Kenyataan ini membuatnya harus diet ketat. Porsi makan nasi dibatasi, sehingga ia selalu merasa lapar. Namun apa daya, nasi memang momok menakutkan bagi para penderita diabetes karena kandungan karbohidratnya memicu peningkatan kadar gula darah.
Itu dulu ketika belum muncul mani chamba, brown rice, dan diet rice. Tiga serangkai padi hasil olahan para ilmuwan tersebut cocok bagi mereka yang melakukan diet ketat. Penderita diabetes, jantung, obesitas, kolesterol tinggi, atau yang ingin hidup lebih sehat, cocok menyantapnya. Kandungan karbohidrat di padi lebih rendah 70% daripada padi zaman modern.
Mani chamba
Ini yang dilakukan petani di India untuk menghasilkan padi rendah kalori. Usai panen, padi dijemur selama satu hari. Kemudian diuapkan pada suhu 1000C selama enam menit. Tujuannya untuk mengekalkan nutrisi. Setelah itu padi dijemur kembali selama dua hari sebelum akhirnya digiling. Hasilnya, beras mungil sejuta khasiat siap dipasarkan dengan harga Rp92.000/5 kg. Padi dimasak dengan air yang lumayan banyak; 1 liter beras ditanak dalam 4 liter air.
Mani chamba endemik Davangere, Karnataka, India Selatan. Terletak pada ketinggian 700 m dpl, bersuhu 21—380C, dan rata-rata curah hujan 65—95 mm/tahun. Di sana terdapat dua waduk besar, yaitu Bhadra dan Tungabhadra yang mampu mengairi ribuan hektar sawah. Tanahnya subur banyak mengandung kapur, fosfor, dan nitrogen, tidak memerlukan pupuk. Itulah sebabnya, padi itu ditanam secara organik.
Sayangnya, padi itu baru bisa dipanen setelah berumur 7 bulan. Produktivitasnya 6 ton per hektar. Total produksi 1,5-juta—2-juta ton secara keseluruhan setiap kali panen. Ukuran gabah 3—4 mm dengan warna agak kecokelatan. Kadar karbohidrat rendah diketahui setelah diteliti oleh NADI National Diabetes Institute, Malaysia.
Brown rice
Nenek moyang kita setiap hari menyantap brown rice. Beras cokelat itu dahulu ditumbuk sebelum disantap. Proses tradisional itu terbukti dapat mempertahankan kandungan nutrisi. Proses pengolahan brown rice menjadi beras putih melalui teknologi maju berefek penurunan nutrisi.
Hasil penelitian membuktikan brown rice yang diubah menjadi putih kehilangan 67% vitamin B3, 80% vitamin B1, 90% viamin B6, 50% mangan, 50% fosfor, 60% zat besi, dan seluruh serat diet, serta asam lemak esensial.
Padahal, zat-zat itulah yang sangat dibutuhkan manusia. Serat, contohnya, bermanfaat menurunkan bobot badan dan mencegah kanker. Minyaknya menurunkan kolesterol. Kandungan pitonutrien-nya yang berfungsi sebagai antikanker. Menurut American Institute for Cancer Research (AICR), lebih tinggi daripada sayuran dan buah-buahan.
Konsumsi rutin beras itu juga dapat menurunkan risiko penyempitan pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah. Metabolisme dalam tubuh pun berjalan lancar. Itu sebabnya beras cokelat dapat menggerus berbagai penyakit. Nutrisi 66 % pada terdapat pada mata beras, 29% pada kulit ari, dan 5% pada bagian dalam. Jumlah itu 20 kali lebih banyak dibandingkan beras putih biasa.
Di Indonesia brown rice kini diproduksi kembali. Caranya tidak ditumbuk, tetapi memakai mesin canggih yang didatangkan dari Korea Selatan. Mesin itu memecahkan kulit terluar padi tanpa merusak lapisan tipis yang kaya nutrisi. Setelah itu, dengan alat sensor yang serbakomputerisasi, beras dipisah berdasarkan warna dan mutu. Beras berwarna cokelat dan bermutu paling baik keluar sebagai brown rice.
Diet rice
Diet rice sering disebut juga beras kecambah (germinated brown rice). Berbeda dengan mani chamba, beras itu bukan padi organik. “Padinya biasa saja. Bahkan kami memakai padi yang berasal dari Indonesia,” ujar Huh Nam Seung, direktur utama PT Rice Processing Complex yang memproduksi diet rice di Indonesia.
Padi biasa dipecah kulitnya, difermentasi untuk menumbuhkan kecambah, lalu dikeringkan. Penelitiannya sudah dilakukan di Jepang dan Korea sejak 1990. Hak paten kemudian diperoleh Korea pada 1993. Produk itu populer di Jepang dengan nama Nutritional Innovation of Rice atau Super Rice pada 2001.
Ide awal muncul dari Th e Marksfrank Research Institute, Jerman, yang menyebutkan, sayuran memiliki nutrisi tertinggi pada saat kecambah. Pernyataan ini disepakati oleh Mien Karmini. Ahli gizi itu mengatakan, nutrisi mudah dicerna dalam bentuk kecambah.
Itu sebabnya beras diet rice mampu membantu metabolisme tubuh pasien diabetes yang insulinnya tidak bekerja dengan baik, maag, jantung, osteoporosis, asam urat, beri-beri, anemia, tekanan darah tinggi, sembelit, obesitas, dan memperlancar peredaran darah oleh GABA—asam amino yang berguna untuk menguatkan pembuluh darah. Bahkan kanker dimusnahkan oleh arabinoxylane yang terkandung di dalamnya.
Manfaat beras diet itu telah dirasakan oleh Isni Utami (48 tahun). Sebelumnya Isni menderita lemah jantung dan maag kronis. Setelah ia mengkonsumsi beras diet, semua keluhan perlahan-lahan sirna, “Rasanya enak, pulen, dan wangi tumbuh-tumbuhan,” tambahnya. Isni mencampur beras diet dan beras biasa dengan perbandingan 1:1 ketika ia sakit dan ½ : 1 setelah penyakitnya menghilang. Di pasar diet rice dijual Rp30.000/1,5 kg,
Berkat 3 nasi diet itu kini pengidap diabetes tidak usah risau lagi dan dengan rileks bisa menyantap nasi tanpa khawatir gula darahnya melonjak. Toh, gula, daging merah, minyak, dan buah-buahan yang terlalu banyak mengandung gula dan lemak tetap tak disentuh. (Corry Caromawati)