Mereka menyebutnya bua luang, yakni bunga para dewa atau raja. Rakyat pun mempercayainya sebagai bunga jelmaan Dewi Kwan Im.
Lantaran itulah tiada hari tanpa lotus di kehidupan masyarakat Thailand. Nelumbia nelumbo menjadi bunga utama yang dihadirkan pada acara sembahyang rutin di kuil maupun upacara keagamaan lainnya. Kehadiran anggota famili Nymphaceae itu kian marak pada hari istimewa seperti Maka Budha dan Wisaka Budha.
Warga selalu mempersembahkan minimal 3 tangkai kepada para biksu yang berkeliling rumah setiap hari pada pukul 07.00—09.00. Bunga itu menjadi pendamping biksu saat berdoa dan bermeditasi di kuil selama berpuasa.
Sentra di Puthamonthorn
Salah satu daerah pemasok lotus ialah Kabupaten Puthamonthorn, Provinsi Nakorn Pathon. Areal penanaman membentang sejauh mata memandang. Ia hadir di kirikanan jalan raya antarprovinsi hingga ke desa-desa. Di areal lotus itu juga ditebar ikan air tawar.
Luas lahan rata-rata milik pekebun 20 rai atau sekitar 3,2 ha. Setiap pukul 06.00—08.00, pekebun dengan mengayuh sampan membelah rawa memanen lotus. Tangkai bunga yang masih kuncup ditarik atau dipotong dengan pisau tajam sepanjang 60—75 cm. Dari lahan itu mereka memanen sekitar 3.000 tangkai. Setiap 2 tahun rawa dikeringkan untuk memanen ikan. Setelah itu dilakukan peremajaan tanaman.
Lotus hasil panen dikumpulkan di lantai rumah untuk dibersihkan. Kelopak hijau terluar dicabut 3—5 lembar. Yang disisakan kelopak bagian tengah yang hijau muda agar dapat ditekuk-tekuk menghias kuncup bunga. Tanaman kemudian diseleksi dan dipilah menjadi 3 kelas. Kuncup besar berukuran 8 cm; sedang, 6,5 cm; dan kecil, 5 cm.
Setiap 10 tangkai berukuran besar diikat menjadi satu. Ukuran sedang berisi 12 tangkai dan kecil,15 tangkai. Tiap ikat dibungkus 4—5 lembar daun lotus dan diikat dengan tali bambu halus. Agar kuncup bunga terhindar dari kerusakan akibat saling tindih, bunga disusun dengan pola tertentu. Setiap 30 ikat ditumpuk berselang-seling membentuk segiempat dengan memutar searah jarum jam. Terakhir, seluruh tangkai disiram air untuk menjaga kelembapan.
Rp1.800/kuntum
Sebuah rangka besi berdiameter 1 inci dibentuk seperti keranjang besar. Alasnya berdiameter 60 cm dan mulut 90 cm. Sebanyak 30 ikat disusun satu persatu dalam keranjang. Penataannya melingkar dalam keranjang hingga penuh. Sekali lagi bunga disiram air. Bal bunga itu kemudian ditutup daun lotus hingga tertutup seluruhnya. Terakhir selimuti dengan plastik bening. Agar kuat, ikat dengan tali rafia.
Setiap bal bunga berbobot 50 kg, sehingga harus dipikul 2 orang. Keranjang kemudian diangkut satu per satu menuju mobil bak terbuka untuk diangkut ke pasar. Tepat pukul 15.00, semua pekerjaan berakhir.
Angkutan keranjang lotus dirancang khusus. Bagian atas ditambahkan rangka besi. Tiap mobil mampu mengangkut 30 keranjang. Bagian bawah memuat 20 keranjang dan di bagian atas disusun 10 keranjang. Terakhir, seluruh keranjang ditutup terpal untuk menjaga keamanan selama perjalanan. Perjalanan dari Puthamonthon menuju pasar induk bunga di Pak Klong Talaad, Bangkok, hanya ditempuh sekitar 30—40 menit.
Sesampai di pasar induk, pemborong dan pengecer telah menunggu. Setiap keranjang dibongkar. Semua lotus lantas dimasukkan dalam ember berisi air. Agar tetap segar, bunga terus menerus disiram air. Lotus ukuran besar dijual 8 baht/kuntum (seikat, 80 baht setara Rp18.000), ukuran sedang 5 baht, dan kecil 3 baht. Penjualan setiap hari berlangsung pukul 16.00 hingga semua terjual habis pada pukul 22.00. (Ir Nancy Martasuta, konsultan pertanian Thailand—Indonesia).