Trubus.id—Mangga premium memiliki harga relatif mahal. Menurut pebisnis mangga di Jakarta Utara, Tatang Halim, mangga premium berbentuk bulat lonjong, kulit bersih, dan bobot minimal 500 gram per buah.
Ia menjelaskan bobot 400 gram juga masih masuk mangga premium pada awal musim panen. Dua pekan saat awal musim panen atau Juli—Agustus dan Oktober—November kertersediaan mangga masih langka.
Dosen Agribisnis Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Tomy Perdana, S.P., M.M., CSCM., menuturkan kategori premium juga bisa dilihat dari pengelompokan rasa dan negara tujuan. Mangga yang tidak terlalu manis atau dominan segar dan sedikit masam cocok untuk mengisi pasar seperti Thailand dan Pakistan.
Jenis mangga bercita rasa manis mengisi pasar Timur Tengah seperti Arab Saudi. Adapun pasar Eropa menuntut mangga masam dengan sensasi segar pada daging buah. Menurut Tatang, jenis-jenis hibrida cocok untuk mengisi pasar Eropa. Jenis hibrida seperti yuwen dan agrimania.
Deretan mangga itu memang belum populer di pasar dibandingkan dengan arumanis. Meski beberapa pekebun membudidayakannya. Di pasar domestik, cita rasa manis juga pas. Tatang mensyaratkan mangga premium bercita rasa manis jika memasok pasar lokal.
Oleh karena itu, arumanis yang bercitarasa manis masih layak dikebunkan. Ia menetapkan ukuran arumanis 500—600 g per buah. Ia mengemas 10 buah mangga ke dalam boks kardus. Bobot setiap boks kisaran 5,5 kg sehingga mudah diangkat.
Saat musim panen Tatang memasok sekitar 300—400 kg mangga ke 10 toko buah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Namun harga dari kebun tidak bisa diprediksi akrena banyak faktor. “Cuaca menentukan kualitas dan kuantitas dari mangga,” tutur Tatang.
Ia mengandalkan pekebun mitra untuk memasok pasar. Jika membeli 100 kg mangga dari pekebun, maka 30—40% termasuk kategori premium. Sisanya masuk ke pasar tradisional yang lebih murah.