Trubus.id — Penyakit busuk pelepah biasa menyerang tanaman padi. Sayangnya, penyakit ini dianggap tidak penting atau major disease. Padahal, penyakit busuk pelepah pada tanaman padi mengakibatkan kerusakan total pada bulir sehingga dapat menyebabkan kerugian besar bagi petani.
Penyakit busuk pelepah padi mendapat tanggapan serius dari Prof. Suryo Wiyono, Dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian. Menurutnya, berdasarkan penelitian tim IPB University, rata-rata insidensinya mencapai 12,56 persen.
“Artinya, penyakit ini seharusnya tergolong penyakit mayor. Harus menjadi salah satu daftar organisme pengganggu tanaman yang diamati dan memiliki petunjuk teknis,” terangnya dalam Webinar Propaktani yang digelar oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI, seperti dikutip dari laman ipb.ac.id, Selasa (13/09).
Ciri penyakit busuk pelepah
Menurut Prof. Suryo Wiyono, penyakit ini ditandai dengan busuk pada pelepah dan juga malai, mirip dengan busuk bulir bakteri Bukholderia glumae. Ciri visualnya adalah bulir yang berwarna hitam dan biasa menyerang pada fase generatif.
Busuk pelepah yang tergolong kelompok mikotoksin juga ada yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Contohnya, fusarium yang menghasilkan toksin fumonisin. Keragaman morfologi juga menunjukkan keragaman genetiknya sangat tinggi. Dari kedekatan kerabat dan bentuk koloninya.
Pada saat bunting, lanjutnya, akan menginfeksi dan menimbulkan gejala pada tanaman padi di bagian pelepah dan biji, kemudian dapat ditularkan kepada benih. Beberapa jenisnya juga dapat menyebabkan kematian pada benih. Benih yang terinfeksi juga dapat menularkan ke tanaman lain.
Penularan penyakit
Prof. Suryo menyebut cara penularan cukup beragam. Selain melalui benih, dapat melalui spot-spot di lapangan, percikan air antartanaman, angin, dan luka serangga.
Faktor-faktor yang berpengaruh atas insidensi busuk pelepah ini dipengaruhi oleh ketinggian tempat, varietas, umur tanaman, panas dan lembap, tanaman yang stres, serta pemupukan kalium yang berkaitan dengan ketahanan tanaman.
Lebih lanjut, Prof. Suryo menambahkan, hasil survei pada 2018, varietas tarabas memiliki insidensi tertinggi hingga lebih dari 60 persen dibanding tanaman lain pada fase generatif. Alasannya, belum ada fungisida yang efektif. Selain itu, penyakit ini dianggap sepele sehingga penelitiannya juga jarang dilakukan.
Cara pengendalian penyakit busuk pelepah tanaman padi
Ia memberikan beberapa rekomendasi pengendalian terhadap serangan penyakit busuk pelepah pada tanaman padi. Pertama dengan perlakuan benih, misalnya dengan air panas. Selanjutnya, untuk menghindari tanaman stres dengan kecukupan nutrisi, pola air dan mengurangi penggunaan herbisida.
“Para petani lebih banyak berpikir secara linier, padahal penanganannya cenderung kompleks. Sehingga membutuhkan pengamatan yang lebih menyeluruh untuk mampu menerapkan penanganan secara tepat tanpa mengganggu keseimbangan mikrobiologi tanah,” tuturnya.