
Tiga cara memperbanyak kurma dengan biji, anakan, atau kultur jaringan.
Kurma kini menjadi primadona baru di Thailand. Para pekebun tergiur mengebunkan tanaman anggota keluarga Arecaceae itu lantaran tergoda untung tinggi. Mereka membudidayakan kurma secara monokultur di kebun-kebun berskala besar. Pekebun kurma di Pathumthani, Thailand bagian tengah, Preecha Thammanuchaowarut, misalnya, menanam bibit kurma kultivar KL-1 hasil perbanyakan dengan biji.
Preecha menuturkan perbanyakan biji merupakan cara paling mudah untuk memperoleh bibit dalam jumlah banyak. “Persentase kecambah biji kurma cukup tinggi mencapai 80%,” ujarnya. Artinya, bila pekebun menyemai 100 biji maka 80 biji akan berkecambah dan bertahan hidup. Preecha memperoleh 20.000 bibit dari 25.000 biji yang disemai. Dengan bibit itu 3—4 tahun kemudian tanaman mulai berbuah.
Jaring peneduh
Preecha menuturkan menyemai biji kurma tergolong mudah (lihat ilustrasi). Ia cukup meletakkan setiap biji di polibag berisi sekam bakar lalu meletakkannya di bawah jaring peneduh berkerapatan 70%. Bibit mulai memunculkan daun setelah berumur sebulan. Saat berumur setahun, ia memindahkan bibit siap ke kebun. Pekebun lain di Suphanburi, Suphan pun menempuh cara serupa.
Suphan lebih telaten memperlakukan biji selama proses penyemaian. Suphan menuturkan menanam bibit kurma dari biji bukan berarti bebas risiko. “Risiko yang ditanggung cukup besar sebab bibit dari biji belum jelas jenis kelaminnya,” ujarnya.
Anakan
Pakar hortikultura dari Departemen Penyuluhan Pertanian Thailand, Manoo Posomboon, mengatakan pekebun sebaiknya menggunakan bibit kurma hasil perbanyakan vegetatif. Sebab, tanaman perbanyakan vegetatif menghasilkan pohon yang sama persis dengan induknya. Salah satu cara perbanyakan vegetatif dengan pemisahan anakan. “Pada kurma, penggunaaan bibit hasil pemisahan anakan menguntungkan pekebun lantaran jenis kelaminnya sudah diketahui,” ujarnya.
Kini teknik perbanyakan anakan itu sedang dicoba oleh Anurak Boonlue. Pekebun kurma di Kanchanaburi itu menuturkan anakan yang layak ditanam harus bebas dari hama dan penyakit. Bibit asal anakan mudah dikenali yakni tidak memiliki akar di salah satu sisinya. Bagian itu merupakan titik sambungan dengan induk.
Ia menuturkan perbanyakan kurma yang lain adalah melalui kultur jaringan. “Bibit hasil kultur jaringan sudah dapat dipastikan jenis kelaminnya sejak awal tanam,” ujar Anurak. Ia membeli bibit itu dari Date Palm Developments, Inggris.
Anurak mendatangkan kultivar barhee dengan harga 1.400 baht setara Rp560.000 per bibit umur 2 tahun. Beberapa laboratorium di sejumlah negara memang sedang getol mengkulturjaringankan kurma. Selain Date Palm Developments di Inggris, ada pula Rahan Meristem (Israel), Domaine Agricole El Bassatine (Maroko), dan Palmdat Namibia (Namibia). Maklum, metode itu paling jitu menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dan sama persis dengan induknya. (Andari Titisari)