “Pada stroke berdarah bisa diberikan vitamin K dan tranexamit acid. Untuk stroke karena penyumbatan diberi obat pelancar darah seperti citifolin dan nemodipin,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu. “Buah merah dengan kandungan betakaroten, tokoferol, asam linoleat, dan asam oleat, lebih cocok untuk preventif saja,” tambahnya.

Menurut dr Dody Ranuhardi, SpPD,KHAOM., dari Rumah Sakit Dharmais pada kasus-kasus penderita stroke yang merasa kondisinya membaik perlu dilihat apakah itu sebatas regenerasi sel atau pemulihan sel. “Artinya, sebetulnya proses kejadian stroke tidak diobati. Tapi mungkin dampak stroke yang dipulihkan seperti aliran darah diperbaiki sehingga jaringan yang mati bisa hidup kembali,” ujar spesialis penyakit dalam itu.

Semua memang sebetulnya tak lepas dari penyebab stroke itu sendiri. Stroke bisa disebabkan oleh tekanan darah tinggi, gangguan lemak, kolesterol, dan perokok berat. “Sekarang efek buah merah itu di mana? Apakah menurunkan tekanan darah atau mengontrol kolesterol misalnya,” papar dr Rachmat Andi Hartanto, Spesialis bedah syaraf dari Rumah sakit Sardjito, Yogyakarta.

“Buah merah lebih berperan meningkatkan daya tahan tubuh penderita dan belum bisa dikatakan sebagai obat,” papar dr Joni Sidartha. Herbalis di Jakarta itu yakin jika stroke berat sulit untuk disembuhkan. Namun, jika masih ringan sebetulnya dapat ditangani dengan obat dan vitamin pelancar peredaran darah. “Perlu kajian dan penelitian lebih dalam untuk mengetahui peran buah merah itu sendiri,” ujarnya. (Dian Adijaya S/ Peliput: Rosy Nur Apriyanti, Laksita W, & Okky Sakti Pandana)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Bea Cukai Tanjungpinang dan Karantina Kepri Fasilitasi Ekspor 501,7 Kg Ikan Anggoli ke Amerika Serikat

Trubus.id–Bea Cukai Tanjungpinang bersama Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kepulauan Riau (Karantina Kepri) di Satuan Pelayanan Bandara Raja...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img