Menjalankan puasa tetap bugar dan stamina tinggi dengan konsumsi beragam herbal dan mengatur pola makan.

Rita Prawesti—yang bersangkutan enggan disebutkan nama sebenarnya—bersuka cita menyambut Ramadan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, aktivitas perempuan itu tak mengendur ketika Ramadan. Ia memberi pelajaran tambahan di rumah, memasak, dan membersihkan rumah. Selain sebagai pengajar di sebuah sekolah di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Rita juga ibu rumahtangga yang mengurus segala keperluan keluarga.
Banyaknya aktivitas yang menyita tenaga kerap membuat perempuan 45 tahun itu kelelahan. “Seharian mengajar cukup menguras tenaga,” katanya. Untuk menghilangkan rasa lelah, Rita kerap tidur di ruang kelas di sela waktu mengajar. Tidak hanya itu, ibu tiga anak itu juga sering mengalami mual, kembung, dan perih di ulu hati. Kondisi itu terasa semakin hebat menjelang waktu berbuka puasa.
Sahur dan madu
Menurut ahli Farmakologi dari Universitas Airlangga, Dr Mangestuti Agil, mual, perut kembung, dan perih di ulu hati merupakan peradangan lambung alias gastritis. Di dalam lambung terdapat asam lambung yang berguna mencerna makanan dan membunuh bakteri. Asam lambung diproduksi setiap waktu, sedangkan makanan hanya bertahan 4 jam di dalam lambung sebelum berlanjut ke usus.
Ketika makanan habis, asam lambung justru berbalik ‘mencerna’ dan mengiritasi dinding lambung. Itulah penyebab rasa perih dan mual di ulu hati seperti yang dirasakan Rita. Untuk mengatasi peradangan pada lambung, konsumsi madu ketika sahur. Periset dari Program Studi Farmasi Universitas Islam Bandung, Sri Peni Fitrianingsih dan Ratu Choesrina, membuktikan madu efektif mengatasi tukak lambung.
Periset itu menguji madu secara praklinis. Sebagai bahan uji mereka menggunakan madu lengkeng. Sri memuasakan hewan uji selama 12 jam. Ia lalu membagi hewan uji dalam lima kelompok. Kelompok pertama kontrol negatif (tidak diinduksi tukak lambung), sedangkan kelompok kedua kontrol positif (perlakuan akuades). Kelompok sisanya berupa perlakuan madu dengan dosis 180 mg, 360 mg, dan 720 mg per 200 gram bobot tubuh.

Setelah memberikan perlakuan pada masing-masing kelompok, periset lalu mengamati kondisi lambung hewan uji. Efek antitukak dievaluasi berdasarkan keadaan luka lambung yang terbentuk. Hasil penelitian memperlihatkan pemberian madu dapat mengurangi jumlah dan keparahan tukak lambung. Semakin tinggi dosis madu indeks tukak pada lambung semakin kecil.
Pada madu dosis 720 mg indeks tukak yang terbentuk hanya 5,2%. Bandingkan dengan kontrol positif yang tidak diberi madu, indeks tukak mencapai 19,83%. Periset juga menghitung daya pencegahan madu terhadap tukak lambung. Hasilnya madu memiliki daya pencegahan terhadap tukak lambung hingga 73% (lihat tabel). Sri menduga sedikitnya jumlah luka lantaran madu bersifat antibakteri.
Madu bersifat higroskopis sehingga mampu mengisap air dari cairan luka dan menyebabkan enzim glukosa oksidase bekerja aktif. Lalu menghasilkan asam glukonik dan hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida itu bersifat labil dan terutai menjadi air serta oksigen yang mempunyai sifat antibakteri yang ampuh. Madu juga mengandung kalsium yang berperan dalam proses regenerasi sel.
Selain itu glukosa (dekstrosa) yang terkandung dalam madu membantu pengobatan penyakit aliran darah, pendarahan dan infeksi lambung. Kandungan lainnya magnesium dan silikon. Magnesium berperan menetralkan asam lambung dari efek alkohol, sedangkan silikon melapisi tukak sehingga tidak semakin parah bila terkena asam lambung.
Faedah puasa

Tidak hanya baik untuk mengatasi peradangan lambung, madu ternyata juga baik untuk menjaga stamina ketika puasa. Konsultan kesehatan di Bekasi, Jawa Barat, Ahmad Jumat Suhada, mengatakan, “Madu cocok untuk memenuhi gula tubuh di bulan puasa.” Suhada menjelaskan gula pada madu terdiri atas dua jenis, yakni gula dektrosa dan levulosa. Gula dektrosa mampu memenuhi kebutuhan gula dalam waktu cepat sehingga sangat cocok untuk berbuka puasa. Sementara gula levulosa berperan menstabilkan gula darah.
Dari satu sendok madu mampu mencukupi kebutuhan gula selama 12 jam. Untuk mengonsumsi madu Suhada menyarankan konsumsi sebanyak satu sendok makan madu ketika sahur, begitu juga saat berbuka puasa. Konsumsi dapat ditambah lagi ketika malam hari. Menjalankan puasa merupakan kewajiban seorang Muslim. Meski menahan lapar dan dahaga dari fajar sampai matahari terbenam, puasa justru menyehatkan.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Shummu wa tashihu”. Artinya, berpuasalah kamu niscaya kamu akan sehat. Beberapa penelitian pun menyimpulkan dengan berpuasa justru meningkatkan kesehatan fisik dan psikis. Ketika seseorang berpuasa jumlah asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh berkurang. Akibatnya, kerja organ tubuh seperti hati, ginjal, dan lambung pun berkurang.

