Cimanggis, 8 Januari 2004. Tepat pukul 16.30 setelah melewati perdebatan seru, dewan juri yang terdiri atas wakil universitas, pemerhati, dan praktisi pertanian buah-buahan, serta Trubus berhasil menetapkan pemenang Lomba Buah Unggul Nasional 2003.
Memasuki Januari—Februari sepanjang jalan di Kenagarian Malalo di jalur antara Solok—Bukittinggi, Sumatera Barat, dipenuhi kios-kios menjajakan sawo sumpu. Ia sebenarnya sama saja dengan sawo dari daerah lain. Namun, entah mengapa sosoknya jadi lebih besar, manis, dan berdaging halus. Tak heran sumpu kerap jadi oleh-oleh favorit para pelancong.
Trubus sempat mencicipi sebuah di kedai milik Liswardi. Buah matang penuh, manis dan berair banyak. Sosoknya hampir sebesar bola tenis, tapi berbentuk lonjong dan berwarna cokelat khas sawo matang.
Penumpang maskapai penerbangan Singapore Airlines kini punya pilihan menu baru. Sebagai pelepas dahaga, tak melulu minuman ringan, anggur, atau sari buah yang ditawarkan. Segelas jus jambu batu daging merah segar cocok buat mereka yang peduli padakesehatan.
“Wah, ngga tahan deh manisnya,” seru seorang pengunjung waktu mencicipi cempedak yang dipajang di anjungan Provinsi Kalimantan Barat di ajang Indonesia Tropical Fruit Festival di Kuta, Bali, pada akhir 2003.
“Wow, besar sekali,” seru Gregorius Hambali takjub sambil menimang-nimang sebuah nona. Buah istimewa asal Thailand itu bersosok jumbo, sekilo berisi 2—3 buah. Nona lain lazimnya 6—8 buah. Setelah mengamati si nona di tangan, “Induknya pasti dari Australia,” tebak botanis kawakan itu.
Hanya dalam waktu 2 bulan PT Jolo Sutro Nusantoro sukses membuahkan dragon fruit yang mogok berbuah. Sebelumnya, tanaman berumur 2,5 tahun itu tak kunjung berproduksi walaupun sudah ditangani konsultan luar negeri. Pemangkasan dan pemupukan kunci keberhasilan membuahkan.
Ada yang menarik di kebun durian milik Bernard Sadhani di Cianjur, Jawa Barat. Beberapa pohon tak lagi utuh bentuknya setelah dipangkas berat pada ketinggian 2 m dari tanah.