Trubus.id—Serangan hama dan penyakit yang menjadi kendala pekebun kedelai di antaranya serangan ulat grayak, ulat jengkal, dan hama penggulung daun. Menurut peneliti di Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Aneka Kacang BSIP Aneka Kacang Dr.Yusmani Prayogo S.P. M.Si., budenopi alias budidaya kedelai nonpestisida kimia dapat menjadi solusi.
Dalam budenopi, peneliti muda berprestasi 2011 itu menggunakan beragam pestisida nabati dan hayati di antaranya serbuk biji mimba, minyak cengkih, Trichoderma harzianum, Beauveria bassiana, dan Spodoptera litura Polyhedrosis Virus (SlNPV).
Ia menggunakan pestisida itu sesuai dengan target hama dan penyakit yang menyerang. Untuk mengatasi ulat grayak, ulat jengkal, dan hama penggulung daun, ia menyemprotkan serbuk biji mimba konsentrasi 50 g per liter pada kedelai umur 35 hari setelah tanam (HST).
Ia mengombinasikan dengan tepung Spodoptera litura Polyhedrosis Virus (SlNPV) berkonsentrasi 2 gram per liter. Pemberian SlNPV tiga kali saat kedelai berumur 35 hari, 42 hari, dan 49 hari. Serbuk biji mimba mengandung bahan aktif azadirachtin yang bersifat insektisidal atau menghalau hama.
Akibatnya hama tidak tertarik mendatangi pertanaman kedelai. “Senyawa azadirachtin efektif membunuh larva dari ordo Lepidoptera dengan mortalitas hingga 85%. Selain itu, efektivitas azadirachtin akan meningkat hingga 100% dalam membunuh larva Spodoptera jika dikombinasikan dengan nuclear polyhedrosis virus,” ujar Yusmani.
Ia juga memiliki formula untuk mengatasi hama kutu kebul, hama pengisap polong, dan hama penggerek polong. Doktor entomologi alumnus Institut Pertanian Bogor itu menggunakan Beauveria bassiana dengan konsentrasi 2 gram per liter.
Pemberiannya ketika ada serangan hama. Untuk pencegahan serangan, berikan tiga kali saat tanaman berumur 35 hari, 42 hari, dan 49 hari. Untuk mengendalikan penyakit busuk akar atau pangkal batang, peneliti memberikan Trichoderma harzianum dalam bentuk tepung pada benih. Ia cukup memberikan 50 gram tepung per 10 kg benih.
Menurut ahli tanah dari universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Tualar Simarmata, bakteri trichoderma sangat baik untuk tanaman plus tanah. “Trichoderma mempunyai dua fungsi yaitu memaksimalkan penguraian bahan-bahan organik dan juga sebagai agen hayati atau sebagai imun tanaman,” ujar alumnus Jurusan Ilmu Pertanian, Universitas Justus Liebig Giessen, Jerman itu.