
Mereka memamerkan semua kemajuan teknologi dan produksi pertanian dalam Horti Asia dan Agri Asia.
Kulit mangga itu cenderung putih, teksturnya sangat halus dan lembut sehingga setiap orang tertarik untuk mengelusnya. Bentuknya pun seragam dengan bobot 500 g. Namun, hanya 4 buah mangga namdokmai kuning itu yang bisa disentuh. Selebihnya, mangga ditata dalam kotak mewah sehingga siap menjadi buah hantaran hingga keluar negari.

Sejatinya namdokmai golden—jenis mangga itu—bukan barang baru. Majalah Trubus pun telah beberapa kali mengulasnya. Namun, tetap saja petani di negeri Gajah Putih bisa menampilkan hal baru, yakni teknologi memuluskan kulit buah mangga dan mengubah warnanya. Sebelumnya, namdokmai terkenal dengan warnanya yang kuning cerah, kini menjadi lebih soft sehingga terlihat lebih eksklusif.
Menariknya, buah namdokmai mun itu dipanen sepanjang tahun. Meski dikenal rajin berbuah, tetapi untuk menjadi sebuah usaha, apalagi ekspor, tetap dibutuhkan sentuhan teknologi budidaya. Salah satu yang diterapkan pekebun Thailand ialah pembungkusan buah sehingga penampilan akhir lebih menarik. Harga pun lebih tinggi. Menurut Jiraporn Lee, produsen pembungkus buah yang Trubus temui di arena Horti Asia di Bangkok, saat ini harga buah di kebun mencapai 100 baht atau setara Rp25.000/kg. Di pasar swalayan melonjak menjadi 250 baht atau Rp100.000/kg. Horti Asia merupakan pameran tahunan untuk produk hortikultura di Thailand yang juga diikuti oleh peserta dari mancanegara.

Pemimpin Asia Tenggara
Thailand memang piawai memberi nilai tambah pada produk pertaniannya. Lihat saja lengkeng itoh yang tidak hanya disajikan segar tapi juga diolah menjadi camilan dalam kemasan, sirop dalam botol, dan teh.

Menurut salah satu pengunjung dari Indonesia, Dadang Gusyana, kelapa muda asal Thailand pun tak kalah menarik. “Saya sedih kelapa muda kita diekspor dalam bentuk segar, tapi kita kemudian terima kembali dalam bentuk ‘kaleng’,” ujarnya. Kelapa salah satu komoditas utama dalam pameran Horti Asia ke-4 itu, selain tanaman hias, dan mesin. Berbagai produk, teknologi dan olahan kelapa ditampilkan, mulai dari buah muda, varietas kelapa, hingga olahannya.

Minyak kelapa murni alias virgin coconut oil (VCO) yang pernah populer di Indonesia 5—6 tahun silam, juga tampil. Produsen mengemas VCO dan produk turunannya dalam wadah eksklusif dengan mengusung manfaat untuk kecantikan. Serupa dengan VCO, produsen olahan kulit manggis juga menghadirkan beragam produk turunan kulit ratu buah itu seperti cairan pembersih wajah.
Menurut Wakil Menteri Pertanian, Dr Apichart Pungsrihadulchai, Thailand telah menjelma menjadi satu di antara produsen utama komoditas sayuran, buah, bunga, dan tanaman hias. Itu karena Thailand mengutamakan kesesuaian iklim untuk produksi, dengan menitikberatkan kemudahan untuk mendistribusikan hasilnya. Selain itu, penerapan teknologi modern untuk meningkatkan kualitas produk agar sesuai dengan kebutuhan konsumen, menjadi faktor lain yang membuat Thailand mampu bersaing dengan negara-negara lain. Kini Thailand dianggap sebagai pusat dari jaringan perdagangan di wilayah ASEAN.

Ketua panita pameran Horti Asia, Ladda Mongkolchaivivat, mengemukakan hal serupa. Thailand sudah sangat siap untuk menghadapi perdagangan bebas di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan berlaku pada 2016, khususnya dari sektor pertanian. Itu terlihat dari berbagai komoditas unggulan yang ditampilkan di 200 gerai lokal dan 6 negara lain: Belanda, Jerman, Spanyol, Korea Selatan, Cina, dan Taiwan. Acara yang berlangsung pada 17—19 Maret 2015 di Bangkok itu memamerkan teknologi dan inovasi di bidang hortikultura, tanaman hias, anggrek, serta peralatan dan mesin pertanian. Sebut saja teknik budidaya untuk mengatur menghasilkan durian sepanjang tahun. (Syah Angkasa)