King ARBA Rabbit Show 2018

New zealand white mendominasi posisi puncak dalam kontes kelinci di Semarang, Jawa Tengah.
“Excellent rabbit!” ujar James Goodrich, juri kontes kelinci King ARBA Rabbit Show di Semarang, Jawa Tengah, kepada Febri Adi Nugroho. Sanjungan juri internasional itu membuat Febri tersenyum. Kebahagiaan Febri makin lengkap saat panitia mengumumkan kelinci hias berjuluk Juraquil’s Kimochi miliknya meraih gelar Best in Show (BIS). “Saat perebutan BIS persaingan sangat ketat. Saya sempat minder melihat kelinci lain begitu istimewa penampilannya,” ujar Febri.
Mafhum, itu adalah kontes perdana bagi kelinci new zealand white (NZW) miliknya yang baru berumur 6 bulan. Goodrich menobatkan kelinci milik Febri sebagai peraih best in show lantaran postur tubuhnya seimbang, proporsional, serta midsection atau bagian pertengahan tubuh sangat besar. Keunggulan itu tampak sangat menonjol dan berbeda dibandingkan dengan pesaing lain. Kebanggaan Febri bertambah karena kelinci juara itu hasil tangkaran sendiri.

Persaingan ketat
Febri mengatakan tidak ada yang spesial dalam perawatan kelinci. “Perawatannya sama seperti yang lain. Saya hanya memberikan pakan berupa pelet dan hijauan yang secara teratur, tidak ada pakan tambahan lain,” ujar pemilik FH’s Rabbitry di Magelang, Jawa Tengah, itu. Ia juga memberi tambahan asupan vitamin pada pagi dan sore hari selama 3 bulan sebelum mengikuti kontes.
Sementara itu, juri kedua, Arie Wardhani, menyematkan gelar Best Reserve in Show (BRIS) pada kelinci jenis new zealand white bernama 3VP milik Bayu Aditia Ristanto asal Yogyakarta. Juri American Rabbit Breeders Association (ARBA) satu-satunya asal Asia itu menuturkan kelinci itu memenuhi kriteria sebagai juara karena tampilan bulu yang padat, seragam, dan warna putihnya bersih sempurna.

“Saya sangat bersyukur kelinci berumur 4,5 bulan hasil tangkaran saya langsung menyabet gelar BRIS dan BOB (Best of The Best) sekaligus. Padahal, baru kali ini turun ke kontes,” ujar Bayu. Ia tak menduga bakal mendapat gelar istimewa itu. Pasalnya, pesaing lain terlihat sangat bagus. “Kualitas peserta semakin baik dari waktu ke waktu,” ujar pemilik Maharani Dutch & New Zealand Rabbit itu.
Apa rahasia kesuksesan Bayu meraih gelar bergengsi? Menurut Bayu perlakuan saat perawatan harian dan menjelang kontes berbeda. Perawatan harian cukup dengan memberikan pakan rutin berupa pelet. Ia juga menambahkan pakan hay atau rumput kering sepekan sekali. Namun, menjelang kontes ia membatasi pelet, yaitu hanya 50 gram per hari. Adapun frekuensi pemberian pakan hay meningkat menjadi setiap 2 hari.
Penampilan menjelang kontes juga harus diperhatikan, contohnya menggunting kuku. Bayu juga memberikan vitamin ekstra sehari sebelum kontes untuk menjaga kondisi selama perjalanan dan saat kontes berlangsung. Ia menghindari pemberian pakan hijauan yang masih basah untuk mencegah cendawan atau bakteri yang menempel pada batang dan daun.
Menurut ketua panitia kontes, Andana Riyo, King ARBA Rabbit Show 2018 terselenggara atas prakarsa komunitas Kelinci Gayeng Semarang (KGS), wadah para pehobi dan penggerak kelinci hias di Semarang untuk berinteraksi. “Kami sering melakukan acara kumpul bersama di beberapa tempat di Semarang dan sekitarnya,” ujar Riyo. Selain sebagai ajang silaturahmi, KGS juga menjadi wadah untuk mengedukasi masyarakat umum tentang kelinci.
Keseriusan penyelenggara terbukti dengan mengundang James Goodrich, juri berlisensi ARBA, langsung dari Amerika Serikat, sebagai juri kontes. Ia juri berpengalaman dan sangat teliti dalam menilai beragam jenis kelinci. Anggota panitia kontes, Yusuf Septian, mengatakan acara pada 18 Januari 2018 itu sukses karena diikuti oleh 182 kelinci dari 118 peserta kelas open, 54 peserta kelas speciality, dan 10 peserta kelas ekshibisi. (Muhammad Hernawan Nugroho)