Puasa juga memberikan kesempatan pada metabolisme (pencernaan) untuk beristirahat beberapa jam. Dengan begitu efektivitas saluran pencernaan semakin meningkat. Melakukan puasa juga memberi kesempatan otot jantung memperbaiki vitalitas dan kekuatan sel-selnya. Penelitian endokrinologi menunjukkan pola makan saat puasa yang bersifat roratif menjadi beban dalam akumulasi makanan di dalam tubuh.
Kondisi itu mengakibatkan pengeluaran hormon sistem pencernaan seperti amilase, pankrease, dan insulin. Akibatnya, kualitas hidup dan kesehatan tubuh semakin meningkat. Dengan demikian, puasa bermanfaat menurunkan kadar gula darah, kolesterol, dan mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya puasa sangat dianjurkan bagi penderita diabetes mellitus, kolesterol tinggi, kegemukaan, dan hipertensi.
Bau mulut
Meski pada dasarnya puasa menyehatkan, tidak sedikit orang yang mengalami permasalahan kesehatan ketika berpuasa akibat pola makan yang salah. Misalnya stamina yang drop, sembelit, hingga bau mulut. Menurut dokter di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, drg Felicia Paramita, puasa menyebabkan mulut kering sehingga terjadi perubahan pola kuman dalam mulut.
Bau mulut alias halitosis terjadi ketika saluran pencernaan dan rongga mulut kering. Itu karena aktivitas mengunyah makanan terhenti ketika puasa, sehingga produksi air liur turun. Mulut yang kering meningkatkan pertumbuhan bakteri anaerob. Bakteri itulah yang kemudian membuat bau mulut.

Untuk mengatasi masalah bau mulut dapat menggunakan temulawak. Riset M Hariadi Putranto dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin, menguak khasiat temulawak terhadap bakteri penyebab bau mulut. Dalam risetnya Hariadi menggunakan bakteri Porphyromonas gingivalis sebagai bahan uji. Perlakuan yang ia berikan berupa beragam dosis esktrak temulawak, mulai dari 25%, 50%, 75%, dan 100% yang dibandingkan dengan kontrol positif (doxycycline).
Pada akhir penelitian terkuak ekstrak temulawak memiliki daya hambat terhadap bakteri penyebab bau mulut. Semakin besar dosis temulawak semakin besar pula daya hambatnya. Misalnya saja dosis 100% memiliki zona hambat 9 mm, dosis 75% (7,26 mm), dosis 50% (6,5 mm), dan dosis 25% (5,86 mm). Sementara kontrol positif memiliki daya hambat 21 mm.
Periset itu menduga temulawak memilki zat aktif xanthorrizol yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. Temulawak juga mengandung flavonoid dan saponin. Flavonoid bersifat koagulator protein, yaitu membuat protein menjadi menggumpal sehingga tidak dapat berfungsi. Akibatnya bakteri tidak memperoleh sumber protein untuk tumbuh. Sementara saponin sohor sebagai antibakteri.
Pola makan
Agar stamina tetap terjaga dan terhindar dari beragam permasalah kesehatan ketika berpuasa, sebaiknya perhatikan pula asupan makanan selama Ramadan. Sebab itulah ahli gizi dari Departemen Gizi, Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Faisal Anwar MS, menyarankan untuk menjaga pola makan. Menu makanan untuk sahur maupun berbuka sebenarnya sama, tidak ada perbedaan khusus.
“Menu yang baik adalah menu yang seimbang,” kata guru besar Departemen Gizi itu. Artinya menu makanan ketika sahur atau berbuka itu cukup sesuai kebutuhan, tidak kurang maupun berlebih. Semakin beragam jenis makanan yang dikonsumsi semakin baik. Itu karena zat gizi dalam makanan akan saling melengkapi sehingga kebutuhan terhadap zat gizi terpenuhi.

Dari beragam menu, Faisal merekomendasikan buah dan sayur sebagai menu wajib. Minimal Konsumsi bisa sepotong, tetapi lebih banyak lebih baik. Sayuran dan buah dapat mengurangi sembelit dan memperlancar buang air besar. Kesehatan tubuh secara keseluruhan juga akan terjaga dengan konsumsi buah dan sayur.
Sebab, keduanya mengandung komponen bioaktif seperti flavonoid, polifenol, dan karotenoid yang kaya antioksidan. “Antioksidan baik untuk menetralkan radikal bebas yang terbentuk selama berpuasa,” kata Faisal. Periset kelahiran 1952 itu juga menyarankan sebaiknya tidak menggunakan bumbu secara berlebihan. Misalnya saja penggunaan cabai terlalu banyak atau santan terlalu kental.
“Gunakan bumbu seminimal mungkin agar tidak merangsang lambung,” ujar alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Ia juga menyarankan untuk menghindari kopi dan minuman bersoda. Maklum, kedua minuman itu pun merangsang lambung. Dengan mengonsumsi air putih atau teh saja cukup agar terhindar dari dehidrasi berat. Apalagi ditunjang dengan menghindari aktivitas yang menguras tenaga seperti olahraga berat.
Faisal tidak mempermasalahkan jika ingin mengonsumsi herbal atau multivitamin tertentu selama menjalani puasa. Meski begitu konsumsi herbal atau multivitamin dapat diganti dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Misalnya saja dalam bentuk jus buah seperti jus tomat, wortel, atau sari jeruk. Dengan mengonsumsi makanan sehat puasa pun tidak terhambat. (Desi Sayyidati Rahimah)