Trubus.id — Budidaya lobster biasanya menggunakan bak-bak yang direkayasa layaknya kolam. Ternyata, ada cara baru budidaya lobster di keramba jaring apung (KJA).
Hal itu seperti apa yang dilakukan oleh Wahyu Widiadmoko, A.Md., Pegawai di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Ia memanfaatkan KJA yang semula digunakan untuk budidaya ikan.
Total keramba yang digunakan untuk budidaya lobster sebanyak 15 KJA. Lokasi KJA berada di Teluk Hurun, Desa Hanura, Kecamatan Telukpandan, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Menurut Wahyu, budidaya di KJA memudahkan pembudidaya mengetahui perkembangan lobster dan mengurangi predator.
Wahyu menebar lobster berbobot 100 gram per ekor. Pemberian pakan berupa kombinasi kerang dan ikan rucah. Setidaknya, ia menghabiskan 15 kg ikan rucah dan 6 kg kerang blencong setiap hari.
Menurutnya, tingkat kanibalisme lobster yang tinggi membuat sintasan atau survival rate (SR) lobster tergolong rendah. SR budidaya lobster dengan benih berbobot 100 gram mencapai 90–95%, sedangkan benur bening 60%.
Ia membudidayakan dua jenis lobster, yaitu pasir dan mutiara. Ia memilih lobster pasir karena jumlahnya melimpah di pesisir perairan Lampung. Adapun alasan pemilihan lobster mutiara karena memiliki harga yang cukup menggiurkan.
Ia memanen lobster ukuran legal berbobot lebih dari 155 gram dengan masa budidaya 3 sampai 4 bulan. Namun, panen lobster tidak bisa bersamaan (parsial). Alasannya, pertumbuhan lobster tidak serempak untuk mencapai bobot minimum di dalam satu keramba.