Friday, December 1, 2023

Cinhua dan Ryukin Bersanding di Kota Gudeg

Rekomendasi
- Advertisement -

Tepat pukul 14.00 Hans—ketua dewan juri—sepakat menobatkan ikan di akuarium 184 itu sebagai grand champion. Cinhua milik Hartoyo Koordi itu berhak memboyong piala Sri Sultan Hamengkubowono X. Di tempat yang sama berlangsung pula kontes maskoki yang memperebutkan piala Gusti Kanjeng Ratu Hemas.

Penampilan ikan berukuran 30 cm itu sangat prima, tidak ada lawan tandingnya sejak penilaian first impression. “Tubuh berbentuk kotak, proporsional, dan ukurannya super jumbo dengan ekor tegak. Jarang ada ikan besar yang bentuk fisiknya sesempurna itu,” tutur Nandi SR, juri asal Bandung. Selain itu gradasi warna rapi dan nongnong besar seperti bola pingpong. Gerakannya lincah dan agresif. “Sayang, mutiaranya kurang timbul, ” ujar Nandi

Saat final memperebutkan takhta tertinggi, cinhua milik Hartoyo Koordi itu mendapat pesaing berat dari kampiun kemalau A. Pengisi akuarium 192 itu tak kalah cantik. Tak heran jika ketiga juri yang terdiri dari Nandi SR, John Lee, dan Rudi Sutanto kerap bolak-balik di kedua kelas itu. Namun, kemalau harus puas di peringkat ke-2, “Mutiara dan warnanya untuk kelas kemalau kurang jelas,” ujar John Lee, juri asal Malaysia.

Ketat

Pertarungan paling ketat justru terjadi di kelas cinhua B. Selain menyedot peserta terbanyak—47 ikan—juga diikuti lou han-lou han jawara di berbagai kontes. Itu sebabnya pada putaran kedua yang seharusnya ditetapkan 10 nominasi berubah menjadi 22. Pada babak ketiga penilaian tertunda hingga 5 jam lantaran selisih nilainya sangat tipis.

Lou han pengisi akuarium CHB 139, 165, dan 133 bertarung sengit untuk meraih gelar terbaik di kelas cinhua B. Penjurian yang dilakukan pukul 23.00—10.00 itu menobatkan CHB 139 milik Hartoyo Koordi, sebagai kampiun dengan total angka 250,5. “Ia tampil prima. Tubuh proporsional terbalut warna merah ngejreng dan bertaburan mutiara,” papar Rudy, juri asal Salatiga. Hadiono Teja Sukmana dan Inamas Aquatic harus puas di urutan 2 dan 3 dengan nilai 247,5 dan 246.

Kontes di penghujung 2003 itu diberi tajuk Jogja Ornamental Fish Fiesta 2003. “Even ini sudah diselenggarakan 2 kali untuk lou han dan perdana untuk maskoki. Di kalangan hobiis ikan hias dianggap bergengsi karena memperebutkan piala Sri Sultan Hamengkubuwono X,” ujar Raymond A. Panggabean, ketua panitia kontes. Peserta datang dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Solo, Banjarmasin, dan Kalimantan Timur.

Ramai

Di tempat sama diselenggarakan kontes maskoki yang diikuti 120 ikan. Meski kontes perdana, tidak mengurangi minat peserta. Bahkan ada sekitar 30 ikan terpaksa ditolak karena terlambat mendaftar.

Takhta tertinggi direbut akuarium 084. Sejak awal ryukin milik Welly Luxza P itu diprediksi bakal memboyong piala GKR Hemas. “Penampilan istimewa. Bentuk tubuh bulat dan proporsional. Ekor tegak, mengembang, dan sirip menutup,” ujar Roy JW Laksono, juri asal Malang. Meski di bagian punggung sedikit bengkok tidak mengurangi kelincahan ryukin merah-putih itu.

Rivalnya, oranda di akuarium 46 mogok tampil. Ikan yang juga milik Welly itu lebih sering mojok dan diam. “Jika oranda hitam itu lebih lincah tak menutup, kemungkinan ia menggeser posisi grand champion,” ujar Roy. (Bertha Hapsari)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tepat Budidaya Lobster Air Tawar

Trubus.id— Menurut praktikus lobster air tawar (LAT) di Kelurahan Cicadas, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat, Muhammad Hasbi...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img