Trubus.id—Sayuran rempah eksklusif seperti basil, sage, rosemary, tarragon, dan thyme dapat dibudidayakan di Indonesia. Anda dapat membudidayakan secara organik. Sayuran-sayuran mediteran itu di negeri asalnya memang tak dibudidayakan secara organik.
Tak ada perlakuan khusus untuk mengadaptasikan benih-benih sayuran itu. Sepekan sebelum disemai, bijibiji sayuran direndam dalam larutan fungisida. Setelah kering lalu disimpan di dalam lemari es. Tujuannya, untuk mengaktifkan dormansi.
Benih-benih sayuran kemudian disemai dalam media berupa campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1:5. Setelah muncul 4 daun—sekitar 10 hari setelah semai—masing-masing tanaman dipisahkan.
Satu per satu tanaman diambil dari wadah semai lalu ditanam di tanah basah yang dikepal-kepal seukuran kelereng. Sepekan kemudian sayuran itu ditanam di guludan berukuran 1 m x 10 m. Sehari sebelum ditanami, beri pupuk kandang dari kotoran sapi yang difermentasi dengan effective microorganisms (EM).
Untuk guludan seluas 10 m2, diberikan sekitar 5 kg pupuk kandang. Jika dalam satu hektar terdapat 1.000 guludan, jumlah pupuk kandang yang diperlukan sekitar 5 ton. Untuk perawatan, semprotkan pupuk daun organik seminggu sekali hingga 3 kali setiap periode tanam.
Satu periode tanam selada sekitar 1,5—2 bulan. Sedangkan untuk sayuran rempah, selain memberikan pupuk daun, Anda juga dapat memberikan nutrisi tambahan berupa pupuk bokashi berdosis 50—100 g per tanaman. Interval pemupukan setiap 2 pekan. Pupuk bokashi dibuat dari limbah sayuran apkir yang difermentasi dengan larutan EM.
Anda dapat menggunakan naungan plastik untuk menghindari deraan hujan. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, tanaman disemprot larutan ekstrak biji nimba/mimba Azadirachta indica berdosis 5 ml yang dilarutkan dalam 14 liter air. Untuk lahan 1 ha dibutuhkan 1,5 liter ekstrak biji mimba. Interval penyemprotan sekali sepekan; pada musim hujan, ditingkatkan menjadi 2 hari sekali.