
Ardi Seno memanen tomat hitam berkualitas tinggi. Harga jual Rp80.000 per kg kepada konsumen langsung.
Sebanyak 420 tanaman tomat sarat buah berderet rapi di rumah tanam 300 m2. Warna buah yang ungu pekat sangat menarik. Itulah tomat indigo rose asal Oregon, Amerika Serikat, yang dikembangkan Ardi Seno sejak 2013. Petani di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, itu menanam indigo rose di lima rumah tanam. Total populasi mencapai 2.100 tanaman. Dari jumlah itu Ardi memanen 50 kg tomat hitam setiap hari.
Ia mengepak hasil panen dalam dua kemasan berbeda yakni berbobot 250 g dan 500 g. Petani tomat itu menjual buah ke beberapa pasar swalayan di Jakarta dan Bandung. Dengan harga jual Rp45.000—Rp50.000 per kg, omzet Ardi Rp1,8-juta—Rp2-juta per hari atau Rp54-juta—Rp60-juta per bulan.

Intensif
“Saya mendatangkannya ke Indonesia karena keunikan dan khasiatnya,” katanya. Unik karena warnanya yang ungu pekat. Rasa tomat hitam itu sebetulnya tidak terlalu manis, yakni 6,5 briks. “Konsumen lebih tertarik karena khasiatnya,” ujar Ardi. Kandungan antosianin yang tinggi pada kulit tomat indigo membantu mengobati penyakit kanker.
Ardi membudidayakan tomat hitam itu secara intensif. Ia menanam indigo rose dalam polibag berisi media tanam berupa campuran serbuk sabut kelapa dan sekam bakar dengan perbandingan 1:3. Sebelum penanaman, sarjana Teknik Sipil itu menyemai benih di dalam wadah tray berisi media tanam serbuk sabut kelapa halus atau cocodust dan sekam bakar dengan perbandingan 1 : 2.

Dua cabang
Ia menggunakan benih F-2, yaitu benih dari buah tanaman generasi pertama yang ia tanam di Lembang. Ardi menggunakan pupuk cair melalui teknik fertigasi. Nutrisi mengalir pada spaghetti tube—selang berdiameter 5 mm—yang ditancapkan pada setiap polibag. Konsentrasi nutrisi berbeda sesuai fase pertumbuhan tanaman.
Pada saat tanaman masih bibit Ardi memberikan nutrisi dengan konsentrasi 400 ppm, setelah pindah tanam hingga pemangkasan pucuk 800 ppm, dari pemangkasan pucuk hingga berbunga 1.500 ppm, dari berbunga hingga berbuah 2.200 ppm dan masa panen atau setelah berbuah 2.900 ppm. Untuk mengoptimalkan produksi, Ardi melakukan seleksi terhadap tunas air saat tanaman berumur 22—25 hari setelah tanam. Selanjutnya Ardi mempertahankan hanya 2 cabang produktif dari setiap tanaman.
Setiap cabang menghasilkan 6 dompolan buah terdiri atas 12—14 buah. Ardi memanen perdana indigo rose saat tanaman berumur 75 hari setelah tanam. Buah siap panen terbentuk semburat merah. Setelah itu panen berlanjut hingga tanaman berumur 7 bulan. Dari setiap tanaman total jumlah panen mencapai 8—12 kg. Menurut pemilik CV Mastagiri Agro Sinergi itu, tomat indigo layak dibudidayakan.
Meski dibudidayakan secara intensif, biaya produksi rata-rata hanya Rp24.000 per tanaman. Jumlah itu jauh lebih kecil dibandingkan dengan omzet yang dihasilkan, yakni mencapai Rp480.000—Rp960.000 per tanaman. “Hanya satu musim tanamam saja saya sudah bisa balik modal,” katanya sambil tersenyum. (Muhamad Fajar Ramadhan)
Indigo Rose Bermutu Tinggi
Ardi Seno mampu menghasilkan buah tomat indigo rose berkualitas tinggi, yani berbobot rata-rata 70-90 gram per buah, warna ungu pekat serta mengilap, serta bebas serangan hama dan penyakit.