Perawatan intensif kunci sukses panen kurma.
Kurma tidak lagi identik dengan tanaman gurun. Para pekebun di Thailand yang notabene negara tropis membudidayakan tanaman anggota famili Arecaceae itu secara komersial. Mereka mengebunkan kurma kultivar KL-1 yang adaptif di iklim tropis. Kondisi tanaman terawat dengan baik. Pohonnya pendek-pendek, tinggi batang utama hanya 50 cm dan sarat buah. Pekebun bisa menuai buah saat tanaman berumur 3—4 tahun.
Pekebun di Nakhonratchasima, Thailand, Pratin Apichatsanee, menuturkan petani sudah memperoleh keuntungan berkebun kurma sejak panen perdana. Pekebun yang menanam 150 pohon kurma terdiri atas 125 pohon betina dan 25 pohon jantan berpeluang meraup Rp996-juta saat panen perdana. Itu dengan asumsi volume panen sebesar 6,25 ton dan harga jual di tingkat pekebun Rp200.000.
Pupuk
Pratin Apichatsanee mengatakan, “Laba akan semakin meningkat seiring bertambahnya umur pohon.” Perawatan kurma tergolong mudah. Pekebun di negeri Siam menanam bibit kurma umur setahun dengan jarak tanam cukup lebar yakni 8 m x 8 m atau 7 m x 6 m. Tujuannya agar saat dewasa dahannya tidak saling bersinggungan. Pekebun rutin memberikan pupuk agar produksi buah optimal.
Secara umum, pemupukan dibagi menjadi dua yaitu pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar berupa campuran pupuk kandang, tanah, dan sekam ditaburkan ke dalam lubang tanam sebelum bibit ditanam. Sementara pupuk susulan diberikan sesuai fase pertumbuhan tanaman. Pekebun membersihkan rumput di sekitar pangkal batang agar penyerapan pupuk optimal. Setiap pekebun memiliki metode pemupukan berbeda.
Pratin memberikan pupuk susulan 3 kali setahun. Pada Mei, saat tanaman berada di fase vegetatif, ia menaburkan 1 kg pupuk NPK seimbang dengan perbandingan 15:15:15. Kemudian pada Agustus, mantan bankir itu memberikan 50 kg pupuk kandang ayam dan 30 kg kandang sapi untuk setiap pohon betina. Sementara pada pohon jantan hanya 20 kg kandang sapi.
Ia menuturkan pohon betina butuh pupuk lebih banyak lantaran berperan memproduksi buah. Selanjutnya, pada Oktober ia menaburkan kembali 1 kg pupuk NPK seimbang, kadarnya lebih tinggi yakni 24:24:24. Pekebun lain Anurak Boonlue, pekebun di Kanchanaburi, menempuh cara berbeda. Ia memberikan 3 kg pupuk NPK berkadar nitrogen tinggi dengan komposisi 20:7:7 dan 30 kg pupuk kandang sapi setiap 3 bulan.
Penyiraman
Ketika tanaman memasuki masa generatif, ia memberikan 3 kg NPK dengan perbandingan 0:15:15. Pekebun lain seperti Parichat Chaleekure dan Suparavee Tharnjarukarn, memilih pupuk susulan berupa NPK berkadar nitrogen tinggi dengan perbandingan 21:15:15. Pekebun di Ayutthaya, Thailand, itu memberikannya pada bibit hingga berumur setahun.
Mereka lalu memberikan NPK dengan perbandingan 15:21:15 setiap bulan hingga pohon berbunga. Saat pohon mulai berbuah, Parichat dan Suparavee melanjutkan pemupukan dengan pupuk NPK seimbang setiap bulan. Perlakuan budidaya lain berupa penyiraman tak kalah penting. Pratin menyalurkan air dari danau yang terletak 200 m dari kebun untu mencukupi kebutuhan tanaman.
Pratin mengalirkan air menggunakan pipa-pipa kecil yang berujung di setiap pohon. Ia melakukan penyiraman sebanyak 4 kali setiap pekan dengan selama 15 menit. Ketika pohon berbuah, Pratin menyeleksi untuk mendapatkan buah berkualitas baik. Seleksi terdiri atas 2 tahap yakni seleksi tandan dan buah. “Seleksi tandan dilakukan jika jumlahnya terlalu banyak,” ujar Pratin.
Ia mempertahankan 5—8 tandan buah saat pohon berumur 4 tahun. Ayah dua anak itu mulai menyeleksi tandan sejak buah seukuran koin berwarna hijau. Tepatnya saat buah berumur 75 hari pascapolinasi. Pratin menuturkan jika pohon dipaksa menggendong banyak tandan maka produksi buah pada tahun berikutnya akan menurun. Ia memangkas tandan yang berbuah sedikit atau tandan dengan jumlah buah melimpah di salah satu sisi.
Seleksi buah
Selanjutnya ia melakukan seleksi buah. “Tandan yang sesak buah mengakibatkan ukuran buah kecil,” ujar Pratin. Langkah berikutnya yakni pembungkusan untuk melindungi buah dari hujan dan serangan burung, kelelawar, serta serangga. Serangan burung bisa mengakibatkan 50% buah rusak. Pekebun akan merugi sebab buah tidak layak jual. Itu sebabnya, Pratin membungkus tandan sebanyak 3 lapis.
Lapis pertama berupa plastik tranparan untuk mencegah air hujan merembes ke dalam tandan. Sementara lapis kedua dan ketiga masing-masing berupa jaring plastik dan kertas berguna untuk melindungi buah dari serangan burung dan serangga. Pratin mengikat setiap tandan ke pelepah daun terdekat agar tandan tidak patah. “Bobot setiap tandan mencapai 10 kg, jika tidak diikat tandan patah,” ujarnya.
Pratin menyangga tandan menggunakan kayu agar buah tidak menempel ke tanah. Harap mafhum, kurma tropis bersifat genjah. Pohon berbuah perdana pada umur 3 tahun. Sementara bobot tandan mencapai 10 kg. Tanpa penyangga, buah akan bersentuhan dengan permukaan tanah. Dengan perawatan seperti itu, Pratin sanggup memanen 10 ton kurma segar dari 104 pohon betina berumur 4 tahun pada pertengahan 2015. Dengan harga jual Rp200.000/kg, ia meraup pendapatan Rp2-miliar. (Andari Titisari)